HaiBunda

KEHAMILAN

Ketahui Pentingnya Menjaga Jarak 1 Tahun untuk Hamil lagi Setelah Melahirkan

Amrikh Palupi   |   HaiBunda

Selasa, 14 Oct 2025 15:40 WIB
Ketahui Pentingnya Menjaga Jarak 1 Tahun untuk Hamil lagi Setelah Melahirkan/Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH
Jakarta -

Kabar bahagia datang dari pasangan Rizky Billar dan Lesti Kejora. Pasalnya, Lesti Kejora baru saja mengumumkan tengah hamil anak ketiga.

Kehamilan ketiga ini menambah kebahagiaan keluarga Billar dan Lesti Kejora yang menikah pada Agustus 2021. Dalam video tersebut, Abang El bersyukur segera punya adik lagi. "Alhamdulillah, Abang punya adek lagi," ucap Abang El.  

Kebahagiaan ini diketahui dari unggahan Rizky Billar dan Lesti Kejora melalui akun Instagram pribadinya mereka, Sabtu (11/10/2025). Tentunya kabar tersebut menjawab rumor yang belakangan beredar jika Lesti sedang hamil anak ketiga. 


Lesti baru melahirkan anak keduanya pada 25 Januari 2025, ini berarti kehamilan ketiga ini terhitung belum setahun setelah ia melahirkan. Sebenarnya, adakah risiko bila melahirkan dalam waktu yang terlampau dekat dan berapa jarak amannya? Simak penjelasannya yuk.

Pentingnya mengatur jarak kelahiran anak

Dilansir dari BBC, pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini merekomendasikan jarak ideal selama 24 bulan dan tidak kurang dari 18 bulan. Alasannya, jika jarak kehamilan yang terlalu pendek berisiko menyebabkan kelahiran prematur, bayi berukuran kecil, serta meningkatnya angka kematian bayi dan ibu.

Menurut penelitian di University of British Columbia (UBC) dan Harvard T.H. Chan School of Public Health, serta diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine yang melibatkan 150.000 kelahiran di Kanada menemukan jarak antara 12 hingga 18 bulan merupakan waktu ideal antara melahirkan dan hamil kembali.

Penulis utama studi tersebut, Laura Schummers, mengatakan penelitian kami menemukan peningkatan risiko baik bagi ibu maupun bayi ketika jarak antara kehamilan terlalu dekat, termasuk pada perempuan berusia di atas 35 tahun.

"Temuan ini sangat penting bagi wanita yang lebih tua, karena mereka cenderung memiliki jarak kehamilan yang lebih pendek dan sering kali melakukannya secara sengaja," ujar Laura Schummers. 

Sementara peneliti Dr. Sonia Hernandez-Diaz mengatakan bahwa temuan tersebut menunjukkan adanya perbedaan risiko berdasarkan kelompok usia. Menurutnya, jarak kehamilan yang terlalu pendek bisa jadi mencerminkan kehamilan yang tidak direncanakan, terutama di kalangan perempuan muda.

"Apakah peningkatan risiko tersebut disebabkan oleh tubuh yang belum sempat pulih setelah melahirkan, atau karena faktor lain yang terkait dengan kehamilan tidak terencana seperti kurangnya perawatan kehamilan. Rekomendasinya mungkin tetap sama, tingkatkan akses terhadap kontrasepsi pasca melahirkan, atau hindari hubungan seksual tanpa perlindungan dengan pasangan pria setelah melahirkan," tuturnya. 

Mandy Forrester dari Royal College of Midwives mengatakan bahwa penelitian ini merupakan riset yang bermanfaat dan memperkuat temuan dari penelitian sebelumnya tentang jarak antar kelahiran.

"Pada akhirnya, keputusan mengenai berapa lama jarak antara satu kehamilan dan kehamilan berikutnya tetap menjadi pilihan setiap perempuan, berapa pun usia mereka. Yang terpenting adalah mereka memahami bukti ilmiah mengenai jarak kehamilan dan membuat keputusan berdasarkan informasi yang tepat," tuturnya. 

Mandy Forrester menambahkan bahwa perempuan perlu mendapatkan akses terhadap layanan konsultasi kontrasepsi agar dapat mengatur jarak kelahiran jika mereka menginginkannya. Namun, ia menyoroti bahwa layanan keluarga berencana khusus di Inggris masih tidak merata dengan dokter umum (GP) sering kali hanya menawarkan kontrasepsi oral.

"Layanan spesialis seharusnya tersedia bagi semua perempuan," kata Mandy Forrester. 

Risiko jarak kehamilan terlalu dekat

Mengutip laman Med.ubc.ca, dalam studi yang diterbitkan pada 29 Oktober di JAMA Internal Medicine, para peneliti juga menemukan bahwa hamil kembali kurang dari 12 bulan setelah melahirkan dikaitkan dengan peningkatan risiko bagi perempuan dari segala usia. 

Risiko terhadap ibu terutama ditemukan pada perempuan berusia di atas 35 tahun, sedangkan risiko terhadap bayi ditemukan pada semua kelompok usia, tetapi paling tinggi pada perempuan berusia 20–34 tahun.

Para peneliti menelusuri hubungan antara risiko pada ibu dan bayi dengan jarak antar kehamilan pada 148.544 kehamilan di British Columbia (B.C.). Data tersebut dikumpulkan dari catatan kelahiran, kode tagihan medis, data rawat inap, data resep obat untuk informasi kesuburan, serta catatan sensus.

Pada perempuan berusia di atas 35 tahun yang hamil kembali enam bulan setelah melahirkan sebelumnya, para peneliti menemukan risiko sebesar 1,2 persen (12 kasus per 1.000 kehamilan) untuk kematian ibu atau komplikasi parah. Namun, ketika menunggu 18 bulan sebelum hamil lagi, risiko tersebut turun menjadi 0,5 persen (lima kasus per 1.000 kehamilan).

Sementara pada perempuan yang lebih muda, para peneliti menemukan risiko kelahiran prematur spontan sebesar 8,5 persen (85 kasus per 1.000 kehamilan) yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu setelah proses persalinan dimulai secara alami pada kehamilan yang berjarak enam bulan.  Namun, bagi perempuan muda yang menunggu 18 bulan di antara kehamilan, risiko tersebut menurun menjadi 3,7 persen (37 kasus per 1.000 kehamilan).

Pada perempuan yang lebih tua, risiko persalinan prematur spontan sekitar 6 persen (60 kasus per 1.000 kehamilan) pada jarak kehamilan enam bulan, dibandingkan dengan 3,4 persen (34 kasus per 1.000 kehamilan) pada jarak 18 bulan.

Meskipun penyebab hasil kehamilan yang buruk pada jarak kehamilan pendek di kalangan perempuan muda maupun tua tidak diteliti secara spesifik dalam studi ini, temuan tersebut menunjukkan bahwa setiap kelompok usia memiliki profil risiko yang berbeda.

"Jarak kehamilan yang pendek mungkin mencerminkan kehamilan yang tidak direncanakan, terutama di antara perempuan muda,” ujar Dr. Sonia Hernandez-Diaz, profesor epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

7 Arti Hasil Test Pack Samar, Benarkah Pertanda Hamil?

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Akur Pasca Cerai, Ini 5 Potret Masayu & Lembu Wiworo Bersama Anak Ikut Maraton di Australia

Mom's Life Nadhifa Fitrina

7 Penyebab Puting Payudara Berwarna Hitam

Menyusui Ajeng Pratiwi & Sutan Muhammad Aqil

Angelina Jolie Buka Luka Perceraian dengan Brad Pitt, Masih Berkonflik hingga Hindari Tempat Ini

Mom's Life Amira Salsabila

8 Ucapan Orang Tua yang Maksudnya Baik, tapi Justru Bisa Merugikan Anak

Parenting Asri Ediyati

Daftar Resep Cake Lembut dan Tidak Seret, Simpel untuk Pemula

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Mengenal Karakteristik Anak Pertama yang Kerap Dituntut Selalu Sempurna

Akur Pasca Cerai, Ini 5 Potret Masayu & Lembu Wiworo Bersama Anak Ikut Maraton di Australia

7 Penyebab Puting Payudara Berwarna Hitam

Daftar Resep Cake Lembut dan Tidak Seret, Simpel untuk Pemula

Nina Zatulini Merasa BB Cepat Naik di Awal Kehamilan, Apa Penyebabnya?

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK