Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Rumah Tanggaku Nyaris Hancur Gara-gara Pelet Si Gadis Pramusaji

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Kamis, 03 Oct 2019 09:28 WIB

Awalnya aku tak percaya santet, teluh, pelet dan teman-temannya. Tapi, semua berubah sejak rumah tanggaku nyaris jadi korban salah satunya.
ilustrasi pelet dalam rumah tangga/ Foto: iStock
Pernikahanku sudah berjalan 4 tahun. Seperti rumah tangga lain, cekcok sering terjadi antara aku dan suamiku. Awalnya masih biasa saja, hingga perlahan ada yang ku rasa tak beres.

Suamiku, yang usianya berjarak 5 tahun denganku sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkutan umum. Seperti biasa, tiap hari dia berangkat jam 06.00 WIB dan pulang di siang hari, lalu makan siang, istirahat sejenak, dan kembali kerja. Habis Maghrib, dia biasanya baru pulang dengan sesuatu yang bikin bibir ini tersungging. Ya, apalagi kalau bukan uang.

Meski tak tentu, kadang banyak, pas-pasan, bahkan sedikit, aku tetap bersyukur. Namun, perlahan ada yang berubah dari kesehatianku. Suami yang biasa berangkat kerja jam 06.00 jadi lebih rajin, habis bedug Subuh saja langsung pergi. Saat kutanya enggak salat dulu? "Nanti aja di jalan," jawabnya.

Siang hari dia makin jarang pulang. Alasannya, penumpang sedang ramai. Pulangnya pun kian malam, sampai tengah malam. Paling cepat jam 22.00 WIB. Berdalih penumpang banyak, aku justru curiga karena uang yang diberi malah berkurang dari biasanya.

Makin hari aku makin curiga. Kebetulan, aku cukup dekat dengan iparku. Suatu hari, dia bercerita melihat suamiku sedang berduaan dengan pramusaji di sebuah rumah makan daerah rumahnya, yang masih satu wilayah dengan tempat tinggalku. Pertama tak percaya, tapi setelah kukaitkan kejadian yang kualamu, timbullah curiga.

Dibantu saudara ipar, aku diam-diam membuntuti suamiku. Pernah suatu ketika aku pergoki suamiku menyewakan kendaraannya pada temannya, sedangkan dia masuk ke sebuah rumah makan pinggir jalan yang bentuknya sederhana.

Aku menunggu beberapa lama, suamiku keluar bersama seorang wanita yang kukisar umurnya 18 tahunan. Mereka berpelukan mesra seiring lututku yang makin lemas.

Untuk cerita selanjutnya, cek halaman berikutnya, Bunda.

Perselingkuhan itu...

ilustrasi pelet dalam rumah tangga/ Foto: iStock

Emosi sudah membuncah, tapi saudara ipar mencegahku. Iparku baru mengungkapkan jika beberap waktu belakangan dia sering memergoki kakaknya tidak bekerja dan malah menghabiskan waktu di rumah makan itu. Aku pun pulang dan menelepon adikku di kampung untuk curhat.

Dia justru menyarankan aku untuk ke orang pintar. Ditemani dia, aku pulang kampung dan pergi ke rumah si orang pintar. Alasanku ke suami kangen pada keluarga. Sampai di kampung, aku dan adikku pergi ke rumah si orang pintar. Jantungku seakan copot, si orang pintar bilang suamiku sudah dipelet oleh si gadis pramusaji melalui sesuatu yang dicampurkan ke makanan dan minumannya. Hubungan terlarang itu pun diperkirakan berjalan 2 tahun. Aku menangis tak keruan. Rasanya ingin cerai saja. Tapi, aku terus memohon pada Tuhan untuk menjaga rumah tanggaku.

Setelah tenang, si orang pintar memberi air satu botol yang dia bacakan doa, entah apa, aku tak tahu. Air itu aku campurkan di masakan dan minuman yang kubuat untuk suamiku. Beberapa hari setelah air itu habis, tiba-tiba suamiku pulang siang hari. Tumben, pikirku.

Kenapa orang ini? Gelagatnya aneh. Seperti mau bilang sesuatu, tapi sungkan. 

Simak kelanjutan ceritanya di halaman berikutnya, Bunda 

Pengakuan dosa

ilustrasi pelet dalam rumah tangga/ Foto: iStock

Suamiku tiba-tiba berlutut di depanku yang sedang duduk. Dia mencium tanganku dan mengaku bahwa dirinya sudah berselingkuh selama dua tahun belakangan. Penuh air mata dia bilang menyesal dan minta maaf berulang kali. Aku tak bisa bicara, apalagi setelah dia membuat pengakuan dosa yang amat mengiris hatiku.

“Selama dua tahun belakangan, aku enggak betah di rumah. Aku seperti ingin terus berada di dekat gadis itu. Jatah uang harianmu pun aku kurangi untuk memenuhi kebutuhannya,” akunya.

Tak berhenti di situ, suamiku kembali membongkar aibnya. Dia mengaku sudah berzina dengan si gadis pramusaji. Meskipun menurut penuturannya dia hanya menjamah si gadis dari perut ke atas, tapi hatiku sudah terlanjur terluka menganga.

Aku berusaha meredakan emosiku. Tak ingin sampai menangis meraung-raung karena aku ogah membuat anakku yang kala itu sedang tidur lelap terbangun. Saat situasi sudah mulai kondusif, suamiku bercerita memang selama ini ada yang aneh. Setiap si gadis pramusaji melayani makan, dia tak memakai sandal. Tapi, dia memakai sandal bila melayani pembeli lain.

Aku memang mencoba memaafkannya. Tapi, butuh waktu 3 bulan sampai aku bisa benar-benar memaafkannya. Selama sebulan setelah pengakuan dosa itu, aku jarang masak dan cuek pada suamiku. Bicara pun seperlunya dan tidur tidak seranjang. Aku minta dia tidur di ruang tamu. Dan aku selalu memintanya menjauh.

Baru perlahan, aku bisa mulai berkomunikasi dengan suamiku seperti biasa setelah tiga bulan usai kejadian itu. Meskipun, tak kumungkiri jika sampai saat ini hatiku masih pedih dan air mata menitik bila ingat gonjang-ganjing tersebut. Usut punya usut, setelah pengakuan selingkuh suamiku, si gadis pramusaji sudah tak ada di rumah makan itu.

“Dia sudah pulang kampung. Dijodohin sama saudaranya,” bisik saudara ipar ketika kami melewati rumah makan tempat si pramusaji bekerja, yang mungkin juga jadi tempat perselingkuhan terkutuk itu.

(Kisah Bunda Neta - Jakarta Selatan)

(rdn/rdn)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda