Jakarta -
Belum reda kesedihan para korban tsunami Selat Sunda, kini bencana kembali mengguncang Sukabumi, Jawa Barat. Tepat sebelum pergantian tahun, Senin (31/12/201), Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cicolok,
Sukabumi mengalami longsor.
Desa Sirnaresmi diketahui sebagai destinasi wisata Kampung Adat, Bun. Akibat kejadian ini, kampung yang dikenal dengan wisata alam air terjunnya itu rata tertimbun tanah. Sangat menyedihkan, Bun.
Melansir
detikcom, sejauh ini berdasarkan catatan polisi, tim search and rescue (SAR) telah berhasil mengevakuasi 77 orang. Terdapat 11 korban meninggal dunia dan masih ada 24 orang yang belum berhasil ditemukan.
"Sebanyak 63 orang di pengungsian, 3 luka berat di RSUD Pelabuhan Ratu, 11 orang meninggal dan sudah berhasil diidentifikasi," ungkap Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (2/1/2019).
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut mengecek langsung ke tempat bencan pada Rabu (2/1/2019). Saat sedang berada di lokasi longsor, pria yang biasa disapa Kang Emil itu menyaksikan sendiri, Bun, evakuasi dua jenazah yang baru berhasil ditemukan.
Nggak cuma itu saja, rasa pilu melihat korban longsor membuat Kang Emil dan sang istri, Atalia Prarartya, tergerak untuk menolong korban bencana. Di antaranya dua bersaudara, Hengki dan Farel, yang menjadi anak yatim piatu karena orangtuanya menjadi korban longsor di Cisolok.
[Gambas:Instagram]
Lewat akun Instagram miliknya, Kang Emil berjanji akan mengurus kehidupan Hengki dan Farel sampai mereka dewasa dan mandiri. Diceritakan Kang Emil, jika mereka berdua berhasil selamat karena pada saat kejadian sedang berjalan menuju masjid terdekat untuk menunaikan salat mahgrib. Benar-benar kuasa Allah ya, Bun.
Berbicara mengenai
anak korban bencana alam, psikolog anak Dr. Seto Mulyadi mengatakan, anak-anak tersebut harus mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya. Pria yang biasa disapa Kak Seto ini menyatakan jika anak-anak yang kehilangan orang tuanya setelah bencana alam rentan menjadi sasaran kejahatan. Seperti penculikan anak, eksploitasi, perdagangan anak hingga pemerkosaan.
"Jadi kami juga tekankan bahwa melindungi anak ataupun mendampingi anak perlu orang sekampung. Jadi bukan hanya orang tua masing-masing. Mungkin ada yang kehilangan orang tua. Mungkin tinggal ibunya yang masih stres karena suaminya meninggal, dan sebagainya. Nah itu, kiri kanan tetangga semua harus peduli. Jadi kalau dalam keadaan begitu, anak itu adalah anak kita bersama," tutur Kak Seto menegaskan.
(rap/muf)