Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Korea Selatan Tutup 49 SD hingga SMA Imbas Angka Kelahiran yang Terus Menurun

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 25 Feb 2025 18:50 WIB

Sekolah
Ilustrasi Sekolah Tutup di Korea Selatan/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Korea Selatan berencana menutup 49 Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menegah Pertama (SMA). Kebijakan tersebut diambil karena angka kelahiran yang terus menurun di negara tersebut, Bunda.

Menurut data Kementerian Pendidikan Korea Selatan, 43 dari total 49 sekolah yang ditutup ini, berlokasi di berbagai provins yang jauh dari ibu kota. Demikian seperti dilansir laman Korea Times.

Dilihat berdasarkan data, tidak ada sekolah yang ditutup di Seoul. Namun, ada enam sekolah yang ditutup berada di Provinsi Gyeonggi.

Provinsi Jeolla Selatan menduduki puncak wilayah dengan 10 sekolah yang rencananya ditutup, diikuti oleh Provinsi Chungcheong Selatan yang akan menutup 9 sekolah, Provinsi Jeolla Utara menutup 8 sekolah, dan Provinsi Gangwon tujuh sekolah. Kota padat Busan mencatat dua sekolah yang akan ditutup, dan satu sekolah berada di Kota Daegu.

Berdasarkan tingkat sekolah, 38 dari 49 sekolah yang dijadwalkan ditutup adalah SD, sementara 8 di antaranya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan untuk tingkat SMA akan menutup 3 sekolah. Sementara itu, ada 112 SD di seluruh negeri yang tidak menerima siswa baru di tahun lalu.

Menurut data pemerintah Korea Selatan, hingga April tahun lalu, Provinsi Jeolla Utara menduduki peringkat teratas dengan 34 SD yang tidak menerima siswa baru, diikuti oleh Provinsi Gyeongsang Utara dyang mencatat 17 sekolah, Provinsi Gyeongsang Selatan dengan 16 sekolah, Provinsi Jeolla Selatan dan Provinsi Chungcheong Selatan masing-masing ada 12 sekolah, dan Provinsi Gangwon dengan 11 sekolah tanpa siswa baru.

Jumlah sekolah yang akan ditutup tahun ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan sejumlah sekolah yang ditutup selama lima tahun terakhir. Misalnya, jumlah sekolah yang ditutup tahun 2020 mencapai 33, lalu turun menjadi 24 di tahun 2021. Di tahun 2022, sekolah yang ditutup kembali naik menjadi 25 sekolah dan di tahun 2023 turun lagi menjadi 22 sekolah.

Ilustrasi Ibu Hamil AsiaIlustrasi Ibu Hamil Asia/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Saito Fam

Angka kelahiran di Korea Selatan

Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan angka kehamilan yang rendah di dunia. Dalam data yang dirilis pada 28 Februari 2024, angka kelahiran turun ke titik terendah dari 0,84 anak per pasangan di tahun 2022 dan terus turun menjadi 0,81 di tahun 2023.

Namun, belum lama ini data menunjukkan adanya peningkatan angka kelahiran di Negeri Ginseng tersebut. Mengutip Reuters, angka kelahiran di Korea Selatan menunjukkan peningkatan pada 2024, atau pertama kalinya dalam 9 tahun.

Menurut data pemerintah, jumlah bayi baru lahir antara Januari 2024 hingga November 2024 naik sebesar tiga persen dari tahun sebelumnya menjadi 220.094.

Pemerintah Korea Selatan telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya. Salah satunya dengan memberikan bantuan tunai kepada orang tua dan bayi baru lahir, Bunda.

Melansir dari The Korean Herald, bayi yang lahir pada tahun 2024 akan mendapatkan manfaat dari total bantuan tunai sebesar 29,6 juta won atau hampir setara Rp350 juta. Menurut Komite Presidensial untuk Masyarakat Lanjut Usia dan Kebijakan Kependudukan, bantuan tersebut akan diberikan selama 8 tahun sejak bayi dilahirkan.

Bantuan finansial ini diberi nama 'First Encounter Vouchers', di mana orang tua anak akan diberikan 2 juta won atau Rp23 juta ketika bayinya lahir. Kebijakan juga diperluas apabila pasangan melahirkan anak kedua, maka bayi tersebut akan menerima 3 juta won atau setara Rp35 juta. Menurut data, biaya tersebut naik 1 juta won dari tahun sebelumnya.

'First Encounter Vouchers' ini juga dapat digunakan untuk perawatan pasca persalinan, biaya pengobatan, makanan, dan kebutuhan anak lainnya.

Selain bantuan tersebut, pemerintah Korea diketahui juga memberikan cek bulanan kepada orang tua setelah bayinya lahir. Pada tahun pertama, orang tua akan menerima 1 juta won setiap bulannya selama 12 bulan.

Nilai tersebut akan berubah di tahun setelahnya. Namun bila ditotal, pasangan yang memiliki anak akan mendapatkan total 18 juta won atau Rp205 juta dalam dua tahun pertama kehidupan anaknya.

Mengapa jumlah angka kelahiran di Korea Selatan menurun?

Ada beberapa penyebab jumlah angka kelahiran di Korea Selatan menurun, Bunda. Berikut penjelasannya, seperti dilansir beberapa sumber:

  • Faktor ekonomi, seperti harga rumah tinggi, biaya pendidikan, serta kecemasan akan finansial pasangan muda di Korea Selatan.
  • Budaya patriaki masih ditemukan, di mana urusan mengurus anak adalah tugas perempuan.
  • Para perempuan takut tidak bisa kembali bekerja setelah melahirkan atau kehilangan kesempatan untuk dipromosikan karena hamil dan memiliki anak.

Demikian penjelasan tentang angka kelahiran di Korea Selatan yang menurun hingga negara ini memutuskan untuk menutup sekolah di sana.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda