Jakarta -
Bunda pernah dengar istilah
cinderella syndrome? Meski namanya terdengar lucu dan mengingatkan kita pada karakter Cinderella yang cantik, tapi kondisi ini jangan sampai hinggap pada anak-anak kita ya, Bun.
Cinderella syndrome disebut juga sebagai
cinderella complex adalah sebuah sindrom yang biasanya terjadi pada perempuan. Dalam buku 'The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence', Colette Dowling menyebutkan cinderella complex merupakan suatu ketergantungan seorang perempuan yang ditunjukkan dalam bentuk takut mandiri dan yang bersangkutan memiliki keinginan kuat untuk dirawat dan dilindungi oleh sosok laki-laki.
Psikolog anak dan keluarga, Amanda Margia Wiranata, bilang cinderella syndrome bisa dialami anak yang terbiasa dilayani untuk memenuhi semua kebutuhannya. Nah, jika hal ini dibiasakan, saat dewasa nanti, mereka akan terbiasa dilayani sehingga secara nggak sadar nantinya bisa berlaku seenaknya, nggak mandiri, dan cenderung nggak bisa berbuat apa-apa.
"Mungkin orang tua juga perlu tahu apa sih yang ingin ditampilin dari anak, bukan hanya sekadar lucu atau gimana tapi bagaimana juga mendidik anak supaya mandiri," ungkap Amanda dalam seminar 'Peran Orang Tua di Era Digital', di Menara Standard Chartered, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Kata Amanda, terbiasa 'mendandani' dan mengambil alih semua tugas pemenuhan kebutuhan anak, kemudian kita posting foto-fotonya yang cantik dan menggemaskan bisa berkontribusi pada lahirnya cinderella syndrome. Karena itulah, Bun, Amanda menyarankan baiknya kalau kita posting foto anak ada ceritanya juga. Misalnya kita jelasin anak sedang masak apa, kenapa anak harus belajar masak, juga tujuan anak belajar memasak.
Perempuan dengan cinderella complex memiliki ciri rasa percaya diri yang rendah, manja, dan selalu merasa tidak berdaya.
"Buat saya penting banget mengajarkan kemandirian anak sejak dini, prestasi hanyalah bonus namun kemandirian bisa jadi bekal ketika anak dewasa nanti," ungkap psikolog dari Universitas Indonesia ini.
Bagaimanapun, kita mengajarkan anak mandiri karena mempersiapkan mereka untuk berpisah dari kita kelak. Jika anak-anak kelak hidup jauh dari kita, orang tuanya, atau saat kita nggak ada lagi di dunia ini, tanpa bekal kemandirian anak kita sendiri yang akan kesusahan.
"Anak harus punya keterampilan dan tahu rasanya berusaha," tutur Amanda.
Mungkin dalam melakukan segala sesuatu ada kegagalan, tapi itu nggak masalah. Yang penting anak sudah mencoba. Ketika gagal, dia bisa introspeksi di mana yang membuatnya gagal agar bisa berusaha lebih baik lagi,
"Posting sesuatu itu juga harus bisa dipelajari orang lain. Orang tua harus menghargai proses anak bukan hanya mau hasilnya aja, anak gagal atau salah langsung kalap marah tapi kalau kita bisa bijak ambil tindakan ketika anak gagal atau salah anak jadi akan mikir. 'Oh ibu saya menghargai proses yang saya buat'," papar Amanda.
(aml)