HaiBunda

MOM'S LIFE

4 Pertanyaan Psikolog untuk Mengukur Kekuatan Cinta Pasangan di Atas Rata-rata

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Minggu, 26 Oct 2025 23:30 WIB
Ilustrasi pasangan suami istri/ Foto: Getty Images/eggeeggjiew
Jakarta -

Tahukah Bunda? Perbedaan pendapat mungkin dialami sebagian pasangan, dan terkadang itu menjadi titik terendah dalam hubungan mereka.

Namun, ketika keadaan mendesak, bagaimana Bunda tahu apakah hubungan memiliki fondasi untuk bertahan?

Seorang psikolog yang mempelajari hubungan mengungkap bahwa hubungan yang berkembang sering kali memiliki beberapa ciri utama yang sama. Hal tersebut ia ketahui dari beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan kepada pasangan untuk mengukur kekuatan cinta mereka.


Lantas, pertanyaan apa saja yang sering dilontarkan psikolog untuk mengukur kekuatan cinta pasangan di atas rata-rata? Simak berikut ini

4 Pertanyaan psikolog untuk mengukur kekuatan cinta pasangan

Dilansir dari laman CNBC Make It, berikut empat pertanyaan sederhana yang dapat menentukan keberlangsungan hubungan Bunda.

1. Jika kalian bukan pasangan, apakah kalian tetap berteman dekat?

Setiap hubungan yang sehat seharusnya berlandaskan persahabatan. Bayangkan pasangan hanya sebagai teman, apakah Bunda masih ingin menghabiskan waktu bersama mereka, tertawa bersama, dan meminta dukungannya?

Pasangan yang menjawab “ya” untuk hal ini memahami bahwa hubungan membutuhkan lebih dari sekadar gairah dan komitmen.

Studi bahkan menunjukkan bahwa jika menyukai pasangan sebagai pribadi, ikatan Bunda akan jauh lebih sulit untuk diputuskan.

Di sisi lain, beberapa pasangan tetap bersama karena kebiasaan, takut memulai kembali, atau merasa sudah terlalu banyak berinvestasi dalam hubungan dan tidak ingin melepaskannya. Inilah yang membuat orang terjebak dalam hubungan yang tidak bahagia selama bertahun-tahun.

2. Apakah kamu menyukai dirimu sendiri saat berada di dekat pasanganmu?

Pasangan hidup seharusnya bisa membantu Bunda mengeluarkan potensi terbaik diri sendiri. Apakah kehadiran mereka membuat Bunda merasa didukung, dicintai, dan terinspirasi untuk berkembang? Atau justru kamu merasa terkekang, terpinggirkan, dan terkuras?

Hubungan yang benar-benar hebat sering kali mencerminkan apa yang disebut efek Michelangelo.

Layaknya seniman yang membentuk batu mentah menjadi patung yang menakjubkan, pasangan yang sehat akan memahat satu sama lain menjadi versi dirinya yang lebih baik.

Mereka mendukung tujuan, menyemangati kesuksesan, dan mengingatkan Bunda akan nilai diri sendiri, terutama di masa-masa sulit.

Hubungan yang tidak sehat justru dapat berdampak sebaliknya. Jika berada di dekat pasangan membuat Bunda merasa kecil, dikritik, atau tidak percaya diri, ada baiknya Bunda merenungkan alasannya.

Perasaan saat berada di dekat pasangan sering kali menjadi salah satu petunjuk terbesar tentang seberapa sehat hubungan Bunda.

3. Jika tahu pasangan tidak akan pernah berubah, apakah kamu masih ingin bersamanya?

Tak ada yang sempurna, tetapi mengabaikan kekurangan bukan inti dari cinta. Sebaliknya, psikolog tersebut menyarankan Bunda harus belajar bahwa ketidaksempurnaan itu bukan yang mendefinisikan pasangan, maupun hubungan.

Pasangan dalam hubungan yang sehat tidak bergantung pada fantasi tentang bagaimana satu sama lain bisa berubah, mereka berfokus untuk saling mencintai apa adanya.

Ini bukan berarti Bunda perlu menoleransi perilaku toxic. Melainkan, ini berarti menerima kesalahan dan ketidaksempurnaan kecil yang membuat pasangan Bunda manusiawi, seperti lupa mengambil kaus kaki sesekali atau menceritakan lelucon yang sama berulang-ulang.

Jika dapat dengan tulus mengatakan Bunda akan memilih pasangan jika mereka tetap seperti apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan, kemungkinan besar Bunda telah membangun hubungan yang dapat bertahan lama.

4. Ketika kamu memiliki kabar baik, apakah pasangan menjadi orang pertama yang ingin diberi tahu?

Salah satu tanda paling jelas dari hubungan yang kuat adalah pasangan tidak hanya ada di masa-masa sulit, mereka juga orang yang dapat diandalkan untuk berbagi suka dan duka, Bunda.

Ketika menerima kabar baik, apakah Bunda secara naluriah akan meraih ponsel untuk menghubunginya pertama kali? Apakah ingin merayakan keberhasilan bersama pasangan?

Psikolog menyebutnya sebagai kapitalitas, dan penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang aktif berbagi dan merayakan kabar baik satu sama lain cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dan bahagia.

Hal ini membangun rasa kebersamaan dan persahabatan, yang memperkuat bahwa kebahagiaan Bunda juga merupakan kebahagiaan mereka.

Nah, itulah beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh psikolog untuk mengukur kekuatan cinta pasangan. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

7 Ujian di Tahun Pertama Pernikahan, Termasuk Konflik Keuangan Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Potret Hangat Keluarga Adrian Khalif & Libra Akila, Bangga Karya Sang Suami Dinikmati Banyak Orang

Mom's Life Nadhifa Fitrina

4 Pertanyaan Psikolog untuk Mengukur Kekuatan Cinta Pasangan di Atas Rata-rata

Mom's Life Amira Salsabila

Momen Khumaira Main Bareng Kakak Ukkasya dan Anak Shireen Sungkar, Intip Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Berapa Idealnya Investasi Emas? Ini Kata Pakar Keuangan

Mom's Life Amira Salsabila

5 Mitos dan Fakta Tentang Kesuburan Jelang Masa Perimenopause

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

11 Kalimat yang Sering Dipakai Perempuan yang Ternyata Bisa Merusak Mental Menurut Psikolog

5 Aktris & Aktor Korea Ini Ternyata Saudara Kandung Idol K-Pop

Potret Hangat Keluarga Adrian Khalif & Libra Akila, Bangga Karya Sang Suami Dinikmati Banyak Orang

4 Pertanyaan Psikolog untuk Mengukur Kekuatan Cinta Pasangan di Atas Rata-rata

Momen Khumaira Main Bareng Kakak Ukkasya dan Anak Shireen Sungkar, Intip Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK