Dahulu, pernikahan multikultural bukanlah fenomena umum dan sering terjadi, Bunda. Pernikahan beda negara dan budaya banyak ditentang oleh keluarga hingga masyarakat. Namun, pasangan dari China dan Uganda ini berhasil membuktikan keharmonisan rumah tangga mereka selama 24 tahun.

Ya, 24 tahun yang lalu, kisah cinta antara Wang Lihong dan Suma menjadi topik hangat di forum jejaring sosial Zhihu China. Hal ini karena keduanya melakukan perkawinan multikultural. Lihong adalah orang Tionghoa, Suma berasal dari Uganda, sebuah negara di Afrika timur.

Dilansir Eva Vn, pada saat itu, tidak hanya keluarga Lihong tetapi juga para netizen mengkritik pernikahan tersebut karena pernikahan orang asing masih belum populer.

Lihong dilahirkan dalam keluarga pekerja biasa di Beijing. Orang tuanya memiliki pekerjaan dan penghasilan yang stabil. Orang tua Lihong begitu mencintai dan merawat anak-anak mereka, sehingga kehidupan Lihong sebagai seorang anak menjadi kaya.

Pada saat Lihong tumbuh dewasa, China memberlakukan hukum laki-laki asing yang menikah dengan istri yang terdaftar di Beijing. Jadi gadis-gadis seperti Lihong begitu dijunjung.

Tidak hanya dia dilahirkan dalam keluarga yang baik, Lihong juga tumbuh menjadi gadis pintar dan lebih berpendidikan daripada orang-orang pada zaman itu. Sejak usia dini, dia telah menunjukkan dirinya sebagai orang yang berbakat dan terampil, prestasi akademik yang luar biasa.

Pada usia 18 tahun, ia lulus dari Universitas Tsinghua, universitas paling bergengsi di China dan selalu berada di peringkat atas Asia. Tidak puas dengan prestasi ini, setelah lulus dari Universitas Tsinghua, Lihong melanjutkan ke sekolah pascasarjana.

Ia pun menjadi kebanggaan seluruh keluarga. Lihong tentu memiliki masa depan yang baik ketika diundang oleh banyak perusahaan dan bisnis terkenal. Namun, titik balik dalam hidupnya datang ketika dia bertemu Suma, pria yang tak disangka-sangka bakal jadi jodohnya.

Suma adalah seorang pemuda dari Uganda, di Afrika timur, yang juga seorang mahasiswa di Universitas Tsinghua. Keduanya bertemu melalui perkenalan seorang teman.

Suma sangat lucu, terbuka dan ramah, yang menarik Lihong. Setelahnya, keduanya sering berjalan bersama di kampus, berbagi banyak hal mulai dari belajar hingga kehidupan dan akhirnya saling suka.

Lihong menyadari bahwa Suma adalah orang yang sangat tulus dan jujur. Dia tidak menyembunyikan diri dengan identitasnya, terus terang mengatakan bahwa dia adalah putra seorang petani miskin, dari desa terbelakang, bahkan mengatakan bahwa tempat kelahirannya memiliki banyak kejahatan yang berasal dari kemiskinan.

Oleh karena itu, Lihong semakin mempercayainya. Namun, setelah desas-desus menyebar tentang dua kekasih itu, Lihong mulai menerima banyak kritik.

Banyak orang China masih percaya bahwa orang Afrika selalu miskin, memiliki banyak adat istiadat dan tidak bertanggung jawab atas keluarga mereka. Alhasil, mereka menentang hubungan cinta ini karena mereka tidak ingin orang yang baik seperti Lihong menderita.

Sebaliknya, Lihong justru membalas, "Pada waktu itu, mereka mengira saya adalah gadis normal dan ingin menikahi pria kulit hitam, tetapi saya tahu dia jujur, baik hati dan selalu bersedia membantu. Membantu orang lain."

Kesulitan terbesar yang Lihong harus atasi bukanlah kritik dari orang-orang di sekitarnya, tetapi keluarganya. Orang tua Lihong sangat menentang hubungan cinta ini, bahkan mengirimnya ke Jepang untuk belajar untuk memisahkannya dari Suma.

Namun, tantangan ini tidak menyulitkan Lihong dan Suma karena kekasihnya itu mengikutinya ke Jepang. Akhirnya, ketika orang tua menyadari pasangan itu punya tekad yang kuat, orang tua Lihong setuju.

Pindah ke Uganda, Lihong sulit adaptasi

Pada tahun 1996, setelah Lihong menyelesaikan studinya di Jepang. Ia pindah dengan Suma ke Uganda dan menikah. Namun, semuanya tidak berjalan sesuai rencana semula. Kebiasaan, budaya, dan kehidupan di Uganda jauh berbeda dari China. Hal tersebut membuatnya kewalahan dan sulit beradaptasi.

Di negara itu, seorang pria diizinkan menikahi banyak istri. Ayah Suma memiliki 'harem' yang kuat hingga bisa memiliki 20 istri. Ini berarti bahwa Lihong akan memiliki hingga 20 ibu mertua.

Selain itu, Suma memiliki lebih dari 40 saudara kandung dari berbagai ibu. Makanan dan bahasa juga berbeda, meskipun Lihong telah mempersiapkan secara psikologis sebelumnya tetapi masih belum bisa membantunya untuk adaptasi.

Untungnya, Suma sepenuhnya memahami kesulitan-kesulitan istrinya. Dia bertekad untuk menikah hanya dengan satu istri dan mencoba membantu Lihong menyatu dengan kehidupan di sini. Berkat upaya keduanya, Lihong secara bertahap beradaptasi dengan segala sesuatu di sekitarnya.

Kemudian, ia mendirikan sebuah sekolah bernama Lu Yangzi Middle, awalnya untuk mengajar bahasa Mandarin kepada siswa di Uganda, kemudian untuk memperluas kejuruan dan pengetahuan dasar lainnya. Selain itu, Lihong juga mengajar bahasa Inggris dan Jepang.

Guru Tionghoa ini telah meninggalkan kesan yang baik di hati anak-anak setempat berkat kesabaran, kelemahlembutan, dan ketulusannya. Ketika datang ke China, anak-anak di sana memikirkan Wang Lihong dan dia (Lihong) mengakui itu adalah kesuksesannya.

Lihong kemudian memperluas sekolahnya dengan merekrut lebih banyak guru, dengan ambisi untuk membawa bahasa Mandarin kepada anak-anak di seluruh Uganda. Meskipun Bahasa Mandarin adalah salah satu bahasa yang paling sulit untuk dipelajari di dunia, Lihong berharap bahwa belajar bahasa Mandarin dan belajar lebih banyak tentang budaya China dapat membuat anak-anak memiliki impian yang lebih besar untuk keluar dari kemiskinan.

Hingga sekarang, Lihong dan Suma telah menghabiskan 24 tahun pernikahan tetapi cintanya masih hangat seperti hari pertama bertemu. Mereka tidak hanya saling mengikat dan saling mencintai, tetapi mereka juga membangun sistem pendidikan untuk berkontribusi pada pendidikan anak-anak setempat.

Simak juga kisah cinta Arina 'Mocca' dan Hiroaki Kato: