parenting

Kumpulan Kisah Nabi Khidir Lengkap untuk Anak Beserta Hikmah Cerita & Mukjizat

Hasna Fadhilah   |   HaiBunda

Jumat, 02 Jun 2023 19:17 WIB

Nabi Khidir adalah sosok nabi yang keberadaannya masih misteri di kalangan umat Islam. Tak banyak sumber yang menceritakan kisah Nabi Khidir dari lahir hingga wafat. Ada beberapa yang mengatakan bahwa Nabi Khidir hidup sepanjang zaman, namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ia telah wafat.

Meski begitu, masih ada beberapa kisah teladan dari Nabi Khidir yang beredar dan memberikan hikmah dan pembelajaran hidup. Selain itu, sifat-sifat teladan dari Nabi Khidir cocok untuk diajarkan pada anak. 

Kisah Nabi Khidir yang paling terkenal salah satunya ialah pertemuannya dengan Nabi Musa. Kisah tersebut bahkan termuat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Kahfi ayat 65 yang artinya, “Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya di sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain kisah pertemuannya dengan Nabi Musa, ada kisah singkat Nabi Khidir lainnya yang dapat Bunda simak berikut ini.  

Kisah singkat nabi Khidir dari lahir sampai wafat

Mengutip dari buku Misteri Nabi Khidir (Terjemahan), penerbit Khazanah Pustaka Islam (2015), terdapat beberapa riwayat yang mengisahkan mengenai asal-usul dari Nabi Khidir. Pertama, pendapat dari Abu Hatim As-Sijistani dalam kitab Al-Mu’ammarin yang mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah keturunan dari Nabi Adam. Disebutkan bahwa Nabi Khidir merupakan putra dari Qabil ibn Adam. Abu Hatim As-Sijistani menambahkan keterangan bahwa nama asli dari Nabi Khidir adalah Khadirun. 

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir memiliki nama asli yaitu Balya bin Mulkan bin Qali’ bin Syalikh bin ‘Abir bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Pendapat ini juga disetujui oleh Ibnu Qutaibah dan An-Nawawi. 

Sementara itu bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah cucu Fir’aun dari anak perempuannya. Pendapat ini diungkapkan oleh Muhammad Ayyub yang bersumber dari Ibnu Luhai’ah. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ia adalah keturunan Fir’aun sebagaimana yang dikisahkan oleh An-Naqqasy.

Pendapat lainnya juga mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah anak dari salah seorang yang beriman kepada Nabi Ibrahim dan ikut berhijrah bersamanya dari Negeri Babilonia. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kita Tarikh-nya. Dikatakan pula ayah Nabi Khidir adalah seorang berkebangsaan Persia sementara ibunya orang Romawi. 

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan mengenai asal-usul nama Nabi Khidir. Dikisahkan bahwa suatu ketika, ia duduk di atas tanah kering berwarna putih. Tiba-tiba tanah yang ia duduki berguncang dari bawah dan berubah menjadi hijau (khandra). 

Meski begitu, keberadaan dari Nabi Khidir masih menjadi misteri hingga saat ini.  Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir telah wafat. Salah satunya mengutip riwayat dari Ali bin Musa Ar-Ridha dan Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Abu Bakar An-Naqqasy dalam kitab tafisrnya yang mengatakan bahwa Nabi Khidir telah wafat.

Bukhari pun pernah ditanya, apakah Nabi Khidir masih hidup, lantas ia menyangkalnya dengan memberikan hadis Rasulullah SAW yang bersabda “Di Penghujung seratus tahun ke depan tidak ada tersisa di muka bumi ini seorang pun yang saat ini berada di atasnya.” 

Hadis ini diriwayatkan Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari Ibnu ‘Umar yang merupakan pemuka kelompok yang mengatakan bahwa Nabi Khidir telah wafat. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Abu Fadhl Al-Mursi yang mengatakan bahwa Nabi Khidir, sahabat Nabi musa itu, telah wafat.

Sebab kalaupun masih hidup, ia harus mendatangi Rasulullah SAW, beriman dan mengikuti beliau. Ini sebagaimanya dengan hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda “Jika Musa masih hidup, tidak ada jalan lain baginya, kecuali harus mengikut (ajaran)-ku.”

Di sisi lain, ternyata ada pula pendapat yang mengatakan jika Nabi Khidir masih hidup. Beberapa pendapatan tersebut mengisahkan bahwa Rasulullah SAW beberapa kali bertemu dengan Nabi Khidir.

Meski demikian, pendapat-pendapat tersebut berasal dari perawi hadis yang lemah dan secara sanad munkar dan matannya cacat. Sebab menurut Abu Hasan bin Munada, Nabi Khidir belum pernah bertemu dan melakukan berinteraksi dengan Rasulullah SAW. 

Kisah pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa

Meskipun kisah keberadaan Nabi Khidir masih simpang siur, namun ada beberapa kisah mengenai beliau yang seringkali diceritakan. Salah satunya yaitu pertemuan antara Nabi Khidir dan Nabi Musa. Berikut kisahnya yang dikutip dari buku 65 Cerita Teladan Sebelum Tidur, penerbit Wahyu Media (2007).

Pada suatu hari, Nabi Musa berkhotbah di hadapan kaum Bani Israil. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Wahai Nabi Musa, siapakah orang yang paling alim sekarang ini?” 

“Aku.” jawab Nabi Musa. 

Allah Yang Maha Mendengar, menegur Nabi Musa yang khilaf ketika menjawab pertanyaan salah seorang kaum Bani Israil. Dikatakan bahwa ada yang lebih alim dari pada Nabi Musa. Ia berada di pertemuan dua buah lautan. Kemudian Nabi Musa mencari orang yang dimaksudkan oleh Allah SWT. 

Sesampainya di tempat yang dituju, Nabi Musa menghampiri Nabi Khidir dan berkata “Wahai orang bijak, bolehkah aku mengikutimu agar kamu mengajariku sesuatu yang belum aku miliki?”

“Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup bersabar ketika belajar bersamaku.” jawab Nabi Khidir. 

Nabi Musa mencoba membujuk kembali Nabi Khidir. “Insya allah, aku akan berusaha menjadi orang yang sabar sebagaimana kamu inginkan. Aku berjanji.” sambil melemparkan senyum Nabi Khidir berkata “Kau telah berjanji maka janganlah kau bertanya kepadaku sebelum aku menerangkan duduk perkaranya.”

Setelah Nabi Musa mendapatkan izin untuk ikut, mereka mulai berjalan menyusuri pantai untuk menumpang perahu layar milik seorang nelayan. Ketika sampai tujuan, Nabi Khidir mengusir nelayan itu dan menenggelamkan perahu layarnya. 

Tentu saja Nabi Musa kaget, “Wahai sahabat, mengapa kau rusak perahu nelayan ini. Sesungguhnya kau telah melakukan perbuatan tercela.” mendengar perkataan Nabi Musa, Nabi Khidir berkata “Bukankah kau telah berjanji untuk tidak bertanya, dan kau harus bersabar.” Nabi Musa pun meminta maaf, “Maafkanlah aku yang tidak sabar.” ujarnya. 

Keduanya mulai melanjutkan perjalanan kembali. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang anak kecil. Tiba-tiba tanpa basa-basi Nabi Khidir membunuh anak itu. Kembali Nabi Musa marah kepada Nabi Khidir, “Wahai Sahabat, kau telah melakukan dosa yang teramat besar. Mengapa kamu membunuh anak yang tidak berdosa ini?”

Lantas Nabi Khidir berkata dengan suara keras, “Bukankah kau berjanji untuk bersabar. Janganlah kamu mengikutiku kalau kau menyusahkanku dan tidak sabar.” mendengar kata-kata Nabi Khidir, Nabi Musa kembali meminta maaf. 

“Janganlah kamu memperbolehkan aku untuk mengikuti perjalanan ini apabila aku melanggar janji kembali.” Karena meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi yang ketiga kali, Nabi Khidir akhirnya memperbolehkan Nabi Musa untuk ikut kembali dengannya. 

Ketika berjalan cukup jauh, sampailah mereka di sebuah perkampungan yang sebagian besar penghuninya sangat kikir. Dalam lapar dan dahaga tidak seorang penduduk pun yang memberi mereka makan dan minum. Mereka berdua akhirnya berhenti di ujung jalan. Di sana terlihat sebuah rumah gubuk yang hampir roboh. Nabi Khidir mengajak Nabi Musa untuk memperbaiki gubuk itu sampai berdiri kokoh. 

Ketika tengah membangun gubuk tersebut, tiba-tiba Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidir, “Wahai sahabat. mengapa kita memperbaiki gubuk ini, padahal semua penduduknya kikir? Semestinya kamu mengambil upah untuk itu.”

Sambil menatap Nabi Musa, Nabi Khidir berkata, “Inilah perpisahan kita. Sebelumnya aku akan menerangkan atas perbuatan-perbuatan yang membuat kamu tidak sabar. Perahu layar yang aku rusak itu agar tidak dimiliki oleh seorang raja bengis dan tamak.

Lalu, jika aku biarkan anak kecil itu hidup, jika ia dewasa nanti, ia akan merusak keimanan kedua orang tuanya menjadi orang-orang sesat. Adapun aku menegakkan kembali rumah gubuk yang berada di kampung kikir ini, agar pemiliknya yaitu dua orang anak yatim, kelak bisa menikmati harta yang terpendam di dalam rumah ini.”

Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa berkata “Allah Mahaadil dan Maha Mengetahui. Mulai hari ini aku harus lebih bersabar lagi.”

Kisah Nabi Khidir dan Abu Mahjan

Kisah ini dikutip dari buku Khidir AS: Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat, penerbit Media Pressindo (2013). Kisah mengenai Nabi Khidir dan Abu Mahjan diriwayatkan oleh Saif falam sebuah kitab bernama Al-Futuh.

Suatu ketika, dalam sebuah jamaah, ia bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Maka, mereka menyaksikan Abu Mahkan sedang berperang. Yang meriwayatkan ini pun menceritakan secara detail dan penjang lebar mengenai kisah Abu Mahjan. 

Abu Abdullah bin Battah berkata: “Bercerita kepada kami, Syu’aib bin Ahmad yang didengarnya dari ayahnya, dari Ibrahim bin Abdul Hamid, dari Ghalib bin Abdullah, dari Hasan Basri berkata: Ada seorang laki-laki yang menganut paham Ahlus Sunnah wal Jamaah berdebat, memberikan pendapat dan berhujjah dengan seorang laki-laki lain yang bukan dari kalangan Ahli Sunnah.

Di dalam perdebatan tersebut, mereka melakukan sebuah telaah dan mengkaji masalah qadar. Menariknya, perdebatan mereka terjadi di tengah-tengah perjalanan. Masing-masing dari mereka sama-sama ngotot mempertahankan pendapat dan apa yang diyakininya.

Suara mereka tampak terdengar keras dan kuat. Selang beberapa waktu, perdebatan mereka pun belum juga menemukan titik kesepakatan hingga akhirnya mereka membuat suatu kesepakatan, bahwa barangsiapa yang mereka jumpai atau yang datang duluan ke tempat mereka berdebat itu, maka ia akan dijadikan sebagai pemutus atau hakim untuk memutuskan masalah yang belum selesai di antara mereka. 

Tidak lama kemudian, datanglah seorang laki-laki dengan memikul sebuah bungkusan. Keadaan orang tersebut lusuh, rambut dan pakaiannya tampak sudah kusut dan berdebu. Diperhatikan dari cara berjalannya, seolah-olah menunjukkan bahwa orang tersebut sedang dalam keadaan lelah dan merasakan kepenatan. 

Secara spontan, mereka menyapanya dan mereka berkata kepada laki-laki itu “Sejak tadi kami berdebat panjang perihal tentang qadar, sementara masing-masing di antara kami bersikukuh dengan pendapat kami masing-masing. Kami juga sama-sama memberikan hujjah dan dalilnya, tetapi kami tidak mengetahui secara pasti siapa di antara kami yang paling benar.

Kami juga sudah sama-sama membuat kesepakatan dan setuju bahwa barangsiapa yang pertama kali kami jumpai atau datang duluan ke tempat ini, maka akan kami jadikan ia sebagai pemutus (hakim). Sekarang kami minta tolong kepada tuan untuk bisa memecahkan masalah kami atau menghakimi apa yang dari tadi kami perdebatkan.”

Tak lama kemudian, laki-laki itu meletakkan bungkusannya, kemudian mengambil posisi nyaman untuk duduk menenangkan dirinya. Setelah beristirahat sejenak, mengatur napasnya dan dirasa sudah mulai tenang, lalu ia berkata “Kalau begitu duduklah kamu di sini.”

Kemudian lelaki itu menghakimi mereka secara bijaksana. Banyak penjelasan-penjelasan yang disampaikannya sehingga membuat mereka menjadi mengerti dan paham dengan apa yang mereka perdebatkan. Menurut Hasan Basri, laki-laki yang datang menemui mereka, lalu mengadili mereka tersebut adalah Nabi Khidir. 

Hikmah cerita dari kisah Nabi Khidir untuk diajarkan kepada anak

Dari kisah-kisah Nabi Khidir yang telah diceritakan di atas, ada pesan-pesan kehidupan yang dapat di ambil bagi umat muslim. Beberapa pembelajaran dari kisah Nabi Khidir untuk diajarkan kepada anak yaitu:

  1. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa yang menceritakan kekhilafannya yang menganggap dirinya sebagai orang yang paling alim mengajarkan umat muslim agar senantiasa bersikap rendah hati dengan apa yang dimiliki. Sementara itu, sebagaimana Nabi Musa yang berlatih kesabaran dengan Nabi Khidiri juga dapat diajarkan pada anak untuk selalu bersabar akan segala sesuatunya. 
  2. Pembelajaran yang dapat diambil dari kisah Abu Mahjan dan Nabi Khidir yaitu adanya sebuah perbedaan pendapat antara satu orang dengan yang lainnya adalah hal yang wajar. Kehadiran Nabi Khidir sebagai penengah dalam perdebatan tersebut menunjukkan bahwa ia merupakan orang yang peduli terhadap masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Bunda dapat mengajarkan kepada anak untuk senantiasa bersikap bijaksana dalam menyikapi hal-hal yang menimbulkan perbedaan serta selalu menjunjung tinggi sifat saling tolong menolong dengan orang lain yang membutuhkan bantuan. 

Mukjizat Nabi Khidir

Dikisahkan bahwa Nabi Khidiri memiliki kesaktian yang tidak dimiliki oleh manusia biasa lainnya. Berikut beberapa kesaktian milik Nabi Khidir:

  • Nabi Khidir menguasai ilmu laduni. Laduni adalah suatu ilmu yang diberikan langsung oleh Allah SWT kepada hamba-Nya tanpa melalui proses belajar ataupun perantara. Ilmu laduni yang dikuasai oleh Nabi Khidir yaitu ia dapat mengetahui mengenai suatu persoalan atau masalah seketika tanpa diberitahu. 
  • Setiap tempat yang dipijak oleh Nabi Khidir akan berubah hijau dan indah. Keistimewaan inilah yang membuatnya dijuluki Khidir atau Khandra yang artinya hijau. 
  • Nabi Khidir dapat mengganti wajahnya dengan wujud yang berbeda-beda, misalnya dalam suatu waktu ia bisa berwujud seperti orang miskin atau orang kaya. 

Nah Bunda, demikianlah kisah Nabi Khidir yang alim dan hikmah ceritanya yang dapat dijadikan pembelajaran bagi umat muslim. Semoga pembelajaran dari kisah Nabi Khidir tersebut dapat membantu Bunda mengajarkan kepada anak untuk meneladani sifat-sifat baiknya. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Simak juga doa-doa baik yang bisa diajarkan ke anak dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT