Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 12 Dec 2017 11:02 WIB

Ini dia, Bun, berbagai hal seputar difteri yang sering ditanyakan. Yuk, cek juga jawabannya.
Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya/ Foto: Erliana Riady
Jakarta - Status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang terjadi baru-baru ini memang agak menakutkan ya, Bun. Bukan nggak mungkin penyakit yang bisa dicegah lewat vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) menimbulkan berbagai pertanyaan di benak para orang tua.

Kayak saya sendiri, Bun, masing suka bingung apalagi terkait KLB difteri banyak juga nih informasi yang beredar. Misalnya, saya pernah punya pertanyaan kalau sudah dewasa bagaimana vaksinasinya atau bisa nggak yang alergi diimunisasi DPT?

Difteri disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae yang sangat mudah menular, Bun, yakni melalui droplet (partikel air kecil yang dihasilkan ketika orang batuk atau bersin). Penularan nggak hanya dari si pasien saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya.

Difteri termasuk penyakit yang bandel, Bun. Kalau nggak segera diobati, pasien bisa menyebarkan penyakit ini hingga 4 minggu. Difteri juga bisa bertahan di beberapa permukaan seperti tisu yang ada bekas lendir pasien atau pada mainan dari mulut orang yang terinfeksi. Difteri merupakan penyakit serius yang menyebabkan lapisan tebal di bagian belakang hidung atau tenggorokan. Akibatnya, pasien jadi sulit bernapas atau menelan. Ini bisa mematikan, Bun, akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotoksin.

Nah, dirangkum HaiBunda dari berbagai sumber, ini dia pertanyaan soal difteri yang sering diungkapkan dan jawabannya seperti dilansir Channel News Asia:

1. Apa Penyebab Difteri?

Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit itu sebenarnya terjadi ketika bakteri melepaskan racun ke dalam tubuh seseorang.

2. Bagaimana Penularannya?

Bakteri difteri hidup di mulut, tenggorokan, dan hidung orang yang terinfeksi dan dapat ditularkan ke orang lain melalui droplet (partikel air dari batuk atau bersin). Terkadang, penularan juga bisa terjadi dari luka di kulit, Bun. Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), seseorang juga bisa tertular difteri jika berhubungan dengan benda yang terkontaminasi bakteri di atasnya.

3. Apa Gejala Difteri?

Gejala awal difteri itu mirip pilek, Bun. Munculnya gejala juga bertahap dimulai demam ringan dan sakit tenggorokan. Kemudian jug menggigil, pembengkakan di leher dan hidung. Pada kasus yang sudah parah, terbentuk membran pseudo atau lapisan tebal di belakang tenggorokan yang mungkin meluas ke saluran napas sehingga menyebabkan sulit bernapas dan menelan. Bagian tubuh lain seperti hidung, laring, mata, vagina, dan kulit juga bisa terkena.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan tanda-tanda difteri setelah terpapar?
Masa inkubasinya singkat yakni 2-5 hari dengan kisaran 1-10 hari.

Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan JawabannyaHal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya /Foto: dok.HaiBunda


4. Seberapa Parah Penyakit Difteri?

Difteri termasuk penyakit serius ya, Bun. Disebutkan, sebanyak 5-10 persen pasien difteri meninggal dunia dan pada 20 persen kasus menyebabkan kematian pada kelompok usia tertentu. Misalnya saja anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang dewasa yang lebih tua dari usia 40 tahun. Tapi difteri bisa dicegah melalui vaksinasi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), difteri masih merupakan masalah kesehatan anak yang signifikan di negara-negara dengan cakupan imunisasi yang buruk. Penyakit ini adalah salah satu penyakit masa kecil yang paling ditakuti dan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak sebelum vaksinasi tersedia.

5. Difteri Bisa Menyebabkan Komplikasi Apa?

Sebagian besar komplikasi difteri disebabkan dilepaskannya racun. Komplikasi yang paling umum adalah radang jantung yang menyebabkan irama jantung tidak normal dan pembengkakan saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan sementara pada beberapa otot. Kalau kelumpuhan memengaruhi diafragma atau otot utama untuk bernapas, pasien mungkin mengalami pneumonia atau gagal napas. Lapisan membran yang tebal di bagian belakang tenggorokan bisa menyebabkan masalah pernapasan yang serius, termasuk mati lemas.

6. Gimana Kita Bisa Tahu Kalau Anak Kena Difteri?

Diagnosis difteri hanya bisa dikonfirmasi setelah seorang dokter mengambil sampel kecil dari tenggorokan pasien yang terinfeksi penyakit dan diuji di laboratorium. Tapi karena penyakit ini berkembang dengan cepat, pengobatan biasanya harus dimulai berdasarkan penilaian profesional kesehatan pasien, Bun.

7. Bisakah Difteri Diobati?

Pengobatan difteri biasanya dengan memberikan obat antibiotik dan difteri antitoksin. Siapapun yang dicurigai kena difteri akan diisolasi saat dirawat di rumah sakit. Difteria antitoksin diproduksi pada kuda dan pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1891. Antitoksin tidak menyingkirkan toksin yang sudah menempel pada jaringan tubuh, tapi akan menetralisir racun yang beredar dan akan mencegah penyakit tersebut memburuk. Pasien juga harus diuji kepekaan terhadap antitoksin ini sebelum diberikan.

Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan JawabannyaHal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya /Foto: thinkstock


8. Sudah Kena Difteri, Bisa Kena Lagi?

Bisa banget Bun. Karena itulah, individu yang sembuh dari difteri harus diimunisasi sesegera mungkin.

Vaksin Difteri, Pertusis, Tetanus

Vaksin DPT bekerja dengan menyingkirkan racun difteri, pertusis dan tetanus secara kimia agar tidak beracun lagi tapi masih mampu menghasilkan respons imun pada orang yang divaksinasi. Makanya, vaksin itu dikenal sebagai vaksin tidak aktif karena nggak mengandung bakteri hidup dan nggak bisa meniru diri sendiri. Oleh karena itu diperlukan beberapa dosis untuk menghasilkan kekebalan.

Nah, ini dia daftar berbagai vaksinasi Difterui, Pertusis, Tetanus (DPT):

1. DTaP: Toksin difteria dan toksin tetanus serta vaksin pertusis acellen. Ini diberikan kepada bayi dan anak, mulai usia 6 minggu sampai 6 tahun. Selain itu, tiga vaksin kombinasi masa kanak-kanak termasuk DTaP sebagai komponennya.

2. DT: Toksin difteri dan tetanus, tanpa komponen pertusis. Vaksin ini diberikan kepada bayi dan anak mulai usia 6 minggu sampai 6 tahun yang memiliki kontraindikasi terhadap komponen pertusis.

3. Tdap: Toksin tetanus dan difteri dengan vaksin pertusis acelular. Ini diberikan kepada remaja dan orang dewasa, biasanya sebagai dosis tunggal, kecuali wanita hamil yang harus mendapat Tdap selama kehamilan.

4. Td: Tetanusanddiphtheriatoxoids. Ini diberikan ke anak-anak dan orang dewasa mulai usia 7 tahun ke atas. Perhatikan "d" kecil yang mengindikasikan kuantitas vaksin difteri yang jauh lebih kecil

Pemberian Vaksin

Pada vaksin DTaP dan DT, semuanya disuntikkan di otot paha anterolateral (untuk bayi dan balita muda) atau pada otot deltoid (untuk anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua). Tdap dan Td disuntikkan di otot deltoid untuk anak-anak dan orang dewasa berusia 7 tahun ke atas.

Berikut ini, Bun, pertanyaan Soal Vaksin Difteri, Pertusis, Tetanus

1. Siapa yang Harus Divaksin?

Semua anak Bun, dimulai usia 2 bulan. Orang dewasa juga perlu perlindungan dari tiga penyakit ini yaitu difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan). Dosis penguat (boostee) juga bisa rutin dibutuhkan.

2. Berapa Dosis Vaksinnya?

Kalau bayi, jadwalnya biasanya empat dosis DTaP, yang disuntikkan pada anak usia 2, 4, 6, dan 15-18 bulan. Suntikan kelima, atau dosis booster, direkomendasikan diberi antara usia 4 dan 6 tahun, kecuali kalau dosis keempat diberikan terlambat yakni setelah ulang tahun keempat.

Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi atau yang mungkin sudah pernah divaksin di awal, tapi rangkaian nggak diselesaikan, 3 dosis Td harus diberi dengan jeda 1 sampai 2 bulan antara dosis pertama dan kedua. Terus jeda 6 sampai 12 bulan antara dosis kedua dan ketiga. Salah satu dosis, sebaiknya pada suntikan pertama, harus mengandung komponen pertusis dalam bentuk Tdap. Karena kekebalan terhadap difteri dan tetanus berkurang seiring berjalannya waktu, penguat (booster) Td dibutuhkan setiap 10 tahun sekali, Bun.

Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan JawabannyaHal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya (Foto: Grandyos Zafna/detikHealth)


3. Kapan Remaja dan Orang Dewasa Dapat Booster?

Pakar imunologi menganjurkan agar dosis pertama Tdap diberikan kepada semua remaja pada usia 11-12 tahun sebagai booster pada kunjungan imunisasi rutin remaja, jika remaja itu sudah menyelesaikan jadwal DTaP saat kecil dan belum menerima dosis Td atau Tdap.
Jika anak berusia 7-10 tahun tidak menyelesaikan suntikan seri utama di masa kanak-kanak, dosis Tdap mungkin diberikan lebih awal sebagai bagian dari vaksinasi catch-up.

Semua orang dewasa juga harus menerima dosis tunggal Tdap sesegera mungkin. Kemudian, dosis penguat (booster) Td berikutnya harus diberikan setiap 10 tahun sekali.

Orang dewasa juga harus mempertimbangkan untuk mendapatkan suntikan booster saat bepergian ke belahan dunia di mana difteri tersebar luas.

Kalau seseorang mengalami luka dalam atau tusukan atau luka yang terkontaminasi kotoran, dosis tambahan booster dapat diberikan jika dosis terakhir lebih dari lima tahun yang lalu. Ini bisa berupa dosis Td atau Tdap, tergantung pada vaksinasi orang tersebut.

Oh ya, yang terpenting simpan catatan terbaru semua imunisasi si kecil sehingga dosis pengulangan tidak diperlukan. Tubuh kita memang sangat penting untuk dilindungi, tapi menerima lebih banyak dosis dibanding yang direkomendasikan bisa menyebabkan meningkatnya reaksi lokal seperti pembengkakan lengan yang menyakitkan.

4. Bisakah Ibu Hamil Dapat Vaksin Tdap?

Semua wanita hamil harus menerima Tdap, Bun. Remaja atau wanita yang hamil harus menerima Tdap pada setiap kehamilannya. Remaja dan orang dewasa yang baru saja menerima vaksin Td dapat diberikan Tdap tanpa masa tunggu.

Setiap kehamilan, sebaiknya suntikan diberi antara usia kehamilan 27 dan 36 minggu. Karena bayi tidak cukup terlindungi dari pertusis sampai mereka menerima minimal 3 dosis DTaP, sangat penting semua orang yang kontak sama bayi kurang dari 12 bulan divaksinasi dengan Tdap. Jika ibu baru belum divaksin Tdap, baiknya divaksin sebelum pulang ke rumah.

5. Siapa yang Merekomendasikan Penggunaan Vaksin Ini?

Center Disease and Control (CDC), American Academy of Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP), dan American College of Physicians (ACP) semuanya merekomendasikan vaksin ini.

6. Apa Efek Samping Vaksin?

Reaksi lokal, seperti demam, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, dan nyeri saat disuntik yang membuat anak atau orang dewasa tak nyaman. Tapi, reaksi ringan dan sistemik ini jauh lebih jarang terjadi pada vaksin DTaP asellular. Nah, efek samping Td atau Tdap pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua termasuk kemerahan dan bengkak di tempat suntikan (mengikuti Td) dan nyeri tubuh yang umum, dan kelelahan (mengikuti Tdap).

Anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa yang menerima lebih dari dosis vaksin Td / Tdap yang direkomendasikan dapat mengalami peningkatan reaksi lokal, seperti pembengkakan lengan yang menyakitkan. Hal ini disebabkan tingginya kadar antibodi tetanus dalam darahnya.

Hal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan JawabannyaHal-Hal Seputar Difteri yang Sering Ditanyakan dan Jawabannya (Foto: Grandyos Zafna/detikHealth)


7. Siapa yang tidak boleh menerima vaksin ini?

Orang yang mengalami alergi yang serius terhadap dosis DTaP atau vaksin Tdap sebelumnya tidak boleh menerima dosis lain. Reaksi alergi meliputi suhu 38 derajat Celcius atau lebih tinggi dalam dua hari, ambruk atau keadaan seperti shock dalam dua hari, menangis terus-menerus selama lebih dari tiga jam dalam dua hari, atau kejang dalam tiga hari. Selain itu, orang dengan kondisi neurologis tertentu juga baiknya menunda mendapat vaksin DTaP atau Tdap sampai dilakukan evaluasi.

8. Seberapa Efektif Vaksin Ini?

Vaksin ini nggak menimbulkan penyakit, Bun. Terkait efektivitasnya, setelah seri primer DTaP atau Td / Tdap lengkap, kira-kira 95 peresen orang akan memiliki tingkat antimetox difteri yang efektif dan 100 peresn akan memiliki tingkat protektif tetanus antitoksin dalam darah mereka.

Namun, tingkat antitoksin menurun seiring waktu sehingga booster rutin dengan tetanus dan toksin difteri [https://health.detik.com/read/2017/12/01/165544/3751419/763/difteri-mewabah-di-indonesia-begini-peta-persebarannya] direkomendasikan setiap 10 tahun. Estimasi khasiat vaksin pertusis acellular berkisar 80-85 persen. (rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda