Jakarta -
Siapa sih wanita yang nggak ingin tampil awet muda dan menarik? Untuk mendapatkan itu, bukan nggak mungkin bedah atau
operasi plastik jadi pilihan.
Namun, setiap tindakan operasi sekecil apa pun, pasti ada risikonya. Baik dari faktor pasien, dokter atau peralatan yang digunakan. Nah untuk operasi plastik ini ada beberapa dampak yang perlu Bunda tahu seperti dilansir berbagai sumber.
1. Efek yang Berlebihan
Langkah untuk terlihat awet muda bukan baru-baru ini dilakukan wanita dewasa. Namun, semakin banyak botox disuntikkan ke wajah, disebutkan si wanita makin kelihatan tua.
"Ketika Botox digunakan untuk kehalusan dan kecantikan, wanita itu seharusnya tidak terlihat 'berisi'. Harusnya wanita tersebut hanya terlihat lebih segar," kata ahli bedah plastik konsultan Inggris Norman Waterhouse dilansir
The Guardian.
Jika menggunakan filler terlalu banyak untuk mengencangkan kulit, maka ketika efeknya menghilang wanita harus melakukan filler kembali atau seperti ketergantungan. Salah satu prosedur dalam operasi platik adalah facelift yang bertujuan mengencangkan kulit muka dan leher. Meski menghasilkan wajah yang awet muda, tampilan facelift usai operasi memang bikin bergidik. Seluruh wajah yang dibungkus perban tampak merah dan bengkak, seperti bekas cedera.
Tampilan yang sangat tidak menarik usai facelift adalah hal yang wajar. Dikutip dari
detikcom, pasien juga akan merasa pusing, letih, dan tidak bisa banyak bergerak. Pasien biasanya baru bisa bergerak sendiri saat penyembuhan di hari kedua.
2. Memengaruhi Psikologis
Analisis terbaru terhadap 37 penelitian tentang fungsi psikologis dan psikososial pasien sebelum dan sesudah operasi plastik oleh pekerja sosial Roberta Honigman dan psikiater Katharine Phillips MD, dan David Castle MD, menunjukkan hasil positif pada pasien, termasuk peningkatan citra tubuh dan kemungkinan peningkatan kualitas hidup juga.
Tetapi penelitian yang sama, diterbitkan di bulan April 2004 tentang Bedah Plastik dan Rekonstruksi menemukan beberapa prediktor hasil yang buruk. Terutama bagi mereka yang punya harapan yang tidak realistis atau memiliki riwayat depresi dan kecemasan. Demikian dikutip dari
American Psychological Association (APA).
Para peneliti menemukan pasien yang tidak puas dengan operasi plastik dapat meminta prosedur ulang. Atau, dia akan mengalami depresi dan masalah penyesuaian diri, isolasi sosial, masalah keluarga, perilaku merusak diri sendiri dan kemarahan terhadap ahli bedah dan stafnya.
3. Risiko dari Berbagai Faktor
"Berbicara efek samping atau dampak, artinya kita berbicara tentang risiko. Setiap operasi sekecil apa pun tentu ada risikonya. Mulai dari risiko yang dimiliki pasien itu sendiri seperti risiko alergi, berpenyakit jantung, asma, atau adanya gangguan pembekuan darah dll," tulis dr Budiman, SpBP, dari Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) dilansir
Detikcom.
Risiko
operasi plastik, lanjut dr Budiman, juga bisa berasal dari kompetensi dokter, seperti dokter yang tidak kompeten, tidak teliti, dan risiko yang berhubungan dengan rumah sakit tempat tindakan operasi itu dilakukan.
"Persiapan operasi pun dokter akan menyarankan serangkaian pemeriksaan laboratotium, rontgen foto, dan lainnya, serta mempersiapkan pasien seaman mungkin, misalnya harus puasa bila akan dilakukan operasi dalam pembiusan umum, serta mempersiapkan suatu team operasi yang baik dengan peralatan yang terstandarisasi. Dan dokter pun kemudian melakukan operasi dengan teknik yang sudah establish dengan kecermatan dan kehati-hatian yang tinggi," tambah dr Budiman.
Risiko terakhir biasanya berkaitan dengan parut atau bekas sayatan. Untuk risiko ini, dr Budiman menyarankan pasien harus rajin kontrol untuk melihat perkembangan parutnya agar sembuh dengan baik, tidak berkembang menjadi keloid atau parut hypertropik.
Hal yang sama disampaikan dr Aditya Wardana SpBP, dokter dari Divisi Bedah Plastik, Departemen Ilmu Bedah FKUI/RSCM. Seperti operasi pada umumnya, dr Aditya mengharuskan pasien untuk dinyatakan sehat terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat melalui hasil medical check up sebelum melakukan operasi plastik.
dr Aditya menekankan untuk pasien dengan umur di atas 40 tahun harus melalui rekam jantung. Jika pasien ternyata memiliki asma, harus menjalani konsultasi terlebih dulu ke dokter paru-paru.
(aml/rdn)