moms-life
Ketulusan Seorang Ibu Rela Temani Anak Nonton Konser K-Pop
Senin, 17 Dec 2018 10:21 WIB
Jakarta -
Suasana perayaan 'Sweet 17 Transmedia' di hari terakhir (16/12) makin dipadati penonton. Di sela-sela keramaian, HaiBunda mengobrol dengan salah satu pengunjung, seorang ibu bernama Mia. Ia datang bersama anak dan suaminya dari Tangerang. Ketika ditanya siapa artis yang ia tunggu, rupanya Mia hanya menemani putrinya, Destanti untuk menyaksikan penampilan para artis dari Korea.
"Saya temani anak mau nonton Super Junior dan SNSD. Anak yang suka kalau saya mah sekadar temani anak. Semalam kan dia nonton di TV, saya bilang 'Udah di TV aja' tapi dia nggak mau inginnya lihat langsung. Akhirnya hari ini, Bapaknya lagi kerja disuruh pulang, orang tua ngalah buat temani anak," ujar Mia saat ditemui di 'Sweet 17 Transmedia', Lapangan Transcity, BSD, Minggu (16/12/2018).
Pada awalnya Mia tak ingin nonton konser secara langsung, karena pengunjung terlalu ramai. Dia meminta anaknya untuk pergi bersama teman-temannya saja. Namun, putrinya yang duduk di kelas 11 itu hanya ingin ditemani orang tuanya.
"Sekuatnya aja nanti nontonnya, sebenarnya mah orang tua malas kalau ramai begini. Cuma demi kesenangan anaklah sekali-kali. Lagipula ulang tahun Transmedia konsernya gratis, ya jadi lumayan deh, kita ikut meramaikan ulang tahun Transmedia," tutur Mia.
Mia menceritakan, Destanti menyukai penampilan artis Korea dari teman-teman di sekolah. Menurut Mia, ada beberapa hal positif yang didapat anaknya dari mendengarkan musik K-Pop.
"Ada hal positifnya buat pergaulan, biar lihat dunia luar, buat hiburan, supaya nggak stres karena belajar terus. Ini juga kebetulan lagi abis ulangan, jadi hitung-hitung hiburan," kata Mia.
Soal aturan nonton video dan drama Korea, Mia memperbolehkan putrinya setelah belajar dan durasi menonton yang tak boleh terlalu lama. Selama ini Mia terus memantau kegiatan anaknya. Menurut Mia, belajar lebih penting, sedangkan video dan drama Korea untuk hiburan saja.
"Untungnya Destanti nggak terlalu ngefans banget. Kalau terlalu fanatik mah janganlah, nanti kan kalau sudah begitu konser di mana-mana harus diikuti," pungkas Mia.
Saat anak mengidolakan seseorang itu sah-sah saja, namun Bunda juga perlu memberikan kontrol dan batasan. Dilansir Medical Today, ketika anak mengidolakan menjadi sesuatu yang berlebihan, bisa saja menjadi gangguan mental yang dikenal sebagai 'celebrity worship syndrome'.
Istilah medis yang cukup baru, pertama kali disebut oleh Dr Lynn McCutcheon pada awal tahun 2000-an, ketika masyarakat barat di AS telah begitu terpaku pada kehidupan selebriti yang mulai berdampak pada kehidupan mereka sendiri dengan cara negatif. Kecemasan, depresi, tingkat stres yang tinggi, body image yang buruk, isolasi, dan perilaku obsesif-kompulsif. Semua itu terkait dengan 'celebrity worship syndrome'.
(aci/rap)
"Saya temani anak mau nonton Super Junior dan SNSD. Anak yang suka kalau saya mah sekadar temani anak. Semalam kan dia nonton di TV, saya bilang 'Udah di TV aja' tapi dia nggak mau inginnya lihat langsung. Akhirnya hari ini, Bapaknya lagi kerja disuruh pulang, orang tua ngalah buat temani anak," ujar Mia saat ditemui di 'Sweet 17 Transmedia', Lapangan Transcity, BSD, Minggu (16/12/2018).
Pada awalnya Mia tak ingin nonton konser secara langsung, karena pengunjung terlalu ramai. Dia meminta anaknya untuk pergi bersama teman-temannya saja. Namun, putrinya yang duduk di kelas 11 itu hanya ingin ditemani orang tuanya.
![]() |
"Sekuatnya aja nanti nontonnya, sebenarnya mah orang tua malas kalau ramai begini. Cuma demi kesenangan anaklah sekali-kali. Lagipula ulang tahun Transmedia konsernya gratis, ya jadi lumayan deh, kita ikut meramaikan ulang tahun Transmedia," tutur Mia.
Mia menceritakan, Destanti menyukai penampilan artis Korea dari teman-teman di sekolah. Menurut Mia, ada beberapa hal positif yang didapat anaknya dari mendengarkan musik K-Pop.
"Ada hal positifnya buat pergaulan, biar lihat dunia luar, buat hiburan, supaya nggak stres karena belajar terus. Ini juga kebetulan lagi abis ulangan, jadi hitung-hitung hiburan," kata Mia.
![]() |
"Untungnya Destanti nggak terlalu ngefans banget. Kalau terlalu fanatik mah janganlah, nanti kan kalau sudah begitu konser di mana-mana harus diikuti," pungkas Mia.
Saat anak mengidolakan seseorang itu sah-sah saja, namun Bunda juga perlu memberikan kontrol dan batasan. Dilansir Medical Today, ketika anak mengidolakan menjadi sesuatu yang berlebihan, bisa saja menjadi gangguan mental yang dikenal sebagai 'celebrity worship syndrome'.
Istilah medis yang cukup baru, pertama kali disebut oleh Dr Lynn McCutcheon pada awal tahun 2000-an, ketika masyarakat barat di AS telah begitu terpaku pada kehidupan selebriti yang mulai berdampak pada kehidupan mereka sendiri dengan cara negatif. Kecemasan, depresi, tingkat stres yang tinggi, body image yang buruk, isolasi, dan perilaku obsesif-kompulsif. Semua itu terkait dengan 'celebrity worship syndrome'.
Baca juga: Afgan yang Tak Pernah Lupa Pesan Sang Bunda |