Jakarta -
Widuri Putri Sasono, anak kedua pasangan
Widi Mulia dan Dwi Sasono, memerankan tokoh 'Ara' dalam film Keluarga Cemara. Siapa sangka, film ini pun berdampak besar bagi bocah 8 tahun tersebut dan juga keluarganya.
"Widuri ini nggak sadar kalau dia punya talenta di beberapa bidang. Dia bisa drawing (menggambar), bisa main instrumen juga. Menurut dia, main gitar dan piano itu sudah biasa. Tapi buat saya, wah ternyata nih anak bisa ya," kata Widi, dalam wawancara eksklusif bersama HaiBunda.
Widi memang sengaja mendorong Widuri agar bisa bermain instrumen, karena dirinya tidak menguasai alat musik dan hanya bisa menyanyi. Menurut Widi, putrinya ini belum sadar bahwa modal utama untuk bisa menjadi musisi adalah mengerti notasi dan bisa menguasai instrumen.
"Jadi buat saya, anak ini ternyata perlu ditantang. Seperti salah satunya ada di film Keluarga Cemara ini baru dia bisa merasa mungkin dia punya bakat akting. Sebelumnya memang ada bakat, tapi nggak diasah jadi begitu ada kesempatan buat dia mengasah bakatnya itu, baru deh keluar," ungkap ibu tiga anak ini.
Saat proses syuting maupun promosi film, dikatakan kalau sang adik Den Bagus kadang suka ikut juga tuh, Bun.
Widuri bilang, berisik banget tapi kalau nggak ada Denden, panggilan akrab Den Bagus, Widuri bakal kangen. Lain lagi dengan si kakak, Dru, dikatakan Widi saat lagi bicara Keluarga Cemara, anak sulungnya itu merasa sedih dan jauh dari topik ini.
"Iya, Dru tuh merasa left out gitu tapi aku senangnya dia mengungkapkan itu. Seperti, 'Yah aku nggak ada di situ', gitu. Ya wajar ya, nggak usah anak kecil, aku aja kalau ada projek seru terus kita nggak termasuk di dalamnya tuh iri. Apalagi anak kecil, jadi expected banget sih," papar Widi.
Untungnya, meski nggak terlibat dalam film, Dru sering ikut dalam latihan-latihan yang Widuri jalani. Bahkan saat pembuatan poster, Dru juga ikut di dalamnya.
"Penting buat aku memberi pengertian, bahwa kesuksesan salah satu dari kami adalah berkat dukungan satu sama lain. Alhasil, aku dan Mas Dwi bimbing Dru untuk melewati rasa kecewanya. Itu aja udah kita hargain, karena ada lho anak yang disimpan aja dan merasa nggak apa-apa, kayak denial gitu. Nah, anak ini sudah terbiasa ungkap rasa kesal, marah, iri dan lainnya dan ini menolong aku dan Mas Dwi untuk cari solusinya," tutur Widi.
Wah, bagus banget nih apa yang dilakukan
Widi dan suami ya, Bun. Penting mengajarkan anak untuk tak saling iri terhadap apapun, termasuk soal kesuksesan.
Agar si sulung dan adiknya tak saling iri, psikolog anak dari Klinik Tiga Generasi Anastasia Satriyo MPsi, Psikolog, mengatakan bahwa penting bagi orang tua untuk melihat kebutuhan anak saat itu apa. Sebab, masing-masing anak di usia berbeda, memiliki kebutuhan yang berbeda.
Wanita yang akrab disapa Anas ini mencontohkan misalnya anak usia 5 dan 3 tahun. Di usia 5 tahun, anak sudah banyak omong dan sudah mulai sekolah. Bisa saja, kebutuhan si anak adalah ceritanya didengarkan. Sementara si adik yang belum bisa banyak omong, lebih senang diajak bermain.
"Sama aja kayak di pekerjaan, klien maunya apa, kita sesuaikan. Jadi bisa kita anggap anak itu klien kita," kata Anas dilansir
detikcom.
[Gambas:Video 20detik]
(aml/muf)