Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Ketika Suami Alami Depresi Pasca Istri Melahirkan

  |   HaiBunda

Senin, 07 Aug 2017 14:40 WIB

Setelah istri melahirkan, yang depresi kok malah suami? Itu bisa aja terjadi lho.
Ilustrasi suami mengalami depresi pasca melahirkan/ Foto: Hasan Al Habsy
Jakarta - Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression (PPD) identiknya cuma dialami para ibu alias pihak istri aja. Padahal, kondisi ini juga bisa dialami oleh para ayah atau pihak suami, setelah sang istri melahirkan.

Kata psikolog, Intan Erlita M.Psi, depresi pasca melahirkan biasanya timbul akibat rasa lelah yang ditanggung oleh bunda yang baru saja melahirkan. Pada kebanyakan kasus, yang mengalami fenomena ini adalah seorang istri. Namun, kata Intan jangan salah lho, suami juga bisa mengalami itu.

Intan bilang, 10 dari 100 suami juga mengalami depresi pasca melahirkan. Kok bisa? Ya, karena biasanya suami terlalu sedih melihat keadaan istri atau anaknya. Salah satu ayah yang pernah mengalami depresi pasca melahirkan adalah dr Agung Zentyo Wibowo BMedSc atau biasa dipanggil dr Agung. Dia bercerita, waktu itu anaknya lahir dalam keadaan prematur.

"Waktu awal kehamilan istri memang sudah sedikit masalah. Pada saat itu, saya masih membiarkan istri beraktivitas normal. Kemudian pada usia kehamilan 26 minggu, setelah praktik malam, saya dikabarkan oleh istri saya, bahwa ia terus-terusan mulas. Akhirnya saya bawa ke rumah sakit," kata dr Agung dalam talkshow 'Post Partum Depression dan Kelainan Bawaan Lahir' yang diselenggarakan di RSAB harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat, baru-baru ini.

Pas sampai di RS, istri dr Agung dinyatakan udah mengalami pembukaan 3. Akhirnya, sang istri dirawat dan kasih obat untuk mempertahankan pembukaannya agar nggak berlanjut. Tapi, rupanya nggak berhasil hingga besok malamnya, anak dr Agung lahir dengan bobot 800 gram.

"Saya pada saat itu shock dan langsung mencari inkubator RS. Saya juga bingung, soalnya usia 26 minggu itu masih prematur banget dan kondisinya rawan banget. Kemudian saya cari rumah sakit rujukan yang dapat merawat anak saya, ternyata RS-nya pada penuh. Tapi, akhirnya dapet juga RS yang bisa merawat anak saya. Setelah itu saya dan istri beraktivitas seperti orang tua bayi prematur," tambah dr Agung.

dr Agung dan istri mengaku sempat kepayahan dalam mengurus buah hatinya. Misalnya, karena prematur, si kecil mendapat ASI lewat ASI perah yang di-exclusive pumping dan dialirkan lewat selang. Mengantar ASI perah untuk si kecil pun dilakukan dr Agung dan istrinya tiap hari. Padahal, waktu itu dr Agung tinggal di Jakarta Timur dan RS tempat si kecil dirawat di Jakarta Selatan.

Nggak sampai di situ, kesedihan juga dialami dr Agung karena melihat istrinya yang menangis tiap hari karena melihat bunda lainnya bisa langsung membawa dan menggendong si kecil pulang, sementara dirinya tidak. Soalnya, Bun, kala itu kata dr Agung jangankan menggendong, dr Agung dan istrinya belum dibolehkan menyentuh si bayi karena kondisinya yang masih lemah dan harus berada di inkubator.

"Saya pun cari info di internet tentang bayi prematur, ternyata kasus bayi prematur di Indonesia pada waktu itu belum banyak diekspos. Sementara, karena depresi istri saya nggak mau melihat info apapun soal kondisi bayi kami. Waktu itu saya merasa saya berada di dunia yang berbeda, maksudnya saya berbeda dengan ayah yang lain, yang memiliki bayi normal," tambah dr Agung.

Seiring berjalannya waktu dan ketabahan mereka berdua, akhirnya si kecil bisa tumbuh dengan normal. Berangkat dari pengalamannya, dr Agung membagi tips bagi para suami dalam menghadapi kondisi seperti dia yakni depresi pasca melahirkan . Kata dr Agung, untuk para orang tua bayi prematur, jangan larut dalam kesedihan ya.

"Carilah informasi mengenai bayi prematur. Ketika anak diperbolehkan keluar dari inkubator diusahakan langsung skin to skin antara anak dan bunda," ujarnya. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda