Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Mengenal Sosok Fransisca Fangidaej, Nenek Reza Rahadian yang Pernah Terusir karena Soeharto

Pritadanes   |   HaiBunda

Minggu, 25 Aug 2024 22:20 WIB

reza rahadian
Mengenal Sosok Fransisca Fangidaej, Nenek Reza Rahardian yang Pernah Terusir karena Soeharto/Foto: febriyantino nur pratama/detikhot
Jakarta -

Tak sedikit publik figur yang berpartisipasi dalam demonstrasi darurat Indonesia di Gedung DPR, Kamis (23/8/2024), salah satunya yang paling disorot yakni Reza Rahadian.

Aktor itu turut menyampaikan aspirasinya dengan turun ke jalan bersama masyarakat menyuarakan protes atas manuver DPR yang hendak mengesahkan RUU Pilkada yang bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Sikap progresif dan kritis Reza bisa dikatakan menurun dari neneknya, Fransisca Fangidaej. Fransisca merupakan satu dari sedikit perempuan Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Sayang, dia terusir dari Indonesia dan peran perjuangannya terhapus dalam sejarah akibat kebijakan Presiden Soeharto yang memandang negatif para loyalis Soekarno.  Bagaimana ceritanya?



Fransisca lahir pada 16 Agustus 1925 di Pulau Timor dari pasangan Magda Mael dan Gottlieb Fanggidaej. Dia merupakan anak cukup beruntung sebab ayahnya bekerja dan punya jabatan di salah satu dinas pemerintahan Belanda.

Atas dasar ini, keluarganya cukup dihormati sebab setara dengan orang Belanda yang warga negara kelas satu. Meski begitu, keberuntungan tersebut menimbulkan rasa tidak enak di hati Fransisca. Dia mengamati selama ini ada perbedaan tajam antara dirinya dan rakyat lain, termasuk soal keluarganya yang dianggap superior.

"Ketika melihat orang-orang Jawa yang berjalan jongkok dan bahkan menyembah di depan orang tuaku. Melihat pakaian mereka yang berbeda, dan langsung menyiratkan kedudukan mereka yang inferior di depan busana Eropa kedua orang tuaku," kata Fransisca saat memberi contoh, dikutip dari autobiografinya, Memoar Perempuan Revolusioner (2006).

Sampai akhirnya, dia sadar keberuntungan yang selama ini diperoleh berasal dari sistem kolonialisme. Penyebabnya kala dia melihat ayahnya dihina oleh orang Belanda hanya karena memiliki kulit hitam. Dari sini, dia merasa ada yang tak beres dan memantik pertumbuhan benih-benih perjuangan dari dalam tubuhnya.

Rasa ini kemudian terus diasah dengan berdiskusi bersama para pemuda di Maluku. Saat Indonesia merdeka, benih itu diimplementasikan. Dia kemudian tercatat jadi satu dari sedikit perempuan pejuang kemerdekaan.

Dalam memoarnya diketahui perjuangannya dimulai di Surabaya lewat kelompok pimpinan G. Siwabessy dan Latumeten. Lewat kelompok ini, Fransisca bertugas dari konferensi ke konferensi. Dia tercatat pernah mengikuti Kongres Pemuda pada November 1945 di Yogyakarta. Selain itu dia juga bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO).

Kisah paling heroik dari Fransisca terjadi saat dirinya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi pada 1947. Indonesia berada di posisi genting sebab Belanda hendak menjajah kembali. Maka, perjuangan Fransisca di dunia internasional sangat dinanti.

"Rasa bangga meluap-luap di dadaku, menggenggam secarik kertas merang bernama 'Paspor' ini. Karena kertas merang yang secarik itu bukan sekadar simbol formalitas untuk melintasi batas kenegaraan, tapi merupakan jatidiri bangsa berjuang yang mengejawantah," kenang Fransisca.

Tercatat, dia pergi ke India dan Cekoslowakia. Di sana Fransisca berbicara tentang proklamasi kemerdekaan dan sebab-sebab kenapa Indonesia harus melawan penjajahan Belanda. Pada akhirnya, perjuangannya berhasil. Belanda mundur dari Indonesia.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda