Jakarta -
Tahun baru kali ini hidupku dibuka dengan suatu hal yang tak terbayangkan. Tinggal di pinggiran kota Jakarta, aku dan keluarga harus mengalami musibah kebanjiran.
Mungkin bagi keluarga yang lain, hal ini biasa terjadi setiap tahun. Tapi tidak bagi keluargaku.
Pagi itu, tepat tanggal 1 Januari 2020, saat aku akan menunaikan salat Subuh, air tiba-tiba keluar dari lantai rumah. Hujan deras sejak kemarin siang yang tak kunjung henti jadi penyebabnya.
Awalnya hanya satu titik air muncul. Aku berusaha tenang dan tidak membangunkan orang rumah. Kebetulan saat itu hanya ada aku, ibuku, tante, dan nenek. Kami semua perempuan.
Hanya dalam waktu sepuluh menit, titik muncul air semakin banyak. Di setiap sudut lantai, air mulai muncul dan parahnya lagi air banjir dari depan rumah juga masuk.
Aku pun panik dan membangunkan orang rumah. Situasi semakin kacau, saat aku melihat dari lantai atas, banjir sudah setinggi lutut orang dewasa di depan gang rumah.
Segera aku, ibu, dan tanteku mematikan listrik dan kami menyelamatkan barang-barang penting. Nenek yang saat itu masih syok, segera kami ungsikan ke lantai atas.
Sudah sekitar lima tahun sejak kakek meninggal, nenek tidak pernah ke lantai atas karena tubuhnya sudah tidak kuat menaiki tangga. Lantai cukup licin, kami bertiga takut terjadi sesuatu dengannya.
Ilustrasi banjir/ Foto: iStock |
Banjir tak hanya masuk ke dalam rumah, tapi juga masuk ke warung nenek yang letaknya di depan rumah. Di sini, air banjir paling banyak masuk dan sebagian isi warung habis terendam.
Selama sekitar 5 jam kami menunggu hujan reda, agar air dari lantai, dalam warung, dan luar rumah berhenti masuk. Pagi itu, kami sekeluarga bahkan lupa makan atau melakukan hal lain yang penting. Fokus kami hanya mengeluarkan air banjir di dalam rumah dan warung.
Syukurlah sore hari, hujan berhenti dan pelan-pelan kami membersihkan rumah. Bertiga, kami berhasil merapikan rumah, membersihkan isi warung, dan semuanya selesai di malam hari.
Kejadian ini tak akan aku dan keluargaku lupakan. Meski tidak banyak air yang masuk rumah dan menyebabkan kerugian, paling tidak ini bisa menjadi pembelajaran untukku.
Saat kulihat TV, banyak korban banjir yang nasibnya lebih malang dariku. Rumah mereka terendam dan tidak punya tempat layak untuk tidur. Syukur alhamdulillah, kami sekeluarga masih diberikan keselamatan. Mudah-mudahan hal semacam ini tidak terjadi lagi.
[Kisah Nisa di Jakarta]*Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di redaksi@haibunda.com Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya. (ank/rdn)