Jakarta -
Kadang kita ingin suami paham tanpa harus dikasih tahu apa hal yang membuat kita kesal. Kadang kita maunya nggak perlu harus terus kasih tahu suami tentang hal-hal yang menyenangkan buat kita. Tapi berhubung suami bukan cenayang, apa yang kita pikirkan sering kali nggak diketahui suami kalau kita nggak sampaikan.
Saya pernah ngerasain juga nih, Bun. Jadi nih, menurut saya tanpa dikasih tahu harusnya suami pengertian ya, misalnya mbok ya berinisiatif membeli sarapan saat weekend ketika saya masih sibuk mengurus rumah dan si kecil. Karena suami malah asyik sendiri sama laptopnya, entah mengerjakan kerjaan kantor atau sedang main game, saya jadi bete.
Iya, rasanya tuh kayak semua hal kok saya yang ngerjain ya. Kok suami nggak ada pedulinya, istrinya udah bangun dari tadi pagi, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, eh suami bangun tidur nggak menawarkan bantuan itu jadinya kesel.
Sepele sih ya, Bun, masalah selesai kok dengan saya bilang ke suami untuk membantu beli sarapan atau mengasuh si kecil, sementara saya mengerjakan pekerjaan yang lain. Tapi kadang nih saya nggak suka kalau apa-apa serba dikasih tahu. Harusnya kan suami peka ya. Nah, begitu melihat muka saya cemberut dan suami bertanya kenapa, saya menjawab, "Nggak apa-apa".
Psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi, Anna Dauhan, mengatakan sering kali seseorang bilang 'nggak apa-apa' padahal sebenarnya 'ada apa-apa'. Yang kadang bikin miris nih, karena kita bilang nggak apa-apa, masalah jadinya nggak segera terselesaikan. Khawatirnya nih, kalau masalah nggak terselesaikan, anak jadi pelampiasan kekesalan. Duh, jangan sampai ya, Bun.
"Kalau jadikan anak jadi pelampiasan marah, anak merasa nggak oke, konsep diri kena, merasa nggak disayang. Kalau anak jadi target sasaran kemarahan, itu nggak efektif," ujar Anna beberapa waktu lalu.
Kebiasaan bilang 'nggak apa-apa' saat 'ada apa-apa' sebenarnya nggak sehat banget. Karena ini bisa jadi 'bom waktu'. Kita bisa 'meledak' dengan kemarahan dan kekesalan yang sudah menumpuk.
"Biar nggak sakit hati sama orang, kalau nggak seneng, kita perlu bicara atau bilang, bukan berantem atau diam saja," tambah Anna.
Sering kali nih bun, asertif kita nggak terlatih. Tapi untuk menyampaikan apa yang nggak kita sukai juga perlu momen sih. Jangan sampai kita menyampaikannya saat sedang marah atau saat sedang nggak marah sama sekali.
"Di level mulai sebal, tapi belum 'meledak', bisa kita sampaikan. Lebih baik disampaikan secara langsung dengan baik ketimbang menggunakan cara-cara nggak langsung. Kalau kita ada yang ngganjel, pasti kita bilang males sama seseorang. Nah, itu pasti ada yang ngganjel," papar Anna.
Kalau ganjalan di hati ini menumpuk lalu 'meledak', maka bisa jadi merembet ke kesalahan di masa lalu. "Tapi kalau kita bilang langsung apa kesalahannya yang bikin kita kesal, maka yang bersangkutan akan menyadari lalu meminta maaf," imbuh Anna. (Nurvita Indarini/rdn)