PARENTING
Dongeng Cerita Kancil dan Buaya, Pesan Moral dan Ringkasannya
ANNISA ZAHRA AULIANY | HaiBunda
Jumat, 30 Aug 2024 19:13 WIBMembaca dongeng bersama adalah kegiatan yang dapat mendekatkan Bunda dengan Si Kecil. Tidak hanya tentang princess, dongeng fabel juga populer di kalangan anak-anak, salah satunya cerita dongeng tentang kancil dan buaya.
Si Kancil dan Buaya adalah cerita dongeng hewan yang memiliki banyak makna. Tidak hanya mengajarkan Si Kecil fasih membaca, cerita kancil dan buaya akan mengajarkan anak untuk membangun nilai moral yang baik.
Dongeng Cerita Kancil dan Buaya
Sebagai bacaan dongeng untuk Si Kecil, Bunda bisa membacakan cerita kancil dan buaya yang singkat dan penuh pesan moral berikut ini.
Si Kancil yang Cerdik Sedang Berjalan-jalan di Hutan
Karena musim kemarau yang panjang, banyak tumbuhan yang menjadi makanan para hewan di hutan layu dan mati. Makanan seperti rerumputan dan buah-buahan juga susah ditemukan.
Berhari-hari sudah Si Kancil lalui untuk berjalan-jalan di hutan demi mencari sumber makanan baru. Namun, ia hanya bisa menemukan rumput-rumputan kering yang terpaksa ia makan.
Selama berjalan-jalan, Si Kancil membayangkan padang rumput hijau yang subur dan di tengahnya memiliki kolam jernih untuknya minum dengan puas. Hal tersebut membuat si kancil semakin lapar dan ia tiba-tiba terpikirkan sesuatu.
Kancil pun Mulai Merasa Lapar
Kancil kini berjalan ke arah sungai dengan langkah kaki yang cepat. Saat sampai di tepi sungai, Kancil melihat semua rumput sudah habis disantap hewan lain. Buah-buahan pun tidak ada yang tersisa untuknya.
“Rupanya aku terlambat. Hewan-hewan lain sudah lebih dulu ke sini dan menghabiskan semua makanan yang ada,” gumam Kancil yang bersedih.
Namun, Kancil yang lapar mau tak mau melahap sisa rerumputan yang ada di sana. Saat hendak menyantap, pandangannya tiba-tiba mengarah ke seberang sungai. Matanya terbuka lebar dan hatinya sontak menjadi gembira.
“Hore! Aku bisa berpesta! Namun, bagaimana caranya agar aku bisa ke seberang sungai?” pikir Kancil.
Awal Kisah Si Kancil Bertemu dengan Buaya
Kancil merasa terkejut dengan kedatangan seekor Buaya yang membuka mulutnya dan bersiap untuk melahapnya. Ternyata, Buaya itu dari awal sudah mengamati Si Kancil diam-diam. Kancil tidak menyadari karena ia fokus memikirkan cara untuk menyeberangi sungai.
Kancil yang sigap langsung menghindar dengan mundur beberapa langkah. Ia semakin keras memikirkan cara agar lolos dari terkaman Buaya dan pergi ke rerumputan hijau di seberang sungai.
Tak butuh waktu, lama Kancil pun menemukan ide cerdik.
“Wahai Buaya, tolong kasihani aku. Sudah berhari-hari aku tidak makan. Aku rela menjadi mangsamu jika kau menginginkannya. Tetapi biarkanlah aku makan terlebih dahulu. Bukankah dagingku akan lebih banyak jika sudah makan?” ucap Kancil memelas.
“Kau tidak sedang membohongiku kan, Kancil?” tanya Buaya yang mencurigainya.
“Tidak, Buaya. Tubuhku yang sekarang terlalu kurus. Aku akan lebih gemuk setelah makan rumput hijau di seberang sungai itu. Lalu, kau bisa membagi dagingku dengan teman-temanmu yang lain,” ujar Kancil.
“Namun, bagaimana aku bisa membawamu ke seberang sana? Aku tak akan kuat menggendongmu sendirian,” kata Buaya.
“Kau kan nanti akan memakanku bersama teman-temanmu. Maka panggil mereka untuk berbaris dari sini hingga ke tepi seberang sungai,” pinta Kancil.
“Kenapa harus begitu?” tanya Buaya lagi.
Kancil lalu menjelaskan, “Aku harus tahu ada berapa buaya yang akan menyantapku agar aku bisa makan dengan cukup. Kalau makanku terlalu sedikit, nanti ada yang tidak kebagian.”
Akhir Cerita Si Kancil dan Buaya
Buaya mulai terhasut dengan ucapan Si Kancil. Ia pun segera memanggil kawanannya untuk membentuk barisan hingga ke seberang sungai.
“Kami sudah siap. Mulailah menghitung!” teriak Buaya.
Dengan bergembira, Kancil mulai melangkah ke atas punggung para buaya yang berjejer bagaikan sebuah jembatan. Kancil pun terus menghitung hingga buaya yang terakhir.
Saat sampai di seberang sungai, Kancil langsung bergegas melompat ke tanah dan memanjat bukit tak jauh dari sungai.
“Teman-teman, terima kasih karena sudah membantuku menyeberang sungai. Setelah melihatnya, tempat ini memiliki banyak makanan untukku, jadi aku akan tinggal di sini untuk waktu yang lama. Kalian tidak usah repot-repot menungguku, ya!” teriak Kancil sambil tertawa riang.
Mendengar ucapannya, para buaya pun merasa marah dan kesal karena tertipu oleh Kancil. Tetapi mereka tidak bisa mengejarnya karena Kancil berada di atas bukit yang jauh.
Cerita pun berakhir dengan Kancil yang berhasil menyantap banyak makanan enak di padang rumput seberang sungai. Sementara itu, Buaya gagal memiliki santapan karena tertipu trik Kancil yang cerdik.
Ringkasan Singkat Cerita Si Kancil dan Buaya
Akibat musim kemarau, Kancil tidak bisa menemukan makanan di hutan tempat tinggalnya. Ia akhirnya menemukan padang rumput hijau di seberang sungai. Untuk bisa menyeberang, Kancil memanfaatkan Buaya dan kawanannya dengan otak cerdiknya.
Kancil meminta para buaya untuk berjejer lurus hingga ke tepi seberang sungai. Buaya yang mudah tertipu terhasut oleh Kancil yang menjanjikannya daging yang gemuk dan lezat.
Kancil pun sampai di seberang sungai berkat bantuan para buaya dan ia segera berlari ke atas bukit. Kini kancil bisa makan sepuasnya sementara Buaya menjadi kesal karena tidak jadi makan Kancil.
Pesan Moral Cerita Si Kancil dan Buaya
Pesan moral dari cerita Si Kancil dan Buaya adalah memiliki sifat yang cerdik. Sebagai manusia, kita diberikan anugerah dari Tuhan untuk dapat berpikir dan memiliki logika.
Kecerdikan yang dimiliki seseorang haruslah dimanfaatkan untuk tujuan yang baik. Seperti melindungi diri dari orang jahat dan bertahan hidup. Sebaliknya, kita tidak boleh menindas orang lain dengan memanfaatkan kecerdikan kita.
Cerita Si Kancil dan Buaya dalam Bahasa Inggris
Cerita Si Kancil dan Buaya dalam bahasa Inggris adalah The Mouse Deer and The Crocodile. Berikut cerita kancil dan buaya dalam bahasa Inggris.
The Clever Mouse Deer Takes a Stroll in the Forest
Due to the long dry season, many plants that serve as food for the animals in the forest withered and died. Food such as grass and fruits became hard to find.
For days, the Clever Mouse Deer wandered through the forest in search of new food sources. However, all he could find were dry grasses that he reluctantly had to eat.
As he wandered, the Mouse Deer imagined a lush green meadow with a clear pond in the middle where he could drink to his heart's content. This made the Mouse Deer even hungrier, and suddenly, an idea came to his mind.
The Mouse Deer Begins to Feel Hungry
The Mouse Deer now walked towards the river with quick steps. When he reached the riverbank, he saw that all the grass had been eaten by other animals. There were no fruits left for him either.
“It seems I’m too late. The other animals got here first and ate everything,” murmured the Mouse Deer sadly.
But, hungry as he was, the Mouse Deer had no choice but to eat the leftover grasses there. Just as he was about to eat, his gaze shifted to the other side of the river. His eyes widened, and his heart leapt with joy.
“Hooray! I can have a feast! But how can I cross the river?” the Mouse Deer wondered.
The First Encounter of Mouse Deer and Crocodile
The Mouse Deer was startled by the arrival of a Crocodile that opened its mouth, ready to devour him. It turned out that the Crocodile had been secretly watching the Mouse Deer from the start. The Mouse Deer didn’t notice because he was too focused on thinking of a way to cross the river.
Quick-witted, the Mouse Deer immediately backed away a few steps. He thought even harder about how to escape the Crocodile’s jaws and reach the green grasses across the river.
It didn’t take long for the Mouse Deer to come up with a clever idea.
“Oh, dear Crocodile, please have mercy on me. I haven’t eaten for days. I’m willing to be your prey if you wish, but let me eat first. Won’t my meat be more plentiful after I’ve eaten?” said the Mouse Deer, pleading.
“You’re not trying to trick me, are you, Mouse Deer?” asked the Crocodile, suspicious.
“No, Crocodile. My body is too thin now. I’ll be much fatter after eating the green grass across the river. Then you can share my meat with your friends,” the Mouse Deer replied.
“But how will I carry you across? I can’t lift you by myself,” said the Crocodile.
“Well, since you’ll be eating me with your friends, why not call them to line up from here to the other side of the river?” the Mouse Deer suggested.
“Why should we do that?” the Crocodile asked again.
The Mouse Deer explained, “I need to know how many crocodiles will be eating me so that I can eat enough. If I don’t eat enough, some might not get their share.”
The End of the Mouse Deer and the Crocodile Story
The Crocodile was swayed by the Mouse Deer’s words. He immediately called his friends to form a line across the river.
“We’re ready. Start counting!” the Crocodile shouted.
With great joy, the Mouse Deer began to step onto the backs of the crocodiles lined up like a bridge. The Mouse Deer kept counting until he reached the last crocodile.
When he reached the other side of the river, the Mouse Deer quickly jumped onto the land and climbed a hill not far from the river.
“My friends, thank you for helping me cross the river. Now that I’ve seen it, this place has plenty of food for me, so I’ll stay here for a long time. You don’t have to wait for me!” the Mouse Deer shouted, laughing cheerfully.
Hearing this, the crocodiles felt angry and frustrated for being tricked by the Mouse Deer. But they couldn’t chase him because the Mouse Deer was on a hill far away.
The story ends with the Mouse Deer enjoying a feast in the meadow across the river, while the Crocodiles were left with nothing to eat, having been outsmarted by the clever Mouse Deer.
3 Cerita Menarik tentang Si Kancil selain Dongeng Kancil dan Buaya
Apabila Si Kecil ingin membaca cerita dongeng selain kancil dan buaya, Bunda bisa bacakan cerita kancil dengan hewan lainnya berikut ini.
Cerita Dongeng Kancil dan Harimau
Mengutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Bantul, ini dia dongeng Kancil dan Harimau yang bisa dibaca bersama Si Kecil.
Dahulu kala, terjadi kelaparan di sebuah pulau yang sebagian besar dihuni oleh Harimau. Mereka kelaparan karena seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi hewan yang tersisa untuk diburu. Akhirnya, Raja Harimau mengutus Jenderal dan para prajuritnya untuk pergi ke sebuah pulau kecil di seberang laut dan kembali dengan membawa banyak makanan.
Perjalanan menuju pulau kecil di seberang laut itu cukup panjang. Akhirnya, mereka sampai di tujuan. Di sana, mereka terkagum-kagum dengan keindahan pulau kecil tersebut. Saat tiba, mereka melihat seekor Kancil kecil di pantai. Kancil itu segera mencoba lari, tapi sudah terlambat. Dia sudah dikepung oleh para Harimau.
