Jakarta -
Duka akibat bencana tsunami Selat Sunda masih belum surut. Terutama duka yang dirasakan keluarga korban meninggal. Salah satunya keluarga almarhum
Herman Sikumbang, gitaris band Seventeen.
Kepergian
Herman 'Seventeen' menyisakan pilu bagi istri dan dua anak yang ditinggalkan, Hafuza Dhamiri dan Hisyam Quraisy. Baru-baru ini,
Juliana Moechtar, istri Herman, mengunggah video yang sangat mengharukan. Di video tersebut tampak sang anak berada di makam sang ayah. Hafuza berusaha untuk menahan tangisnya. Walau berat, anak yang masih berusia 6 tahun itu berusaha tetap tegar.
"Hafuza sayang papa," kata sang anak dengan menahan tangis.
Hafuza setia berada di makam ayahnya. Beberapa hari setelah kepergian sang ayah, Hafuza rajin mengunjungi pusara pria 36 tahun yang semasa hidup memang dekat dengan anak laki-lakinya ini.
"Alhamdulillah dua hari subuh ini, dia selalu salat subuh dan mengunjungi papa @hermanseventeen dia datang dia duduk berdoa dengan tegar, tapi pas mendekat terasa dia menahan tangisnya. Anak kuat mama @hafuzadhamiri," tulis Juliana.
[Gambas:Instagram]
Unggahan ini pun dibanjiri komentar netizen. Mereka ikut sedih dan merasakan duka yang dirasakan Hafuza dan sang bunda. Banyak pula yang mendoakan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Apa yang dialami Hafuza ini memang sangat berat, Bun. Psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo, yang akrab disapa Anas mengatakan, wajar sekali jika anak merasa kehilangan ketika orang tuanya tiada. Hal ini karena ada rutinitas yang berubah. Misal yang meninggal ini biasanya menemani dia makan atau antar jemput sekolah, sekarang orang itu nggak ada lagi. Ditambah ada perasaan sedih dan kehilangan dari yang dia serap dan tangkap dari orang-orang sekitarnya.
Jadi dalam menghadapi anak yang sedang berduka, Anas berpesan, gunakan verbalisasi emosi dalam obrolan. Misal, 'Bunda merasa sedih nenek sudah meninggal. Kamu merasa gimana? Sedih juga nggak?'. Dan perlu diingat, orang dewasa perlu tahu kalau memahami sedih dan kehilangan butuh proses bukan seperti minum air segelas langsung hilang.
"Kita aja orang dewasa untuk move on butuh waktu kan. Jadi berikan anak kesempatan mengekspresikan perasaan atau emosi yang dirasakan lewat menggambar, main figur atau boneka tertentu. Amati juga apakah ada perubahan perilaku dan emosi anak pasca kehilangan. Ini bukan untuk dimarahin tapi untuk dimengerti," pungkas Anas.
(yun)