Jakarta -
Dulu saat masih cuti melahirkan, saya berusaha mengumpulkan stok ASI. Tapi, sedih luar biasa, Bun, soalnya pas memerah
ASI, hasilnya cuma sekitar 30 ml. Saat itu, kepercayaan diri saya runtuh.
Mungkin bayi saya yang beberapa kali nangis-nangis itu karena nggak dapat
ASI yang cukup ya? Rasanya pengen banget nangis. Tapi di suatu pagi, saat saya bangun tidur, sekali pumping hasilnya lebih dari 200 ml. Sejak itu saya jadi sadar kalau waktu memerah ASI itu memengaruhi jumlah ASI yang dikumpulkan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, yang saya temui baru-baru ini meyakinkan bahwa ASI hasil perahan tidak menggambarkan ASI yang diasup bayi kita. "Jadi kalau aku pompa lalu keluar 20 ml, bukan berarti kalau nyusuin langsung juga cuma 20 ml. Kalau kita memerah setelah menyusui ya wajar aja kalau cuma dapat 20 ml," kata Nia.
"Sementara kalau bangun tidur kan oksitosin meningkat, bayi mungkin juga belum menyusu pagi itu, jadi wajar aja kalau hasilnya lebih banyak. Jangan melihat jumlah perahannya berapa, tapi lihat tanda kecukupan ASI-nya pada bayi," papar Nia mengingatkan.
Tanda kecukupan ASI bisa dilihat dari frekuensi si kecil buang air kecil dan dari pertambahan berat badannya. Untuk bayi berusia 1 hari, buang air kecil 1 kali. Usia 2 hari, 2 kali. Usia 3 hari, 3 kali. Usia 4 hari, 4 kali. Usia 5 hari, 5 kali, dan bayi berusia 6 hari atau lebih setidaknya buang air kecil sebanyak 6 kali per hari.
Oh iya, ibu yang baru melahirkan itu kan biasanya gampang baper ya, karena itu kadang kita perlu nutup kuping, Bun. Misalnya kalau ada orang yang lihat ASI perah kita cuma dikit dan komentar kalau kita makannya nggak bener, hadapi dengan senyum aja. Yang penting kita sudah mendapat cukup gizi.
"Kalau anak kita nangis kan katanya jangan cepet-cepet digendong. Jangan digendong biar nggak bau tangan. Itu mitos. Padahal kalau banyak didekap, nanti banyak nyusu, bikin anak jadi percaya diri juga," imbuh Nia.
Di kesempatan yang sama, Bun, Sekjen AIMI, Farahdibha Tenrilemba, mengatakan sejak dulu dan bahkan di beberapa negara masalah ibu menyusui yang dikeluhkan adalah merasa ASI kurang. "Kadang ini soal sugesti. Yang kayak gini bisa pengaruhi oksitosin. Tapi kalau happy, seneng, rileks, nggak stres, ASI lancar," ucapnya.
(Nurvita Indarini/rdn)