Jakarta -
Fanni Aminadia, Ratu Keraton Agung Sejagat baru-baru ini ditangkap polisi. Ratu palsu yang berusia 41 itu dikabarkan masih dalam kondisi terpukul karena proses hukum yang sedang dijalani. Ia menjadi tersangka lantaran menyebarkan berita bohong atau hoax tentang kerajaan baru itu.
Tiap hari di tahanan maupun saat diperiksa di Mapolda Jawa Tengah, Fanni selalu menangis. Fanni mengungkap ia selalu teringat kedua anaknya yang saat ini terpaksa tinggal di rumah kerabatnya. Hal ini disampaikan oleh kuasa hukum Fanni, Mohamad Sofyan.
"Tiap hari menangis, di tahanan maupun saat pemeriksaan. Bagaimana pun dia adalah seorang ibu, pasti kepikiran anak-anaknya," kata Sofyan, dilansir
CNNIndonesia.com.Belum lagi, saat ini
Fanni masih dalam kondisi nifas. Ia dalam kondisi tersebut karena Fanni juga dikabarkan mengalami keguguran pada bulan Desember lalu.
"Jadi bercampur aduk rasa psikisnya", ujar Sofyan.
 Fanni Aminadia dan anak-anaknya/ Foto: Instagram |
Berlarut-larut sedih, kehadiran Fanni pun diwakili Toto Santoso, sang raja palsu untuk minta maaf. Toto telah menyampaikan permohonan maaf pada masyarakat pada Selasa (21/1/2020) pagi ini.
"Saya minta maaf, dari keinginan kami. Saya juga mewakili Fanni", kata Toto.
Sebenarnya, bukan hanya sang ibunda saja yang sedih karena terpisah dari keluarga. Diam-diam anak juga sedih melihat masalah orang tuanya. Sebelum anak menjadi trauma, sebaiknya segera cari jalan keluarnya yuk, Bun.
Menurut Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, MPsi, anak yang beranjak dewasa sudah bisa diajak bicara mengenai hal itu. Anak berusia di atas tujuh tahun, memiliki pola pikir yang lebih kompleks.
"Jadi kita bisa jelaskan lebih banyak pada mereka tentang kondisi yang tidak menguntungkan bagi keluarga. Contohnya saat salah satu anggota keluarga dibui, biasanya anak usia ini sudah cukup paham bahwa penjara tempatnya orang jahat," ungkap Nina.
Dikutip dari
Psychology Today, anak-anak biasanya akan menunjukkan respons emosional ketika orang tua masuk penjara. Muncul kesedihan, ketakutan, rasa bersalah sebagai reaksi atas penahanan orang tua.
Robert T. Muller, PhD menyebutkan, reaksi emosional bisa menjadi masalah perilaku membahayakan. Seperti misalnya anak-anak mudah marah, dan menyebabkan gagal bersosialisasi di sekolah. Bahkan, beberapa diantaranya dapat mengakibatkan depresi dan kecemasan. Berakhir dengan kesulitan menghadapi masalah akademik dan sosial.
"Segera beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Berikan dukungan pada mereka, lalu jelaskan bukan mereka satu-satunya yang mengalami hal itu. Setelah
anak memahami, coba mulai ajak untuk mengunjungi orang tuanya di tahanan," jelas Muller.
Simak juga video tentang cara kendalikan emosi anak:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)