Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Mengenal VBAC, Melahirkan Normal Setelah Pernah Caesar

Azhar Hanifah   |   HaiBunda

Rabu, 06 Aug 2025 08:30 WIB

Ilustrasi melahirkan
Mengenal VBAC, Melahirkan Normal Setelah Pernah Caesar/Foto: Getty Images/AnnaStills
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda pernah melahirkan secara caesar tapi ingin mencoba persalinan normal untuk kehamilan selanjutnya? Istilah medis untuk kondisi ini adalah VBAC (vaginal birth after caesarean).

VBAC menjadi salah satu opsi yang makin banyak dipertimbangkan para Bunda karena dinilai memiliki berbagai manfaat, termasuk pemulihan yang lebih cepat dan pengalaman persalinan yang berbeda.

Melansir dari laman Mayo Clinic, Cleveland Clinic, dan Royal College of Obstetricians & Gynaecologists, keberhasilan VBAC bisa mencapai 60–80 persen, terutama jika Bunda pernah melahirkan normal sebelumnya.

Namun, tentu saja keputusan ini perlu dipertimbangkan matang bersama tenaga medis karena ada risiko tertentu, seperti robekan pada rahim (uterine rupture), meski kemungkinannya sangat kecil.

Agar lebih memahami tentang VBAC, mulai dari pengertian, syarat, manfaat, hingga siapa saja yang boleh melakukannya, yuk Bunda simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Apa itu VBAC?

VBAC adalah singkatan dari vaginal birth after caesarean, yaitu persalinan secara normal setelah sebelumnya melahirkan lewat operasi caesar.

Dalam istilah medis, proses ini sering disebut sebagai trial of labor after caesarean (TOLAC). Jika proses ini berhasil dan bayi lahir normal, maka disebut sebagai VBAC.

VBAC score atau nilai keberhasilan VBAC menunjukkan bahwa sekitar 70 persen perempuan yang pernah menjalani operasi caesar memiliki peluang untuk melahirkan normal pada kehamilan berikutnya, terutama jika sebelumnya juga pernah melahirkan secara normal.

Syarat VBAC

Tidak semua ibu bisa menjalani VBAC. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, syarat utama VBAC adalah sebagai berikut:

  • Pernah menjalani satu atau dua operasi caesar dengan sayatan melintang rendah (low transverse incision).
  • Tidak memiliki riwayat robekan rahim sebelumnya.
  • Tidak pernah menjalani operasi besar lain pada rahim, seperti pengangkatan miom.
  • Jarak kehamilan tidak terlalu dekat (idealnya lebih dari 18 bulan).
  • Tidak ada komplikasi kehamilan saat ini, seperti posisi janin sungsang atau plasenta previa.
  • Usia Bunda tidak boleh lebih dari 35 tahun. Usia yang lebih tua akan meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan.

Manfaat VBAC

Banyak Bunda memilih VBAC karena manfaatnya yang beragam. Beberapa di antaranya:

  • Proses pemulihan lebih cepat dibanding operasi caesar.
  • Risiko infeksi, perdarahan, dan komplikasi pascaoperasi lebih rendah.
  • Bayi lebih siap bernapas sendiri karena mendapat tekanan alami saat melewati jalan lahir.
  • Menghindari risiko komplikasi dari operasi caesar berulang seperti plasenta akreta.
  • Menurunkan kemungkinan perlengketan (adhesi) pada rahim.

Kondisi yang bisa menghambat VBAC dan risikonya

Meski bermanfaat, VBAC juga memiliki risiko dan tidak disarankan dalam beberapa kondisi. Royal College of Obstetricians & Gynaecologists menyebutkan, VBAC tidak dianjurkan jika:

  • Bunda pernah mengalami robekan rahim saat persalinan sebelumnya.
  • Pernah menjalani tiga atau lebih operasi caesar.
  • Memiliki sayatan vertikal tinggi pada rahim (klasik).
  • Kehamilan kembar atau terdapat kelainan plasenta.
  • Jarak kehamilan terlalu dekat.

Risiko terbesar dari VBAC adalah robekan rahim (uterine rupture), meski kemungkinannya sangat kecil, yaitu sekitar 0,9 persen. Jika ini terjadi, harus segera dilakukan operasi caesar darurat.

Siapa yang boleh melakukan VBAC?

VBAC umumnya direkomendasikan untuk Bunda yang:

  • Hanya memiliki satu riwayat operasi caesar dengan sayatan melintang rendah.
  • Tidak punya riwayat operasi rahim lainnya.
  • Sudah pernah melahirkan secara normal sebelumnya.
  • Kehamilan saat ini tidak memiliki komplikasi serius.

Bersalinlah di rumah sakit yang mampu menangani operasi caesar darurat jika dibutuhkan.

Kelebihan dan kekurangan VBAC

VBAC memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

1. Pemulihan lebih cepat
Melahirkan secara normal memungkinkan Bunda pulih lebih cepat dibanding operasi caesar. Bunda bisa lebih cepat beraktivitas dan merawat Si Kecil.

2. Tanpa pembedahan perut
Karena tidak melalui prosedur bedah seperti operasi caesar, Bunda terhindar dari risiko luka operasi, infeksi, atau komplikasi pasca bedah lainnya.

3. Risiko komplikasi lebih rendah
VBAC menurunkan risiko perdarahan, infeksi, dan masalah pernapasan pada bayi. Ini karena bayi melewati jalan lahir dan mendapatkan tekanan alami yang membantu membersihkan cairan dari paru-parunya.

4. Mengurangi risiko operasi caesar berulang
Operasi caesar berulang bisa meningkatkan risiko komplikasi serius seperti plasenta akreta atau perlengketan organ dalam. VBAC bisa membantu mencegah risiko ini, terutama jika Bunda merencanakan punya anak lagi di masa depan.

Selain kelebihan, VBAC juga memiliki beberapa kekurangan yang wajib Bunda ketahui, seperti:

1. Risiko gagal VBAC
VBAC tidak selalu berhasil. Bila proses persalinan tidak berkembang dengan baik, dokter mungkin akan segera melakukan operasi caesar darurat (Royal College of Obstetricians & Gynaecologists).

2. Risiko robekan rahim (uterine rupture)
Meski jarang, ini adalah komplikasi serius yang terjadi saat bekas luka operasi caesar di rahim terbuka saat persalinan. Menurut laman Cleveland Clinic, risikonya sekitar 0,9 persen bila bekas sayatan sebelumnya adalah sayatan melintang rendah.

3. Potensi komplikasi darurat
Bila terjadi kegagalan VBAC dan harus dilakukan operasi caesar mendadak, prosedurnya bisa lebih berisiko dibandingkan operasi caesar yang direncanakan sebelumnya (planned C-section).

Kapan VBAC tidak disarankan?

Meski tergolong aman bagi sebagian Bunda, VBAC tidak disarankan jika:

  • Riwayat lebih dari dua kali operasi caesar.

  • Ada bekas sayatan vertikal tinggi pada rahim.

  • Pernah mengalami ruptur uterus.

  • Mengandung bayi kembar.

  • Kehamilan terlalu dekat dengan kelahiran sebelumnya.

  • Adanya gangguan seperti plasenta previa atau posisi bayi sungsang.

Mitos dan fakta seputar VBAC

VBAC atau melahirkan normal setelah sebelumnya menjalani operasi caesar sering kali dikelilingi oleh berbagai mitos yang membuat Bunda ragu. Salah satu mitos umum adalah bahwa VBAC selalu berbahaya dan tidak aman.

Faktanya, melansir laman Royal College of Obstetricians & Gynaecologists, sebagian besar perempuan sehat yang pernah menjalani satu kali operasi caesar memiliki peluang besar untuk melahirkan normal dengan selamat.

Bahkan, sekitar 3 dari 4 perempuan dengan kehamilan tanpa komplikasi berhasil menjalani VBAC.

Mitos lain menyebutkan bahwa rahim pasti robek saat VBAC. Padahal, risiko robekan rahim (uterine rupture) tergolong sangat kecil, yaitu sekitar 1 dari 200 kasus atau bahkan lebih rendah jika sayatan caesar sebelumnya adalah sayatan transversal rendah.

Yang terpenting adalah keputusan VBAC harus berdasarkan riwayat medis dan rekomendasi dokter. Jadi, jangan langsung percaya mitos ya, Bunda!

Persiapan penting sebelum memutuskan VBAC

Sebelum memutuskan untuk melahirkan dengan VBAC, ada baiknya Bunda mempersiapkan diri dengan matang. Diskusikan keinginan VBAC dengan dokter sejak awal kehamilan.

Dokter akan mengevaluasi berbagai hal seperti jenis sayatan caesar sebelumnya, riwayat persalinan, serta kondisi kehamilan saat ini.

Selain itu, penting juga untuk mempersiapkan dokumen medis dari persalinan sebelumnya agar tim medis bisa menilai apakah VBAC aman untuk dilakukan.

Melansir dari laman Mayo Clinic, peluang sukses VBAC meningkat jika Bunda pernah melahirkan normal sebelumnya dan memiliki jeda kehamilan lebih dari 18 bulan. Pilih rumah sakit yang siap melakukan tindakan caesar darurat jika diperlukan.

Persiapan penting menjelang VBAC

Saat usia kehamilan mendekati waktu persalinan, Bunda yang memilih VBAC perlu memperhatikan beberapa hal penting.

Pertama, pantau tanda-tanda persalinan seperti kontraksi teratur atau pecah ketuban. Jika terjadi, segera hubungi rumah sakit karena proses VBAC disarankan dilakukan di fasilitas medis yang siap dengan prosedur darurat.

Selama persalinan, detak jantung bayi akan dipantau secara terus-menerus untuk mendeteksi tanda-tanda stres atau risiko pada bekas luka operasi sebelumnya.

Bunda juga bisa memilih metode penghilang nyeri seperti epidural, asalkan tetap sesuai dengan pengawasan medis. Jangan lupa untuk tetap tenang dan terbuka terhadap semua kemungkinan hasil persalinan, ya, Bun!

Cerita Bunda Inda gagal VBAC karena mata minus

Bunda Inda, salah satu ibu dari empat anak, membagikan kisahnya kepada HaiBunda mengenai alasan dirinya memilih melahirkan melalui operasi caesar. Meski tidak memiliki kondisi medis serius, ia memutuskan caesar karena menderita mata minus tinggi, yakni -6.5.

Menurut penjelasan dokternya, ia bisa saja melahirkan normal, tetapi risikonya cukup tinggi, terutama pada retina jika mengejan terlalu kuat. Karena itu, sejak anak pertama hingga keempat, Inda menjalani persalinan caesar.

Inda sempat mempertimbangkan VBAC, namun khawatir terhadap kemungkinan gagal dan harus menjalani caesar darurat seperti yang dialami temannya.

Ketakutan itu membuatnya tetap memilih caesar, meski saat persalinan ketiga, ia sempat merasa cemas karena risiko caesar berulang semakin meningkat.

Inda juga pernah menjalani metode ERACS (enhanced recovery after cesarean surgery) saat anak keempat, yang menurutnya jauh lebih nyaman dan minim efek samping dibanding caesar biasa.

Kisah Bunda Inda menjadi contoh bahwa keputusan melahirkan harus mempertimbangkan banyak aspek, termasuk kondisi fisik dan kenyamanan Bunda saat melahirkan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda