HaiBunda

KEHAMILAN

Mengenal PTSD, Kondisi Bikin Meghan Trainor Depresi Pasca Melahirkan Anak Kedua

Annisa Aulia Rahim   |   HaiBunda

Sabtu, 24 May 2025 17:50 WIB
Meghan Trainor/Foto: Instagram @meghantrainor
Jakarta -

Penyanyi pop asal Amerika Serikat Meghan Trainor secara terbuka membagikan pengalamannya setelah melahirkan anak keduanya, Barry, pada Juli 2023. Dalam sebuah wawancara, Meghan mengungkap bahwa dirinya mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) pasca persalinan. Cerita Meghan menyentuh banyak hati, terutama para ibu yang mungkin mengalami hal serupa namun tidak menyadarinya.

Meghan Trainor alami gejala PTSD

Sejak menikah dengan aktor Daryl Sabara dan dikaruniai dua anak, kehidupan Meghan berubah drastis. Di tengah kesibukan sebagai artis, penulis lagu, dan bintang acara TV, Meghan juga harus membagi waktunya untuk mengurus keluarga. Sebuah peran yang ia jalani dengan sepenuh hati, namun tak bisa dipungkiri, penuh tekanan.

Ia mengaku bahwa tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan serius seperti rasa letih yang tidak hilang meskipun ia sudah beristirahat, ditambah suasana hati yang naik turun secara drastis, serta kecemasan berlebih yang semakin mengganggu aktivitas hariannya.


Dalam pengakuannya, Meghan menyatakan bahwa ia merasa tubuhnya 'berteriak' karena terlalu dipaksa terus bergerak, bekerja, dan mengurus anak-anak tanpa sempat memberikan waktu yang cukup untuk dirinya sendiri. Ia merasa tidak sanggup lagi memikul semuanya sendirian.

Momen itu menjadi titik balik baginya untuk menyadari bahwa ia perlu menomorsatukan kesehatan mental dan fisik, bukan hanya demi dirinya sendiri, tetapi juga demi keluarganya.

Merasa bahwa ada yang salah dengan tubuh dan pikirannya, Meghan kemudian mengambil langkah penting dengan berkonsultasi ke tenaga medis. Ia menjalani pemeriksaan menyeluruh serta berkonsultasi dengan terapis untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 

"Saya menemui dua dokter hari ini. Saya akan melakukan semua tes menguji kotoran saya, menguji napas saya dan menguji darah saya untuk melihat bagaimana hormon saya bekerja. Dan kemudian dia akan membantu saya mengatasi stres secara umum. Saya terlalu banyak bekerja dan saya stres. Dan saya seorang ibu dari dua anak!" kata Meghan dalam podcast 'Workin' On It'.

Dengan terbuka, Meghan mengakui bahwa sebagai seorang ibu, ia kerap merasa tidak cukup baik atau tidak memenuhi ekspektasi yang ia tetapkan sendiri. Rasa bersalah yang datang terus-menerus membuatnya berada dalam tekanan mental yang luar biasa.

Langkah Meghan untuk mencari bantuan adalah bukti bahwa bahkan sosok sekuat dan seterkenal dirinya pun bisa mengalami kelelahan dan membutuhkan pertolongan. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengurangi beban pekerjaan dan memberi ruang bagi dirinya untuk bernapas, memulihkan diri, dan menjalani perannya sebagai ibu dengan lebih sehat secara emosional. 

Dalam prosesnya, Meghan juga sangat terbantu oleh dukungan dari suami dan orang-orang terdekat yang membantunya menjaga anak-anak dan menyemangatinya untuk memulihkan diri.

Dengan keberaniannya berbicara di depan publik, Meghan berharap banyak ibu lain yang mungkin mengalami hal serupa dapat merasa lebih terbuka dan tidak malu untuk mengakui bahwa mereka juga butuh bantuan. Ia ingin menghapus stigma bahwa ibu harus selalu kuat, sempurna, dan bisa melakukan segalanya sendiri.

Menurutnya, justru keberanian untuk mengatakan, “Aku tidak baik-baik saja” atau “Aku butuh bantuan,” adalah bentuk kekuatan yang sejati.

Meghan Trainor/ Foto: Instagram@meghantrainor

Apa itu PTSD pasca melahirkan?

PTSD atau gangguan stres pascatrauma biasanya dikaitkan dengan pengalaman traumatis seperti kecelakaan atau bencana. Namun, PTSD juga bisa terjadi setelah proses persalinan yang sulit, apalagi jika ibu merasa hidupnya atau bayi dalam bahaya saat proses melahirkan.

Dikutip dari Womens Mental Health, PTSD akan terjadi pada sekitar 10 persen perempuan selama hidup mereka, dengan sepertiga episode berlangsung lebih dari lima tahun. Mengingat prevalensi PTSD yang relatif tinggi pada perempuan muda dan sifat kronis penyakit ini, banyak perempuan mungkin mengalami gejala PTSD selama kehamilan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat PTSD lebih tinggi pada perempuan hamil daripada pada yang tidak hamil. Beberapa peneliti telah berhipotesis bahwa aspek psikologis dan fisik kehamilan yang unik dapat memperburuk gejala PTSD.

Selain itu, perubahan fisik selama kehamilan atau perawatan prenatal rutin dapat memicu gejala pada perempuan dengan riwayat pelecehan seksual. Selain itu, wanita dapat menghentikan pengobatan psikotropika yang digunakan untuk mengobati PTSD selama kehamilan, sehingga meningkatkan kemungkinan peningkatan gejala.

Pada Meghan Trainor, trauma terjadi saat proses operasi caesar yang membuatnya merasa sangat takut. Anaknya juga sempat dibawa ke NICU karena masalah pernapasan. Semua ini memicu perasaan syok, cemas, dan mimpi buruk yang mengganggu kehidupannya sebagai ibu baru.

Apa penyebab PTSD?

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan PTSD setelah melahirkan antara lain:

  • Proses persalinan yang sulit atau darurat, seperti pendarahan hebat atau operasi caesar darurat.
  • Bayinya lahir prematur atau harus dirawat di NICU (neonatal intensive care unit).
  • Kurangnya dukungan emosional dari pasangan atau tim medis.
  • Riwayat gangguan kecemasan, depresi, atau trauma sebelumnya.

Gejala PTSD 

PTSD tidak selalu muncul langsung setelah melahirkan, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan kemudian. Bunda perlu waspada bila mengalami:

  • Mimpi buruk atau kilas balik (flashback) tentang pengalaman melahirkan.
  • Kecemasan berlebihan, panik, atau rasa takut yang terus-menerus.
  • Sulit tidur atau tidur sangat gelisah.
  • Enggan menyentuh atau merawat bayi karena merasa takut atau tidak mampu.
  • Perasaan bersalah, malu, atau gagal sebagai ibu.

Bagaimana cara mengatasi PTSD?

Mengalami PTSD bukanlah tanda kelemahan, Bunda. Ini adalah respons alami tubuh terhadap pengalaman yang sangat menegangkan. Langkah penting yang bisa Bunda lakukan:

  • Bicarakan perasaan Bunda dengan orang terpercaya, seperti pasangan, keluarga, atau sahabat.
  • Konsultasikan ke psikolog atau psikiater, terutama yang berpengalaman dalam kesehatan mental ibu pasca persalinan.
  • Gabung ke komunitas ibu atau grup pendukung untuk berbagi pengalaman.
  • Latih teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga.
  • Berikan waktu untuk diri sendiri, karena pemulihan tidak instan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Kontraksi Setelah Melahirkan: Penyebab, Cara Atasi, dan Kapan Harus ke Dokter

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Di Mana Letak Benjolan Kanker Payudara? Cek Ciri-ciri dan Cara Mendeteksinya

Menyusui Dwi Indah Nurcahyani

Bintangi Fim Mortal Kombat II, Ini 5 Potret Joe Taslim bersama Istri yang Jarang Tersorot

Mom's Life Amira Salsabila

Bahan Kimia Ini Picu Risiko Keguguran Berulang, Dialami hingga 5 Persen Perempuan

Kehamilan Melly Febrida

10 Kegiatan Stimulasi Motorik Kasar untuk Anak 4-5 Tahun

Parenting Kinan

Lengkeng dan Anggur Sedang Ada Harga Spesial di Transmart, Borong yuk Bun

Mom's Life Pritadanes

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Raka Putra Mona Ratuliu & Indra Brasco Jarang Tersorot, Tinggi Badannya Bikin Salfok

10 Kegiatan Stimulasi Motorik Kasar untuk Anak 4-5 Tahun

Di Mana Letak Benjolan Kanker Payudara? Cek Ciri-ciri dan Cara Mendeteksinya

Bahan Kimia Ini Picu Risiko Keguguran Berulang, Dialami hingga 5 Persen Perempuan

Bintangi Fim Mortal Kombat II, Ini 5 Potret Joe Taslim bersama Istri yang Jarang Tersorot

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK