Kota Bharu, Malaysia -
Ahmad Ziyyad Mohd Zahir benar-benar bikin banyak orang berdecak kagum. Maklum, di usia 2 tahun, dia sudah hafal 42 surat dalam
Alquran. Hmm, gimana sih cara mengajarkannya ya?
Dari Facebook sang bunda, Nurul Shahida Lukman, diketahui ibunya memang sering menceritakan bagaimana sehari-hari Ziyyad belajar. Seperti apa? Yuk, disimak bersama rangkumannya, Bun, siapa tahu bisa kita praktikkan.
1. Belajar Setelah Bangun TidurIbunda Ziyyad bilang waktu bangun tidur adalah waktu yang paling baik untuk anaknya belajar. Hal ini karena ingatan Ziyyad paling kuat di saat bangun tidur. Namun, ia memulai belajar dengan santai, nggak langsung belajar serius. Kata Nurul, kalau santai dan nggak tergesa-gesa bisa membuat anaknya mengingat lebih baik apa yang telah ia pelajari.
Terkait dengan itu, menurut studi dari profesor bidang Neurologi (ilmu saraf), Clifford B Saper dari the Society of Neuroscience's annual meeting di New Orleans, AS, kegiatan belajar akan lebih baik dilakukan pada pagi hari setelah tidur. Hal ini nggak berlaku bagi anak-anak tapi remaja dan orang dewasa juga. Hal ini karena memengaruhi kognitif seseorang.
"Lebih baik tidur tepat waktu dan bangun lebih awal daripada tetap terjaga.Jika seseorang tidur terlambat atau mungkin kehilangan waktu tidurnya akan mengganggu kewaspadaan dan empati kita, dua kemampuan kognitif penting," ujar Saper dikutip dari The Harvard Crimson.
2. Nggak Memakai GadgetIya Bun, Nurul mengaku ia nggak memakai gadget sebagai media pembelajaran anaknya. Meskipun dulunya saat usia anaknya 7 bulan ia mengaku menyesal dan nggak mau mengulanginya kembali. Melalui postingannya di Facebook ia menulis curahan hatinya saat anaknya diberikan gadget.
"Dulu waktu Ziyyad usia 7 bulan, saya pernah membuat kesalahan yang besar. Saya memberikan gadget untuk belajar dzikir dan video edukasi. Awalnya nampak beres, tapi lama kelamaan Ziyyad jadi suka tantrum kalau nggak boleh pegang gadget," ujar wanita asal Kota Bharu, Malaysia ini.
Lalu, salah satu cara untuk mengakalinya yakni dengan membelikannya buku yang dilengkapi dengan suara. Memang, menggunakan gadget sebagai media belajar anak itu pilihan masing-masing. Jika kita tahu cara membatasinya, akan sah saja bila kita berikan gadget. Nah, sebaliknya, kalau kita nggak bisa membatasi anak bermain gadget lebih baik jangan diberikan dulu sebelum anak memasuki usia yang pantas.
3. Belajar Menulis dan Mewarnai Lewat WhiteboardJika dilihat dari kesehariannya, Ziyyad senang saki menulis dan mewarnai. Hebatnya, ia mewarnai dengan rapi dan nyaris nggak keluar garis gambarnya. Kata sang bunda, anaknya belajar menulis dan menggambar pertama kali lewat whiteboard atau papan tulis spidol.
"Whiteboard permukaannya licin, saat pertama kali mengajarinya menulis, saya tekan kuat-kuat bersama tangannya dengan membentuk huruf. Permukaan whiteboard yang licin memudahkan tangan untuk bergerak. Sehingga Ziyyad bisa belajar mengkoordinasi tangannya," papar Nurul dalam postingan yang berbeda.
Selain itu, menulis dan mewarnai menjadi cara Nurul untuk 'mengusir' kebosanan Ziyyad saat belajar menghafal
Alquran.
 Bocah 2 Tahun yang Hafal 42 Surat Alquran Belajar Lewat Whiteboard/ Foto: Facebook/ Shahida Lukman |
4. Belajar Melalui Lingkungan SekitarKata ibunya, selain belajar dari
Alquran Ziyyad juga belajar dari lingkungan sekitarnya. Tiap kali jalan dengan si kecil, Nurul memberitahu apa yang anaknya tanyakan. Selain itu, Nurul juga memberi informasi lebih seperti warna, bentuk dari benda yang anaknya tanyakan, tekstur, rasa, dan jumlahnya.
Menurut dr Meta Hanindita, SpA, dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, pada satu masa memang wajar bagi seorang anak untuk banyak bertanya karena rasa ingin tahu yang besar, Bun. "Bakat banyak omong bisa dilihat sejak kecil, sebetulnya bukan 'bakat' ya itu, tapi biasanya memang begitu. Ini nggak ada penelitiannya sih," ujar dr Meta dikutip dari detikHealth.
Terapis wicara di RS Harapan Kita, Rita Rahmawati, Amd. TW, SPd, mengatakan anak banyak bicara pada usia tertentu karena kemampuan kognitifnya berkembang pesat. Banyak perbendaharaan kata baru yang diserap dan digunakan anak.
Untuk menyikapinya, Bun, orang tua sebaiknya memfasilitasi dengan hal-hal yang positif dan mampu menyikapi pembicaraan anak sesuai dengan kemampuan berbahasa yang ia miliki sesuai tahap usia perkembangan.
(aci)