Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Viral! Anak Dimarahi Ibu karena Cuma Ranking 3, Ini Bahaya Psikisnya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 16 Dec 2019 18:00 WIB

Video anak yang dimarahi ibunya karena ranking 3 banyak menuai kecaman dari netizen. Begini kata psikolog soal peringkat kelas.
Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock
Jakarta - Peringkat kelas atau rangking memang bisa menjadi motivasi agar anak belajar dengan giat ya, Bun. Tapi jangan sampai membebani anak apalagi membentak mereka jika rankingnya kecil.

Baru-baru ini beredar video wanita yang diduga seorang ibu membentak keras sang putri karena dapat rangking 3. Anak yang disamarkan wajahnya itu terlihat ketakutan.


"Kenapa kamu itu rangking 3? Kenapa bisa?" teriak sang ibu, setelah anaknya menyebutkan daftar nama siswa dan rankingnya berurutan.

Si anak sempat terdiam. Ketika sang ibu bertanya lagi dengan keras, dia baru menjawab.

"Ibu guru yang kasih," jawab sang anak dengan suara kecil.

Mendengar jawaban polos putrinya, si ibu justru semakin kesal. Ia seperti tidak terima putrinya yang selalu mendapat nilai bagus, hanya berada di urutan ketiga.

"Selalu kau yang duluan selesai, selalu kau yang dapat 100 , kau yang duluan keluar. Kenapa enggak bisa juara dua, kenapa jadi juara tiga?" tanya ibunya kembali.

Ilustrasi ibu dan anakIlustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock

Video ini diunggah akun Instagram @ndorobeii. Banyak netizen yang kesal dengan sikap sang ibu yang menilai kemampuan anaknya dari rangking.

"Kenapa sih kemampuan anak harus dipaksakan? Itu ibunya bukan bersyukur malah kek orang kesurupan," tulis seorang netizen.

"Ya Allah...,miris!!! Dikiranya kita nyekolahin anak cuma buat dapet ranking?! Cuma buat dapet selembar ijazah?! Lebih dari itu bu....," ujar yang lain.

Selalu menilai kemampuan anak dengan rangking memang tidak baik, Bun. Menurut pendidik dan psikolog Najelaa Shihab, melalui sistem rangking, anak seperti mendapat label dari orang lain. Bukan hanya anak yang mendapat rangking terakhir yang rugi, tapi juga rangking pertama.

"Anak akan mendapatkan pemahaman yang salah tentang kompetisi dan tidak tumbuh semangat kolaborasinya," ujar wanita yang akrab disapa Ela ini.

Menurut Ela, tujuan belajar bukan untuk mengejar rangking, tapi agar anak memahami dan punya kompetensi. Seringkali jika memberikan rangking, tujuan ini menjadi enggak penting.

"Padahal esensinya bukan membandingkan anak dengan yang lain, sampai mengorbankan anak tertentu. Tapi tujuannya agar anak menguasai," pungkas Ela.

SimakjugatipsEriska Rein agar anak tak mogok sekolah di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda