KEHAMILAN
Mengupas Mitos dan Fakta Seputar Egg Freezing & Embryo Freezing
Amrikh Palupi | HaiBunda
Selasa, 15 Jul 2025 17:50 WIBDalam era modern ini, semakin banyak perempuan yang mempertimbangkan untuk menunda kehamilan demi pendidikan, karier, atau alasan pribadi lainnya.
Opsi yang kini banyak dipertimbangkan adalah egg freezing (pembekuan sel telur ) dan embryo freezing (pembekuan embrio). Namun, masih banyak mitos yang beredar seputar prosedur ini yang dapat menyesatkan. Berikut mitos dan fakta tentang egg freezing dan embryo freezing yang perlu Bunda ketahui.
Mengenal egg freezing dan embryo freezing
Sebelum membahas lebih jauh tentang mitos dan faktanya, Bunda harus tahu tentang apa itu egg freezing dan embryo freezing. Mengutip laman Healthline, egg freezing atau pembekuan sel telur dikenal sebagai oocyte cryopreservation, adalah salah satu bentuk teknologi reproduksi berbantu (ART – Assisted Reproductive Technology).
Dalam prosedur ini, obat-obatan digunakan untuk merangsang pertumbuhan sel telur. Setelah itu, sel-sel telur diambil dari ovarium (indung telur) dan dibekukan untuk disimpan. Di kemudian hari, sel-sel telur tersebut dapat dicairkan dan dikombinasikan dengan sperma untuk membentuk embrio. Embrio ini kemudian bisa ditanamkan ke dalam rahim melalui siklus transfer embrio.
Sementara embryo freezing atau pembekuan embrio, disebut kriopreservasi embrio adalah proses membekukan dan menyimpan embrio untuk digunakan di kemudian hari. Embrio adalah sel telur yang telah dibuahi oleh sperma. Proses ini merupakan salah satu cara untuk membantu seseorang yang memiliki masalah kesuburan dan reproduksi.
Pembekuan embrio sering dilakukan setelah seseorang menjalani pengobatan untuk mencoba hamil. Contohnya termasuk fertilisasi in vitro (IVF) dan injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI). Prosedur ini membuahi sel telur dengan sperma, dan terkadang menghasilkan embrio tambahan.
Mitos dan fakta seputar egg freezing dan embryo freezing
Berikut beberapa fakta tentang egg freezing dan embryo freezing dikutip dari laman Timesofindia.
1. egg freezing dan embryo freezing tidak diperlukan jika ada opsi IVF
Mitos
Salah satu anggapan yang umum adalah bahwa program bayi tabung (IVF) selalu bisa diandalkan kapan pun Bunda dan pasangan siap memiliki anak, sehingga pembekuan sel telur atau embrio dianggap tidak perlu.
Fakta
Namun kenyataannya, kesuburan perempuan menurun seiring bertambahnya usia, baik dari segi jumlah maupun kualitas sel telur. Penurunan ini berdampak langsung pada tingkat keberhasilan IVF. Dengan membekukan sel telur atau embrio saat masih muda, Bunda dan pasangan dapat meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan di masa depan karena kualitas sel telur yang lebih baik.
Jadi, meskipun IVF adalah pilihan yang membantu banyak pasangan, membekukan sel telur atau embrio lebih dini bisa menjadi langkah preventif yang sangat berharga dalam perencanaan kesuburan.
2. Egg freezing dan embryo freezing hanya untuk perempuan lajang
Mitos
Salah satu kesalahpahaman lainnya adalah bahwa pembekuan sel telur atau embrio hanya dilakukan oleh perempuan yang masih lajang.
Fakta
Padahal, prosedur ini tersedia untuk siapa saja, baik yang masih sendiri maupun yang sudah memiliki pasangan. Pasangan mungkin memilih membekukan embrio jika ingin menunda memiliki anak sampai mereka merasa lebih siap, misalnya setelah fokus pada karier, kondisi finansial yang lebih stabil, atau alasan pribadi lainnya.
Bagi sebagian pasangan, membekukan embrio merupakan strategi yang bijak karena tingkat kelangsungan hidup embrio setelah proses pencairan (thawing) biasanya lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan yang berhasil di masa depan. Keputusan ini sangat personal dan sebaiknya dibuat setelah berdiskusi dengan spesialis kesuburan.
3. Egg freezing dan embryo freezing menjamin kehamilan di masa depan
Mitos
Salah satu anggapan yang paling menyesatkan adalah bahwa membekukan sel telur atau embrio akan menjamin kehamilan suatu hari nanti. Meskipun prosedur ini memang dapat meningkatkan peluang, namun bukanlah jaminan.
Fakta
Keberhasilan kehamilan di masa depan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia saat sel telur dibekukan, kualitas sel telur, dan kondisi kesehatan rahim saat proses digunakan.
Penting untuk menjalani proses ini dengan ekspektasi yang realistis. Membekukan sel telur atau embrio adalah alat yang kuat dalam perencanaan keluarga, tetapi bukan jaminan mutlak prosedur ini pasti berhasil. Memahami potensi dan keterbatasan dari prosedur ini akan membantu Bunda dan pasangan membuat keputusan terbaik dalam perjalanan kesuburan.
4. Proses Egg freezing dan embryo freezing menyakitkan
Mitos
Banyak perempuan yang takut menjalani prosedur Egg freezing dan embryo freezing karena dianggap menyakitkan. Padahal, dengan teknologi saat ini, prosedurnya relatif aman.
Fakta
Selama prosedur pengambilan egg freezing atau sel telur, Bunda akan berada di bawah pengaruh anestesi, jadi tidak akan merasakan sakit saat itu. Namun, setelah prosedur Egg freezing, umumnya Bunda akan merasa kram, nyeri, atau pegal di area perut.
Sementara untuk proses embryo freezing juga tidak merasakan sakit dan aman. Bahkan, secara umum pembekuan embrio tidak meningkatkan risiko cacat lahir atau gangguan kesehatan pada kehamilan.
Semoga informasi mitos dan fakta tentang egg freezing dan embryo freezing bermanfaat ya Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)