PARENTING
Kolam Renang Plastik Laris Saat Pandemi, Ini yang Perlu Bunda Waspadai
Melly Febrida | HaiBunda
Rabu, 01 Jul 2020 14:03 WIBHampir semua kolam renang umum tutup selama pandemi COVID-19. Akhirnya, orang tua memilih membelikan kolam renang karet atau plastik. Namun, dengan banyaknya pembelian kolam renang plastik memunculkan kekhawatiran baru yakni risiko anak-anak tenggelam lebih tinggi.
"Karena pandemi, keluarga mungkin tergoda untuk pergi dan membeli kolam, apakah itu kolam tiup besar atau kolam rendam kecil," kata dokter anak Ben Hoffman, MD, FAAP, ketua Dewan American Academy of Pediatrics (AAP) tentang Pencegahan Cedera, Kekerasan & Keracunan, dilansir Romper.
Selama ini, Bunda mungkin berpikir karena ada orang tua di rumah, ketakutan akan tenggelam akan berkurang. Meskipun belum ada data tertulis, di Florida ada laporan meningkatnya anak tenggelam selama pandemi Corona.
Sekitar 70 persen kasus anak tenggelam terjadi bukan saat berenang. Ini menunjukkan, orang tua mungkin tidak tahu anak-anaknya ada di dekat kolam ketika tenggelam.
Untuk itu, Hoffman mengingatkan keamanan berlapis di kolam plastik. Pertama, dia mengatakan, sangat penting untuk memasang pagar di sekitar kolam, di tanah, atau di atas.
"Jika Anda membeli kolam yang lebih besar, penting untuk memikirkan pagar atau penghalang lain sehingga anak-anak tidak dapat mencapai air saat mereka seharusnya tidak berenang. Untuk kolam yang lebih kecil, pastikan untuk mengosongkan sesegera mungkin setelah selesai berenang," saran Hoffman.
Menurutnya, pagar di kolam jadi intervensi tunggal yang paling efektif. Pagar empat sisi dengan gerbang pengunci, mengurangi kemungkinan tenggelam hingga 50 persen.
"Kuncinya adalah memasang pagar yang tidak bisa didaki anak-anak," kata Hoffma.
Kemudian berikan pelajaran berenang jika memungkinkan. Dan perhatikan, semakin awal anak bisa memulai maka semakin baik. Hoffman mengatakan, belajar berenang harus dimulai pada usia satu tahun.
"Kita harus berpikir tentang kompetensi air sebagai keterampilan hidup yang penting," katanya, menyamakan dengan pentingnya pelatihan pengemudi.
Dan yang tak kalah penting, Hoffman bilang, orang tua perlu memastikan bahwa perangkat mengapung anak-anak telah disetujui Coast Guard.
"Apa pun yang mengembang harus dianggap tidak lebih dari mainan, Anda tidak bisa mempercayainya," ujarnya.
Dikutip dari detikcom, berenang sangat baik untuk perkembangan fisik dan otak anak-anak. Renang merupakan salah satu olahraga yang baik karena melibatkan banyak otot dan organ tubuh. Tapi kalau terlalu lama berendam di dalam air yang dingin, juga bisa memicu berbagai penyakit.
Air yang digunakan untuk berenang biasanya akan lebih dingin dibandingkan udara di sekitar. Merendam tubuh di dalam air yang dingin akan menurunkan suhu tubuh seseorang, sehingga saat keluar dari kolam renang atau ke udara yang bersuhu lebih panas, tubuh akan berusaha untuk menormalkan.
Bila dilakukan pada waktu yang cukup atau tidak terlalu lama sekitar 1 - 2 jam, reaksi tersebut bisa membuat anak merasa lapar setelah selesai berenang. Tapi bila anak dibiarkan berlama-lama berendam di air lebih dari 2 jam, bisa menyebabkan kedinginan dan memicu peningkatan denyut jantung tiba-tiba (takikardia), demikian dilansir Heart-problems.
Bunda, simak juga yuk manfaat balet untuk kecerdasan otak anak, dalam video di bawah ini:
(muf/muf)