Jakarta -
Kabar duka datang dari dunia hiburan Indonesia, Bunda. Artis senior Ria Irawan meninggal pada Senin (6/1/2020), pukul 04.00 WIB. Ria meninggal karena kanker getah bening yang diidapnya.
Seperti diketahui, Ria mengidap kanker sejak 2014. Ia sempat menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh. Namun, sel kanker tersebut muncul kembali dan menjalar ke paru-paru hingga otak.
Melansir dari
Healthline, kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma adalah kanker darah dalam sistem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Padahal di dalam tubuh, sistem limfatik termasuk bagian yang berperan penting untuk kekebalan tubuh manusia.
Berdasarkan sel limfosit yang terserang, kanker darah limfoma dibagi menjadi dua bagian yaitu limfoma hodgkin dan non-hodgkin. Di Indonesia, jenis limfoma yang banyak ditemui adalah limfoma non-hodgkin.
Limfoma hodgkin terjadi karena mutasi genetik di limfosit B atau sel B. Pengidap limfoma hodgkin memiliki limfosit besar yang disebut sel Reed-Sternberg di kelenjar getah beningnya. Sedangkan limfoma non-hodgkin terjadi pada sel limfosit yang disebut sel T.
Mengutip
Mayo Clinic, para dokter banyaknya tidak mengetahui dengan pasti terkait penyebab limfoma. Tapi itu dimulai ketika sel darah putih yang melawan penyakit, yang disebut limfosit mengembangkan mutasi genetik. Mutasi tersebut memberitahu sel untuk berkembang biak dengan cepat, menyebabkan banyak limfosit penyakit terus bertambah banyak.
Mutasi juga memungkinkan sel untuk hidup ketika sel normal lainnya akan mati. Hal ini menyebabkan terlalu banyak limfosit yang sakit dan tidak efektif di kelenjar getah bening dan menyebabkan kelenjar getah bening, limpa, dan hati membengkak.
 Penyebab dan Gejala Kanker Getah Bening yang Pernah Diidap Ria Irawan/ Foto: Palevi S/detikFoto |
Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko limfoma di antaranya, sistem kekebalan tubuh rendah, terganggu, atau sedang mengonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan tubuh, memiliki infeksi tertentu, terinfeksi virus seperti Epstein-Barr, hepatitis C, atau leukemia. Punya kerabat dekat yang menderita limfoma, pernah dirawat untuk limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin di masa lalu.
Dikatakan dokter spesialis bedah onkologi dari Rumah Sakit Dharmais, dr.Ramadhan, di Indonesia, biasanya kanker kelenjar getah bening seringkali diketahui terlambat.
"Hanya di Indonesia saja yang terlambat, di luar negeri tidak. Di sini, begitu merasa ada gejala pembengkakan di leher masyarakat Indonesia cenderung untuk datang ke dukun terlebih dahulu ketimbang memeriksakan diri ke dokter," kata Ramadhan, dilansir
CNN Indonesia.Di samping itu, Ramadhan menjelaskan, gejala umum yang biasanya dirasakan pengidap kanker kelenjar bening di antaranya benjolan di leher, ketiak, dan selangkangan, demam tanpa sebab, berkeringat di malam hari, berat badan turun drastis tanpa penyebab yang jelas, dan rasa lelah terus menerus.
"Seharusnya ketika ada pembengkakan atau benjolan di leher yang masih kecil langsung dilakukan biopsi agar dapat diketahui penyebab pembengkakan tersebut," jelas Ramadhan.
Simak juga terkait benarkah deodorant bisa menyebabkan kanker payudara dalam video ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(yun/muf)