Jakarta -
Toksoplasma sebenarnya hanya berupa protozoa yang masuk ke dalam tubuh dan bisa menetap di sana sewaktu-waktu. Nah, pada kondisi tertentu, toksoplasma bisa menjadi bibit penyakit. Yang biasanya suka dikhawatirin kan kalau dialami ibu hamil ya, Bun.
Tapi Bun, kata Dr drh Mufasirin, M.Si., dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, pada dasarnya bila masuk ke tubuh orang sehat, protozoa bernama lengkap Toksoplasma gondii ini nggak akan memberikan dampak apapun, lho.
"Tapi akibat adanya sistem imun, maka
toksoplasma di sel akan mengalami suatu perkembangan yang lambat. Hanya membentuk suatu kista, itu pun dormant (tidur, red)," jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Masalah baru muncul belakangan ketika kista ini pecah, yaitu saat sistem kekebalan manusia yang ditinggalinya menurun. "Jadi begitu drop, kista itu nanti pecah dan bisa menyebar. Tetapi ini sistem kekebalan yang turunnya drop sekali lho. Kalau yang normal-normal saja ya nggak," tambahnya.
Siapa saja yang rentan mengalaminya, Dok? drh Mufasirin menyebut mereka yang 'kurang beruntung' saat berhadapan dengan toksoplasma antara lain ibu hamil; individu yang menjalani terapi dengan obat-obatan imunosupresan pasca prosedur pencangkokan ginjal atau organ lain; dan individu dengan imunosupresi atau mengalami penurunan sistem kekebalan seperti pasien HIV-AIDS.
"Karena dia sistem kekebalannya rendah atau sama sekali nggak ada, si parasit ini bisa berkembang dengan cepat. Sampai-sampai bisa ke otak dan menimbulkan kematian," tegas drh Mufasirin.
drh Mufasirin menambahkan, toksoplasma biasanya menyerang bagian tubuh di mana protozoa ini 'tinggal'. Ia mengambil contoh ketika toksoplasma menyerang mata. "Di mata nanti akan berkembang. Biasanya radang dulu. Jika tidak diobati, lama-lama akan menyebabkan kerusakan yang berat dan kebutaan," paparnya.
Contoh kedua adalah di otak, Bun. Pria yang juga aktif meneliti ini mengatakan bila sistem imun orang yang diserang sedang bagus, maka
toksoplasma yang masuk ke otak tadi hanya akan membentuk kista.
"Kalau kecil sih nggak apa-apa. Tapi kalau besar dia akan menekan atau mengganggu sel-sel yang ada di sekitarnya. Misalnya saraf yang meng-handle anggota gerak, ya bisa anggota geraknya lumpuh. Atau kalau saraf penglihatan ya ada gangguan mata," urainya.
Ironisnya lagi, Bun, ketika akhirnya mengakibatkan suatu infeksi atau penyakit, toksoplasma ini juga tidak memicu munculnya gejala klinis yang khas.
"Secara umum untuk individu-individu normal, itu tidak menunjukkan gejala klinis. Hanya demam seperti flu aja atau nggregesi (demam, red), tapi ini pun hanya untuk beberapa kasus saja sehingga menyulitkan penanganannya," pungkasnya.
(Rahma Lillahi Sativa)