"Hai, Kancil! Di mana Rajamu? Kami datang untuk meminta makanan. Jika kamu menolak, kami akan menyerang pulau ini. Dan lihat, kami membawa sehelai kumis Raja kami," kata salah satu prajurit Harimau, sambil memperlihatkan kumis Raja mereka.
"Kumis ini sangat besar. Raja Harimau kalian pasti sangat besar dan kuat. Saya akan membawa kumis ini dan menunjukkannya kepada Raja kami," kata Kancil.
Sebenarnya, Kancil itu sangat bingung karena tidak ada Raja di pulau kecil tersebut. Tepat saat itu, Kancil melihat temannya, seekor Landak yang sangat besar. Dia segera mendapatkan ide.
"Hai, temanku. Kemarilah, aku sangat membutuhkan bantuanmu!" kata Kancil kepada Landak.
"Hah? Bantuan dariku? Untuk apa, Kancil?" tanya Landak.
"Untuk keselamatan semua hewan di pulau ini," jawab Kancil.
Akhirnya, Landak mencabut duri yang paling besar, tajam, dan panjang miliknya. Setelah menerima duri tersebut, Kancil segera berlari untuk memberikannya kepada para Harimau. Kancil mencari para Harimau dan akhirnya menemukannya di pantai, sedang tertidur lelap. Kancil membangunkan Jenderal Harimau.
"Tuan, Raja kami siap untuk bertarung. Sebagai bukti, Raja kami mengirimkan kumisnya untukmu," kata Kancil dengan tegas. Dia lalu menyerahkan duri Landak kepada para Harimau.
"Apakah ini benar-benar kumis Raja kalian?" tanya Jenderal Harimau.
"Ya, ini adalah kumis terkecil Raja kami. Raja kami juga menerima tantangan dari Raja kalian," kata Kancil.
Para Harimau terkejut melihat kumis Raja dari pulau kecil tersebut yang sangat besar dan tajam.
"Kumis Raja Kancil sangat besar. Ini jauh lebih besar dari kumis Raja kita. Kita akan kesulitan melawannya," bisik Jenderal Harimau kepada para prajuritnya.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satu Harimau.
"Sebaiknya kita segera meninggalkan pulau ini," jawab Jenderal Harimau.
Akhirnya, para Harimau meninggalkan pulau kecil itu dan melanjutkan perjalanan mereka ke pulau lain untuk mencari makanan.
Sejak saat itu, tidak ada satu pun Harimau yang berani datang ke pulau kecil tersebut, semua berkat kecerdikan Kancil.
Dongeng Cerita Si Kancil dan Gajah
Berikut ini ada cerita dongeng Si Kancil dan Gajah yang diambil dari buku Koleksi Terbaru Dongeng Kancil dan Para Penghuni Rimba oleh Fatiharifah dan Nisa Yustisia.
“Kancil, mengapa kamu murung?" tanya Gajah saat dia kembali dari mandi di sungai. Tubuh Gajah terlihat bersih.
"Kamu tahu ada perlombaan besok?" tanya Kancil tanpa menjawab pertanyaan Gajah.
"Ya, aku tahu. Aku akan ikut lomba besok," jawab Gajah. Kancil menjadi semakin sedih.
"Mengapa kamu sedih, Kancil? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?" tanya Gajah.
"Bukan kamu, Gajah. Kamu tidak melakukan apa pun yang salah. Aku hanya sedih karena aku tidak bisa ikut lomba besok," kata Kancil, akhirnya menjawab rasa penasaran Gajah.
"Mengapa kamu tidak bisa ikut lomba, Kancil?" tanya Gajah.
"Kakiku belum sembuh. Kemarin, aku jatuh saat berlari di tengah hutan. Kakiku tersangkut pada akar pohon," jelas Kancil.
"Kamu akan sembuh besok, Kancil," kata Gajah.
"Tidak mungkin aku akan sembuh, Gajah," tangis Kancil, terisak karena dia telah berlatih di hutan selama berhari-hari.
"Jangan sedih, Kancil. Jangan khawatir, kamu bisa ikut lomba bersamaku besok. Aku akan menjemputmu sangat pagi," kata Gajah.
"Bagaimana aku bisa ikut lomba? Kadang-kadang Gajah memang berlebihan dan hanya mencoba menghiburku," pikir Kancil dalam hati.
Keesokan harinya, Gajah datang ke rumah Kancil. Kancil terkejut; Gajah benar-benar datang menjemputnya.
"Naiklah ke punggungku, Kancil," ajak Gajah.
Kancil tidak bisa menolak, jadi dia naik ke punggung Gajah. Ketika mereka tiba di arena perlombaan, Kancil tetap berada di punggung Gajah.
"Kita akan berlomba bersama," kata Gajah.
"Bagaimana caranya?" tanya Kancil bingung.
"Duduklah dengan tenang di punggungku, Kancil. Kita akan berlari..." kata Gajah sambil berlari bersama hewan-hewan lainnya.
Kancil sangat senang. Gajah memang teman yang sangat baik. Mereka berlari sampai ke garis finis.
Cerita Kancil dan Monyet
Mengutip dari buku Dongeng Si Kancil dan Hewan-Hewan Belantara karya Fatiharifah dan Nisa Yustisia, berikut cerita Kancil dan Monyet serta Penyu dan Kupu-kupu yang seru untuk dibaca bersama Si Kecil.
Monyet bersahabat baik dengan Penyu. Mereka selalu pergi bersama. Namun sayang, Monyet pelit dan rakus. Sifat ini sangat tidak disukai Penyu.
“Hei, Monyet, aku sudah tidak punya makanan lagi, tolong berilah aku pisangmu satu saja,” kata si Penyu memohon.
“Tidak, Penyu. Makananku juga sudah habis. Apa yang akan aku makan besok?” jawab Monyet.
Penyu sedih mendengar jawaban Monyet. Ia pun pulang ke rumah meninggalkan Monyet yang sedang makan pisang sendirian. Di jalan, ia bertemu Kancil dan Kupu-kupu.
“Hei, Penyu, mengapa kamu terlihat murung?” tanya Kupu-kupu.
“Aku kelaparan, Teman-teman,” jawab Penyu.
“Kasihan sekali. Bukankah Monyet baru saja memanen pisang? Mengapa kamu tak pergi memintanya?” tanya Kancil.
Penyu menggeleng, “Ia tidak memberiku.”
“Ya sudah, ayo ke rumahku. Aku punya buah-buahan untuk kamu makan,” kata Kancil. Mereka pun pergi ke rumah Kancil. Sesampainya, Penyu makan dengan lahap. Setelah itu, mereka berunding untuk membuat jera si Monyet. Lalu, mereka membuat sampan dari batang pohon. Sampan itu diberi lubang di dasarnya.
Pada hari yang ditentukan, Penyu datang menemui Monyet. “Hei, Monyet, temanku memilik pohon pisang yang sangat banyak di hutan seberang sungai. Ayo kita ke sana untuk makan pisan.”
Karena serakah, Monyet mau pergi bersama Penyu. Padahal, Monyet tidak bisa berenang. Kancil dan Kupu-kupu ikut di sampan.
Ketika sampai di tengah sungai, Kancil membuka sumbatan di dasar sampan. Seketika, air masuk ke dalam sampan. Monyet panik. Dengan sigap, Kupu-kupu terbang. Penyu menceburkan diri ke dalam air, disusul Kancil yang berpegangan pada tubuh Penyu.
“Tolong aku, Teman-teman!” teriak Monyet.
“Itulah akibatnya jika kamu bersikap serakah, Monyet!” teriak Kupu-kupu.
Setelah beberapa waktu, Penyu kasihan dengan nasib Monyet. Ia berenang dan menolongnya.
“Terima kasih, Penyu. Maafkan aku karena selama ini serakah. Aku berjanji akan mengubah sikapku ini,” kata Monyet.
Monyet menepati janjinya kepada Penyu. Mereka pun menjadi sahabat yang lebih akrab dari sebelumnya.
Dongeng cerita Kancil dan Buaya serta hewan lainnya sangat tepat untuk dibaca bersama anak karena memiliki pesan moral yang baik. Semoga bermanfaat!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)