Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Alasan Netizen Indonesia Suka Julid Menurut Sosiolog

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 08 May 2023 14:26 WIB

Ilustrasi Media Sosial
Alasan Netizen Indonesia Suka Julid Menurut Sosiolog/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Kar-Tr
Jakarta -

Istilah julid menjadi populer beberapa tahun terakhir. Kata 'julid' disamakan dengan kata 'nyinyir' dalam istilah pergaulan sehari-hari, Bunda.

Julid mulai sering disebut sebagai julukan bagi mereka yang suka membicarakan orang lain. Kata 'viral' ini sudah tak asing dan lekat dengan hal negatif.

Menurut pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kementerian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, julid didefinisikan sebagai sifat iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu.

Belum lama ini, istilah julid dikaitkan dengan komentar Tiktoker Bima yang viral di media sosial. Bima menyematkan sebutan 'janda' buat Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Faktanya, Megawati memang seorang janda. Namun sebutan 'janda' hingga kini masih dipandang negatif oleh masyarakat.

Lalu bagaimana sosiolog memandang sebutan netizen julid atau pandangan terhadap stigma janda ini?

Sosiolog Devie Rahmawati mengatakan bahwa stigma terhadap janda muncul dengan faktor utama relasi kuasa yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Secara kultural, Indonesia masih memandang hal tersebut, Bunda.

"Secara kultural Indonesia sangat patriarki sehingga menempatkan laki-laki sebagai pemimpin, satu-satunya yang pantas dihormati," kata Devie, beberapa waktu lalu.

Pandangan patriarki mau tidak mau membuat status janda menjadi sesuatu yang negatif dan rendah. Menurut Devie, perempuan Indonesia yang sendirian tanpa laki-laki rentan mendapat label beragam.

Selain Tiktoker Bima, banyak netizen memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan pendapat atau gagasannya. Namun, tak sedikit pula pendapat ini menjadi kontroversial hingga akhirnya ramai dan menjadi viral.

Riset di Barat pada 2010 menunjukkan bahwa pengguna media sosial memiliki kecenderungan menggunakan kata-kata ofensif yang bertentangan dengan tatanan sosial dan budaya. Demikian kata Devie.

"Bahkan menariknya Indonesia sendiri pada tahun 2021 disematkan sebagai warga digital paling kasar se Asia Tenggara," ujar Devie.

Lalu bagaimana pandangan Devie mengenai perubahan watak seseorang ketika berada di dunia digital?

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.

Simak juga cara santai Derby Romero dalam menghadapi netizen julid, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda