
parenting
Hati-hati! Salah Berikan Anak Makanan Bisa Sebabkan Anemia Defisiensi Besi
HaiBunda
Kamis, 26 Nov 2020 11:14 WIB


Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan berbagai penyakit berbahaya, Bunda. Sebab, zat besi sangat diperlukan tubuh dalam jumlah cukup untuk membentuk hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel darah merah.
Selain itu, zat besi dibutuhkan juga untuk membentuk selubung sel otak (membentuk myelin sel otak). Zat besi adalah mineral yang dapat ditemukan pada banyak sumber pangan seperti daging merah, hati, kacang-kacangan dan sayur hijau.
Dua macam zat besi:
Perlu Bunda tahu bahwa zat besi terbagi menjadi dua macam seperti berikut ini:
1. Besi heme
Berasal dari hewan, terutama daging merah dan hati ayam. Besi heme ini dapat diserap langsung tanpa dipengaruhi oleh makanan lainnya.
2. Besi non heme
Berasal dari tumbuhan/sayuran, yang penyerapan besinya sangat bergantung dari makanan lainnya yang dikonsumsi bersamaan, seperti teh, susu, kopi, gandum.
Apa itu Hemoglobin?
Hemoglobin terbentuk dari dua komponen, yaitu heme (zat besi) dan globin (rantai protein alfa dan beta). Hemoglobin inilah nantinya yang akan bertugas untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Anemia Defisiensi Besi
Walaupun banyak sumber pangan yang mengandung zat besi, pada faktanya masih banyak anak-anak yang mengalami kekurangan zat besi. Akibatnya, tubuh tidak dapat membentuk hemoglobin yang merupakan bagian penting dari sel darah merah, Bunda.
Penurunan produksi sel darah merah inilah yang dinamakan anemia defisiensi besi. Di Indonesia, prevalensi anemia defisiensi besi pada balita sekitar 40-45 persen. Ini tentunya angka yang tidak boleh disepelekan, Bunda. Sehingga penting untuk memahami penyebab dan cara mengatasi anemia defisiensi besi.
Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Penyebab utama Anemia Defisiensi Besi adalah faktor nutrisi. Kesalahan yang sering terjadi dimulai dari saat memberikan ASI eksklusif tanpa diberikan suplementasi besi, konsumsi makanan yang rendah besi, atau terlalu banyak memberikan susu formula, konsumsi teh atau sereal yang berlebihan.
Kapan harus curiga terjadi Anemia Defisiensi Besi?
Pada awalnya, anemia defisiensi besi tidak menimbulkan gejala. Hal ini disebabkan karena tubuh masih dapat mengompensasi kekurangan zat besi, dengan menggunakan cadangan zat besi dalam tubuh.
Namun, jika defisiensi zat besi ini berlangsung terus-menerus, gejala dan tanda dari anemia defisiensi besi dapat muncul, yaitu:
1. Muncul 5 L: letih, lemas, lesu, lelah, dan lalai.
2. Pucat (telapak tangan, kuku atau bagian dalam kelopak mata terlihat pucat).
3. Mudah marah, uring-uringan.
4. Tidak dapat berkonsentrasi saat sekolah, performa belajar yang menurun.
5. Merasa pusing atau sakit kepala.
6. Denyut nadi yang cepat.
7. Permukaan lidah licin tanpa tonjolan-tonjolan, sariawan di sudut mulut, kuku cekung seperti sendok (spoon nail).
8. Memiliki gangguan pertumbuhan, perkembangan ataupun perilaku.
9. Pika, yaitu kecenderungan untuk memakan es batu ataupun benda yang seharusnya tidak untuk dimakan (tanah, kertas, sabun, kerikil, rambut, benang, tembok, dan sebagainya).
Lalu, siapa saja kelompok yang rentan mengalami Anemia Definisi Besi? Ternyata salah satunya bayi yang diberi susu formula dengan zat besi rendah, Bunda. Nah simak penjelasan selanjutnya di halaman selanjutnya, klik NEXT ya!
Bunda, simak juga yuk sumber zat besi yang bagus untuk anak, dari penjelasan video di bawah ini:
Kelompok yang rentan alami Anemia dan pencegahannya
Salah berikan anak makan bisa sebabkan anemia definisi besi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Jovanmandic
Kelompok yang rentan mengalami Anemia Defisiensi Besi
Bunda perlu waspada, jika anak-anak menunjukkan tanda-tanda Anemia Defisiensi Besi seperti di bawah ini:
1. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah atau bayi prematur, dan bayi lahir kembar.
2. Bayi yang diberi ASI berusia 4 bulan ke atas, tanpa dapat cukup zat besi dari makanan pendamping ASI (MPASI) ataupun sumber makanan lain.
3. Bayi yang meminum susu formula dengan zat besi yang rendah.
4. Anak berusia di bawah 1 tahun yang sudah diberikan susu sapi.
5. Anak yang terlalu banyak meminum susu sapi (lebih dari 600 ml per hari), teh, dan kopi berlebihan.
6. Anak yang rentan atau sering sakit lama, seperti TBC, diare lanjut, dan cacingan.
Baca Juga : Cek di Sini Tanda-tanda Anemia pada Anak |
7. Remaja dalam masa percepatan pertumbuhan.
8. Remaja putri yang sudah menstruasi (darah menstruasi banyak).
9. Seseorang dengan asupan zat besi rendah, vegetarian.
10. Seseorang dengan gangguan penyerapan zat besi (masalah pencernaan, kelainan usus, diare kronik).
11. Seseorang yang berolahraga terlalu berat (extreme athletes) atau diet terlalu ketat.
Apakah Anemia Defisiensi Besi berbahaya?
Anemia defisiensi besi dapat diobati, tetapi komplikasi yang timbul tidak dapat dikembalikan, Bunda. Sehingga dapat menimbulkan komplikasi seperti gangguan pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi kecerdasan/kognitif yang menurun.
Jika anemia defisiensi besi dibiarkan berlanjut, dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dan gangguan kejiwaan (depresi).
Peran orang tua dalam mencegah Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang dapat dicegah, dengan beberapa cara di bawah ini:
1. Pemberian suplementasi zat besi pada:
a. Bayi prematur mulai usia 2 bulan.
b. Bayi matur/cukup bulan mulai usia 4 bulan.
2. Cukupi kebutuhan zat besi anak dengan:
a. Bayi berusia di atas 4-6 bulan: berikan MPASI yang mengandung cukup zat besi.
b. Anak-anak: berikan sumber pangan yang tinggi zat besi, makan mengandung banyak vitamin C 1-8.
3. Periksakan bayi Anda saat usia sekitar 1 tahun untuk skrining anemia defisiensi besi.
4. Jika orang tua menemukan tanda, gejala, ataupun komplikasi dari anemia defisiensi besi di atas, segera hubungi dokter.
Setelah mengetahui gejala, penyebab, dan cara mencegah Anemia Defisiensi Besi, penting juga untuk memahami makanan yang sebaiknya diberikan dan dihindari diberikan pada anak, seperti berikut:
Makanan yang boleh diberikan:
- Sumber Pangan tinggi zat besi
Terdiri dari daging merah (sapi, kambing) dan hati. Sumber terbaik zat besi dari hewani yang berasal dari daging ayam, ikan, kuning telur, tahu, kacang-kacangan, kismis, dan sayur-sayuran hijau (bayam, brokoli).
- Makanan yang mempercepat penyerapan zat besi
Buah tinggi Vitamin C (jeruk, jus jeruk, lemon, stroberi, kiwi, buah beri lainnya). Serta sayur tinggi Vitamin C (tomat, brokoli, paprika).
Makanan yang harus dihindari:
- Makanan yang menghambat penyerapan zat besi
Makanan berikut jangan diberikan bersamaan dengan asupan zat besi. Di antaranya makanan yang tinggi kalsium (susu, yogurt, produk susu lainnya seperti keju) secara berlebihan.
Selain itu, Bunda juga sebaiknya tidak memberikan anak-anak minuman berupa teh, kopi, dan obat-obatan tertentu (antasida).
Sebelum terlambat, yuk berikan makanan cukup nutrisi pada anak-anak sejak masa pemberian MPASI. Sehingga dapat mengurangi risiko terkena Anemia Defisiensi Besi.
Jika Bunda ada pertanyaan seputar anemia defisiensi besi, tanyakan langsung pada Prof. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, Sp.A (K) di kolom komentar ya, Bunda.
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
4 Penyebab Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Kaitannya dengan Perkembangan Otak

Parenting
Benarkah Anemia Defisiensi Besi Sebabkan Anak Malas Makan? Ini Faktanya

Parenting
7 Tanda Anemia pada Anak, Kenali Juga Penyebabnya

Parenting
Penyebab GTM pada Anak dan 9 Strategi untuk Mengatasinya

Parenting
Mencegah Thalassemia, Penyakit Genetik Berbahaya yang Tak Bisa Disembuhkan

Parenting
Bunda, Cek Gejala Anemia Defisiensi Besi pada Anak
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda