Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dear Bunda, Pujian ke Kakak Bukan Berarti Membandingkan dengan Si Adik

Melly Febrida   |   HaiBunda

Sabtu, 16 Jan 2021 13:10 WIB

Mother offering take out sushi roll to her toddler disgusted with its looks, they are using cardboard box as table at time of moving house
Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: Getty Images/zoranm

Anak-anak kalau dipuji pasti senang ya, Bunda. Tapi, jangan sampai Bunda memuji Si Kakak dengan membandingkannya dengan Si Adik.

Hal ini bisa juga terjadi pada guru yang membandingkan antara murid. Mungkin maksudnya baik dan tak merugikan siapa-siapa. Tapi, cara seperti kurang tepat Bunda. 

Julie King, parent educator, mengatakan orang tua yang memiliki anak lebih dari satu sangat mungkin tergoda memuji sambil membandingkan. Ini jadi melambungkan ego anak besar dengan mengorbankan adiknya yang lebih kecil.

"Apalagi Si Adik kecil sepertinya belum paham apa yang kita katakan, 'Kamu bisa memakai sepatumu sendiri. Adikmu belum bisa melakukannya. Dia masih kecil,'" kata King dalam How to Talk so Little Kids Will Listen.

Atau bisa juga orang tua ingin membesarkan hati anak dengan membandingkannya dengan teman sebayanya. Misalnya,"Kamu bisa naik sepeda roda dua. Tidak satu pun temanmu yang bisa melakukannya." Atau "Kamu pembaca terbaik di kelas. Tidak banyak anak 5 tahun yang bisa membaca buku cerita untuk anak besar."

Lantas apa yang salah? Menurut King, orang tua dan guru yang bangga dan anak-anak bahagia. Masalahnya, orang tua atau guru tentu tidak mau anak berpikir bahwa kebanggaan orang tua dan guru dengan keberhasilannya yang bersumber dari kegagalan orang lain.

"Kita tidak mau dia merasa terancam oleh perkembangan pesat dari saudara kandungnya, atau kemenangan teman-teman sekelasnya," ujar King.

Ketimbang memuji dengan membandingkan, King menyarankan orang tua maupun guru berusaha menggambarkan tindakan, usaha, kemajuan, dan dampaknya bagi orang lain.

"Kamu bisa memakai sepatumu. Kurasa ibu tahu siapa yang akan mengajari adik memakai sepatunya kalau sudah lebih besar nanti." Dengan cara seperti ini, lanjut King, anak akan melihat dirinya sebagai guru adiknya, bukan saingannya.

"Di saat-saat terdesak, Anda perlu menjadi pahlawan pujian," kata King.

Berbicara tentang pujian ke anak, orang tua sering kali abai untuk memuji hal-hal kecil yang dilakukan anak karena menganggap hal itu sudah seharusnya.

"Padahal, bermula dari hal kecil-kecil yang sudah baik inilah muncul dorongan untuk melakukan hal-hal baik lainnya yang sama atau lebih besar, jika dihargai," kata psikolog Okina Fitriani dalam bukunya Enlightening Parenting: Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjelang Generasi Gemilang.

Namun, dalam memuji kata Okina sebaiknya tak diikuti kritikan atas perilaku yang sudah terjadi di masa lalu. Ini hanya membuat pujian kehilangan artinya.

Simak juga video penyebab dan tips mengatasi GTM:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner GKR BendaraFoto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda