Sertifikasi halal sangat penting dalam produk karena memberikan jaminan bahwa produk tersebut memenuhi standar dan ketentuan hukum Islam. Meskipun Indonesia terdiri dari penduduk yang mayoritas muslim, tidak menjadikannya sebagai negara dengan industri halal paling besar di dunia.

Hal tersebut diungkap langsung oleh Kepala BPJH, Dr. Ir. Ahmad Haikal Hasan, Skom., MMT, dalam acara Buka Puasa bersama Danone Indonesia.

Pada kesempatan ini, ia pun mengatakan halal bukan hanya untuk muslim, melainkan juga untuk semua orang.

“Halal bukan hanya untuk umat Islam, halal adalah untuk semua orang, halal telah bermetamorfosa menjadi peradaban modern. Halal adalah seni hidup, halal sudah menjadi gaya hidup,” ujar Haikal, pada Jumat (14/3/2025).

China jadi negara dengan industri halal paling besar

Haikal mengatakan berdasarkan sebuah riset, pemegang industri halal paling besar di dunia adalah China dengan angka ekspor produk sebanyak 32 miliar USD atau setara dengan Rp523 triliun, Bunda.

“Kenapa saya katakan demikian? Riset yang mengatakan itu. Industri halal terbesar di dunia dipegang oleh China dengan angka ekspor produk halalnya 32 miliar USD. Angka berikutnya Amerika, Brasil, Prancis, Hungaria, Korea, dan Jepang,” ungkap Haikal.

“Jadi, halal ini adalah sebuah peradaban modern. Jadi, kalau kita enggak ikut halal, kita ketinggalan,” sambungnya.

Alasan Indonesia bukan pemegang industri halal paling besar di dunia

Indonesia termasuk lima dari negara paling banyak penduduk, yakni sekitar 283 juta jiwa, dengan total umat muslim mencapai 87-88 persen. Meski begitu, Indonesia masih angka ekspor produk halal yang sedikit.

Hal ini terjadi lantaran masih banyak perusahaan yang menghasilkan produk, tetapi tidak memiliki sertifikasi halal seperti yang dianjurkan.

“Negara dengan sebegini besar penduduknya yang memiliki 87-88 persen Muslim dari 270 juta jiwa ini kok kalah dengan negara-negara yang saya sebutkan tadi? Bukan karena kita enggak halal, kita enggak tertib halal,” jelas Haikal.

“SEFIS (Sistem Informasi Keuangan dan Akuntansi) melaporkan transaksi halal dunia tahun 2024 kemarin setahun. Kira-kira berapa share kita di situ? Hanya tiga persen,” ungkapnya.

Haikal mendefinisikan halal sebagai kebersihan dan transparansi atau keterbukaan. Tak hanya itu, ia pun mengatakan halal juga menjadi simbol dari kesehatan.

“Sudah menjadi akem di dunia. Kalau mau bicara soal kebersihan, maka itu adalah halal. Kalau mau bicara soal keterbukaan, itu artinya halal. Jadi, saya mendefinisikan dalam beberapa event international yang kami hadiri bahwa halal is double clean, halal is transparency, halal is prosperity of life. Jadi, tiga kalimat itulah, halal is symbol of health. Itu yang menjadi pakem kita. dan ternyata diterima oleh semua orang di dunia,” ujar Haikal.

Ia pun mengatakan World Health Organization (WHO) juga memiliki kriteria halal, seperti pada tata cara penyembelihan hewan.

“Tahu enggak? Eropa mengatakan going back to green light, it means halal. Dan saya telah membaca kriteria makanan halal menurut WHO adalah penyembelihannya itu persis yang dipotong trachea, vena, arteri itu harus putus,” jelas Haikal.

“Ternyata itu kriteria halal, WHO klop dengan halal, jadi pilihan kita halal. Saya sudah menyampaikan marketing yang penting adalah halal,” sambungnya.

Haikal menambahkan di agama lain pun memiliki ayat-ayat yang menjelaskan tentang pentingnya halal.

“Di agama Kristen itu banyak sekali ayat-ayat tentang halal, begitu juga di agama lain. Bahkan, Hindu, Budha, dan semuanya itu ada unsur halal. Jadi, Al-Qur’an pun mengatakan, ‘Wahai semua manusia makanlah di bumi Tuhan yang halal’. Halal itu yang baik,” jelasnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!