Jakarta -
Makan menggunakan
sumpit memang bukan budaya kita, Bun. Lantas, seberapa perlu Bunda mengajari anak cara menggunakan sumpit?
Di Indonesia, sumpit bukan termasuk peralatan makan populer. Lain halnya dengan sendok dan garpu, yang sudah Bunda perkenalkan sejak si kecil diberi makanan pendamping ASI (MPASI).
Biasanya, sumpit hanya digunakan saat menyantap mie atau disediakan ketika Bunda bersama keluarga makan di restoran China dan
Jepang. Bahkan, sebagian orang dewasa pun nggak pandai menggunakan sumpit.
Kalau Bunda mau mengajari si kecil makan menggunakan sumpit, simak yuk studi terhadap pre-school di China yang membiasakan anak-anak memakai peralatan makan dari bambu tersebut.
 Ilustrasi sumpit Foto: Tsunagu Japan |
Dilansir
Beijing Kids, ternyata 75 persen Taman Kanak-kanak (TK) di China (lokasi di luar Beijing) tidak memaksakan anak-anak balita menggunakan sumpit. Tercatat, hanya 14,6 persen TK yang memperkenalkan sumpit kepada anak-anak.
Tapi, Bun, banyak keluhan dari orang tua lantaran anak mereka tidak bisa menggunakan sumpit sejak balita. Bahkan, orang tua mendapati anaknya kelaparan saat pulang dari sekolah.
Sementara itu, Greenpeace menyoroti budaya makan di China yang menggunakan sumpit hanya sekali pakai. Organisasi lingkungan global itu giat menggelar kampanye untuk mengurangi penebangan pohon, sebagai bahan baku pembuatan sumpit.
Dikutip dari
Washington Post, China menebang sedikitnya 20 juta pohon dalam setahun untuk memenuhi kebutuhan produksi sumpit. Wow! Angka yang fantastis ya, Bun. Setidaknya, satu pohon bisa menghasilkan 4.000 batang sumpit.
"Sumpit sekali pakai sudah menghancurkan hutan-hutan di China," kata Jane Spencer, seorang aktivis lingkungan asal Amerika Serikat. "Kita harus protes soal sampah yang nggak berguna ini," tambahnya.
Gimana, Bun, semoga nggak galau lagi ya tentang seberapa penting mengajarkan anak untuk makan menggunakan sumpit.
(muf/rdn)