Jakarta -
Seperti yang sudah kita ketahui,
anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Nah, orang tua sering banget nggak menyadari gejala anemia pada anak hingga penanganannya terlambat.
Gejala anemia pada anak antara lain kehilangan selera makan, sulit fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh dan gangguan perilaku. Atau, orang awam lebih mengenal dengan Gejala 5L alias lesu, lemah, letih, lelah, lunglai, Bun, kemudian ditambah wajah pucat, dan berkunang-kunang.
Berdasarkan laporan Anemia Convention 2017, prevalensi anemia di Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85 persen dengan wanita dan anak-anak sebagai pengidap terbanyak. Kemudian, 202 juta wanita di Asia Tenggara dan 100 juta wanita di Pasifik Barat usia 15-49 tahun terjangkit anemia. Sementara secara global, 41,8 persen wanita hamil dan hampir 600 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah terkena anemia.
Tahu nggak, Bun? 60 persen dari kasus wanita hamil dan sekitar setengah dari kasus anemia pada anak disebabkan kekurangan zat besi. Dokter Kandungan dan Ginekolog dari Filipina, dr Zaida N. Gamilla, tercukupinya nutrisi dalam 1.000 hari pertama kehidupan merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap anak dan ini harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. dr Zaida bilang peran zat besi adalah salah satu mikronutrisi yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilan menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.
"Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan risiko terjadinya pendarahan, pre-eklampsia, dan infeksi. Ibu hamil yang mengalami ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan
anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi," kata Zaida dalam keterangan tertulis Merck.
Pada kesempatan yang sama Dr Murti Andriastuti SpA(K), Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menambahkan Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor serta kognitif.
"Anemia sendiri dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Untuk itu pemberian suplementasi zat besi sebaiknya dilakukan sejak dini, sebelum defisiensi besi pada anak menjadi Anemia Defisiensi Besi," tutur Murti.
(rdn)