Jakarta -
Tahun sudah berganti, Bun. Apa
resolusi Bunda di tahun 2018 ini? Kalau ingin memperbaiki pola asuh terhadap anak-anak, bunda nggak sendirian. Saya termasuk yang ingin menjadi orang tua yang lebih baik lagi. Bahkan resolusi ini lebih penting dibanding keinginan saya untuk menurunkan berat badan. He-he-he.
Namanya resolusi, tentunya kita ingin memperbaiki diri atau melakukan sesuatu yang lebih baik lagi kan, Bun. Untuk para orang tua, ada beberapa resolusi parenting yang bisa jadi inspirasi buat Bunda dan dimasukkan ke daftar resolusi tahun 2018 seperti dilansir CNN berikut ini nih:
1. Lebih Perhatian ke Anak
Kalau sedang bersama anak-anak, kadang kita sibuk sendiri karena ada pekerjaan atau dengan gadget. Ya nggak, Bun? Nah, untuk resolusi 2018, coba yuk kita perbaiki kebiasaan itu dengan lebih fokus dan memberi perhatian penuh ke anak ketika bersamanya sehingga mereka lebih bahagia. Selain itu, kita juga perlu mendengarkan, menanggapi, dan berbicara dari hati sama anak, lho.
Mulai sekarang, mari kita coba sepenuhnya berada di dekat anak dengan memberi apa yang mereka butuhkan yakni perhatian yang dikombinasikan dengan keterbukaan yang mendorong anak untuk berbagi pemikirannya.
2. Lebih Santai dalam Beberapa HalSecara nggak disadari, Bunda bisa membebani diri sendiri dengan harapan yang sebenarnya nggak terlalu jadi masalah besar kalau kita berhenti sejenak memikirkannya. Beberapa pencapaian perkembangan anak kayak merangkak, bicara, jalan, lulus toilet training, membaca, dan naik sepeda akan dicapai anak di usia berbeda. Sebab, masing-masing anak kan unik ya, Bun? Sehingga ketika kita merasa atau dengar omongan orang soal tumbuh kembang anak padahal masih aman, nggak perlu terlalu stres.
Tapi, ketika memang dirasa tumbuh kembang anak nggak sesuai grafik pertumbuhan, perlu banget kita segera berkonsultasi sama dokter. Hal terpenting, kita selalu memperhatikan asupan nutrisi anak, waktu istirahat, dan senantiasa memberikan asah, asih, dan asuh pada mereka.
3. Kurangi Teriakan untuk Anak, Yuk Lebih SabarKalau anak udah ngeselin, sering banget nih kita bawaannya emosi tingkat tinggi dan pengen banget teriak-teriak ke mereka. Eits, tapi jadi orang tua memang sumbu kesabarannya harus lebih panjang nih, Bun. He-he-he. Apalagi, menasihati anak dengan cara berterikan nggak efektif lho.
Peneliti di University of Pittsburgh dan University of Michigan menemukan remaja yang orang tuanya berteriak untuk mendisiplinkan mereka malah lebih banyak punya masalah perilaku, termasuk kekerasan. Studi lain juga menunjukkan teriakan dari orang tua bisa menurunkan harga diri anak dan meningkatkan kemungkinan depresi.
Nggak cuma itu, berteriak bisa meningkatkan stres keluarga di sekitarnya. Dalam bukunya, 'Ready, Set, Breathe,' Carla Naumburg membagikan latihan sederhana untuk meredakan amarah yang menggebu sehingga kita bisa lebih tenang dalam merespons masalah. Caranya mudah kok, Bun. Coba letakkan tangan di permukaan seperti meja dan rasakan kaki yang menyentuh lantai. Kemudian berhitung sampai 10.
Selain itu, Bunda juga bisa berjalan kaki, berbaring sejenak, dan bernapas perlahan. Bunda bisa memberi tahu anak-anak kalau bunda perlu beristirahat sebelum meresponsnya karena ingin menenangkan diri. Itu bisa jadi contoh yang baik buat anak dalam mengelola emosi ketika ada di situasi yang cukup mengesalkan buat mereka.
Namun, ada pengecualian nih Bun. Kalau anak dalam bahaya Bunda memang perlu berteriak agar anak mematuhinya. Contohnya begini, Bun. Kita berteriak ke anak saat dia mau memegang panci yang panas.
Resolusi Parenting 2018, Mana yang Juga Bunda Miliki? /Foto: Thinkstock |
4. Lebih Sabar dalam Mengajari AnakAnak diajari sesuatu tapi nggak langsung ngerti? Itu wajar. Apalagi tiap anak punya kemampuan masing-masing. Tapi, bukan berarti kita menyerah mengajari mereka. Semuanya butuh proses. Nah, yang bisa kita lakukan nih, coba kasih anak waktu lebih luang untuk belajar melakukan sesuatu.
Misalkan untuk berlatih mengikat sepatu. Baiknya jangan pas anak mau berangkat sekolah karena waktunya mepet dan terburu-buru, kita bisa senewen dan anak nggak berhasil-berhasil ngikat sepatunya. Ada baiknya kita ajari anak dengan bermain peran di waktu bermain. Dengan waktu yang lebih lowong, kita jadi lebih sabar, anak rileks, proses pembelajaran pun bisa lebih baik. Untuk itu, yuk kita jadikan lebih sabar sebagai salah satu
resolusi tahun 2018, Bun.
5. Kurangi Waktu Nge-gadgetTerlalu lama main gadget bisa menurunkan kualitas dan kuantitas hubungan, termasuk hubungan kita sama anak dan suami, Bun. Untuk itu, yuk kita evaluasi apakah waktu kita nge-gadget selama ini udah berlebihan. Termasuk juga waktu anak untuk main gadget. Kalau sudah melebihi batas, coba atur kegiatan lain yang bisa dilakukan untuk menggantikan aktivitas nge-gadget.
Supaya anak mau mengurangi waktunya main gadget, kita sebagai orang tuanya juga mesti mencontohkan. Buat anak, psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas bilang dampak terburuk kalau anak udah kecanduan banget adalah bisa terjadi speech delay alias keterlambatan bicara. Soalnya, saat bermain gadget sendirian, stimulasi nggak didapat anak secara dua arah.
Karena itu cobalah bertekad mengurangi waktu menatap dunia digital sebesar 25 persen. Atau kalau terlalu besar, cobalah 10 persen dulu. Sebagai gantinya, pilihlah alternatif yang menyenangkan seperti main basket, main lego, membaca buku, memasak, menulis, atau hal lainnya yang menyenangkan.
6. Perhatikan Diri KitaBunda pasti lebih sering mendedikasikan waktu untuk keluarga hingga seringkali lupa memperhatikan diri sendiri. Padahal, ingat deh, Bun, anak mendapat manfaatnya kalau
Bunda bahagia.
Tak ada salahnya Bunda membuat resolusi di tahun ini untuk memiliki lebih banyak me time. Bisa dengan bertemu teman, mengerjakan hobi, olahraga, atau menikmati kesendirian. Me time perlu agar Bunda jadi orang tua yang lebih efektif dan bahagia.
Me time bermanfaat memperbaiki kondisi psikologi dan fisik seseorang lho, Bun. Kalau kita stres dampak buruknya bisa dialami tubuh. Kata dr Claudia Lee dari divisi kesehatan mental Sydney Integrative Medicine, hormon stres atau kortisol berpengaruh pada fungsi kekebalan tubuh, tekanan darah, dan proses anti-inflamasi pada tubuh. Sehingga, ketika melakukan sesuatu yang memperlambat hormon kortisol, imunitas, tekanan darah, dan proses anti-inflamasi tubuh kembali ke taraf normal.
"Ketika kita terus melakukan kegiatan sehari-hari, tanpa beristirahat dengan memanfaatkan me time, hormon kortisol tidak akan menurun sehingga tubuh kita tidak berfungsi dengan baik. Di situlah Anda mulai sulit berkonsentrasi, mudah marah, dan mengalami penurunan libido," terang dr Claudia.
Resolusi Parenting 2018, Mana yang Juga Bunda Miliki? (Foto: ilustrasi/thinkstock) |
7. Semangat Mencapai Resolusi Tahun IniSupaya
resolusi parenting tahun ini bisa tercapai, kita perlu rutin mengecek apa yang sudah berhasil kita lakukan. Supaya lebih gampang Bunda bisa bikin list-nya lho. Penelitian menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk sebuah tindakan menjadi kebiasaan yaitu dua bulan asal dilakukan setiap hari.
Jangan lupa juga kasih tahu pasangan dan keluarga soal resolusi ini. Sehingga, mereka bisa memberi dukungan dan mengingatkan ketika ada yang terlewat Bunda lakukan. Dan ingat, kesalahan adalah momen untuk dijadikan model buat anak-anak kita. Jadi, tetap lakukan usaha terbaik. Kalau kita masih nggak sengaja teriak-teriak sama anak, cukup minta maaf dan tunjukkan kepada anak-anak bahwa kita semua manusia. Lalu, ingatkan diri sendiri bahwa menjadi orang tua adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan.
(rdn/rdn)