Jakarta -
Rachel Amanda, artis cantik yang sering membintangi berbagai sinetron bahkan layar lebar ini, ternyata pernah terkena
kanker tiroid, Bun. Syukurnya saat ini, dia sudah dinyatakan sembuh. Simak kisahnya, yuk.
Manda, sapaan gadis kelahiran 1995 ini, mengaku didiagnosis kanker tiroid pada 2014. Gejala pertama yang ia rasakan adalah hipertiroid, yaitu ketika kelenjar tiroidnya bekerja terlalu berlebihan sehingga metabolisme berjalan cepat, detak jantung meningkat, dan cepat lelah.
"Kalau diam aja rasanya kayak habis lari terus, ngapa-ngapain capek. Dulu itu aku lagi masa-masanya suka film making, megang kamera tremor, sampai segitunya," kata Rachel Amanda saat acara #KitaPercayaBerbagi di Kaskus.id, Kuningan, Jakarta, Selasa (13/11/2018).
Awalnya, Manda merasa tidak ambil pusing dengan keadaannya. Namun karena dorongan dari sang bunda, akhirnya Manda segera memeriksakan diri.
"Itupun sebenarnya karena aku didorong sama mamaku, aku aslinya kalau nggak di-push gitu pasti cuek aja. Tapi, karena ibu lebih sensitif dan lebih inget, kok anaknya makin gede ya, akhirnya diperiksa, ya sudah dioperasi," tutur Manda.
Manda kemudian bercerita, saat dilakukan pengangkatan tiroid, harusnya hanya satu kelenjar tiroidnya saja yang diangkat, kelenjar sebelah kanan yang bengkak. Namun saat itu, dokter memutuskan untuk mengangkat kedua kelenjar tiroid Manda, dengan alasan khawatir tumor di tiroid kanan Manda adalah tumor ganas. Hal ini membuatnya harus mengonsumsi obat seumur hidup, untuk mengganti kerja organ tersebut.
 Foto: instagram @auroramanda95 |
"Memang konsekuensinya nggak ada kelenjar tiroid dan harus konsumsi obat. Alhamdulillah aku merasa beruntung diangkat dua-duanya, ketika hasilnya keluar, ternyata justru aku ketauan kanker itu dari yang sebelah kiri, yang nggak ada tumor," ujar Manda.
Manda mengaku, pertama kali divonis
kanker tiroid, dia sempat syok dan berpikir aneh-aneh. Namun, dukungan keluarga membuatnya bangkit dan tetap berpikir positif.
"Support sistem juga ngaruh. Meskipun bohonglah keluarga, orang tua terutama, pasti sedih kalau anaknya sakit, tapi karena mereka positif, ya udah aku juga positif," kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
"Mungkin kebetulan beberapa anggota keluargaku dokter, jadi mereka tipe yang oh, ya udah habis ini langsung apa, jadi bukan stres atau gimana," sambung Manda.
Menurut Prof. Dr. dr. Susworo, Sp.Rad(K). ONK.RAD, dukungan keluarga bagi penyintas kanker sangatlah penting. Hal ini secara tidak langsung akan mengurangi tingkat stres secara signifikan. Karena semakin orang stres dan merasa terpuruk, kondisi tubuh melemah dan kanker bisa bertambah parah.
"Sangat amat penting selama tidak sesat. Artinya, keluarga mengarahkan ke prosedur medis yang benar," ujar Prof. Dr. dr. Susworo, Sp.Rad(K). ONK.RAD, dikutip
detikcom.
(yun)