Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Bambino Anak Almarhum Babe Cabita, Alami Trauma Usai Sang Ayah Meninggal

Annisa A   |   HaiBunda

Senin, 09 Sep 2024 12:04 WIB

Potret Kenangan Babe Cabita dan Istri
Cerita Bambino Anak Almarhum Babe Cabita, Alami Trauma Usai Sang Ayah Meninggal / Foto: Instagram: @fatiyw

Lima bulan telah berlalu sejak komedian Babe Cabita meninggal dunia usai berjuang melawan penyakit langka anemia aplastik.

Babe Cabita tak hanya meninggalkan istri tercinta, Zulfati Indraloka. Kepergiannya menorehkan luka di hati kedua anaknya, Bambino Aleki Tanjung dan Nabula Alena.

Kedua anak Babe Cabita yang masih kecil harus kehilangan sosok Ayah di kehidupan mereka. Bahkan, putra sulung Babe sampai mengalami trauma karena sang Ayah meninggal dunia.

Fati mengungkapkan Bambino menolak makanan yang menjadi favorit sang Ayah semasa hidup. Padahal, Bambino kerap menyantapnya bersama Babe Cabita dahulu.

"Ternyata anak kecil itu ada trauma juga. Jadi tuh kemarin baru ngeh setelah lima bulan ini. Dulu Babe kan hampir tiap hari makan dadar, nah Bambino ini selalu ikutan. Terus Babe itu suka durian dan Bambino juga suka durian. Terus baru kemarin, kok anak ini ditawari telur dadar dan durian enggak pernah mau. Jadi dia pindah ke telur mata sapi," ungkap Fati, dikutip dari kanal YouTube Deddy Corbuzier, Rabu (4/9/24).

Perubahan sikap tersebut mulai menjadi perhatian Fati. Ia kemudian menanyakan alasan Bambino tak mau lagi menyantap telur dadar dan buah durian. Jawaban sang putra langsung membuatnya pilu. Ternyata, Bambino tak sanggup memakannya karena teringat dengan sosok mendiang Ayahanda.

"Terus iseng tanya, 'Kok Bambino enggak pernah suka lagi? Kalau papa makan kan Bambino suka. Kenapa Bam, tiba-tiba jadi berubah sukanya?' katanya dia 'Enggak, Bambino mau muntah kalau makan itu'. Saya tanya lagi 'Kenapa, Bambino takut ya kangen sama papa?' dia duduk diam di car seat-nya," cerita Fati.

"Lalu dia bilang, 'Iya, kangen papa jadi enggak mau makan dadar sama durian,' karena papanya kan memang suka banget sama itu. Jadi memang saat ini dia enggak pernah mau nyentuh telur dadar. Itu dia pasti minta mata sapi atau rebus. Terus biasanya kalau lagi ke Dadar Beredar dia pesan nasi sama telur dadar, dia maunya telur mata sapi," sambungnya.

Selain makanan, Fati juga menyadari keanehan Bambino dalam menanggapi topik mengenai sang Ayah. Ketika Fati memperlihatkan video Babe Cabita kepada Bambino dan sang adik, Bambino justru menolak untuk melihatnya.

"Terus kalau si Nebula yang umur 2 tahun itu, kita sering putar video biar dia selalu ingat sama papanya. Tapi kalau Bambino, itu beberapa kali saat malam tuh langsung balik badan, tutup mukanya pakai bantal. Bahkan dia tidak mau bahas, kayaknya dia sudah mengerti. Dia masih 5,5 tahun, ternyata dia memendam itu," ucapnya.

Tak hanya itu, Bambino juga kesulitan mengelola emosinya. Ia jadi lebih sensitif dan mudah marah, Bunda. Bambino yang semula sudah mampu merapikan sepatunya, kini justru membuatnya berantakan.

Bambino juga sering merespon sang pengasuh dengan amarah ketika diminta untuk melakukan hal-hal biasa, seperti ketika akan mandi.

"Dia kan tahu kalau pulang sekolah taruh sepatu di tangga, tapi tiba-tiba perilakunya jadi kayak mudah marah. Dia hambur-hamburin sepatu di sofa, dia juga jadi lebih sensitif. Enggak bisa kalau mbaknya yang ngomong ke dia, kalau diajak mandi tuh marah. Harus aku yang ngomong. Kadang-kadang dia ceria, tapi dia bisa lebih sensitif. Jadi harus aku yang handle," kata Fati.

Fati menceritakan kemarahan sang anak pertama kali ditunjukkan ketika Bambino mengetahui bahwa Babe Cabita telah meninggal dunia. Kala itu, Fati yang sedang berada di rumah sakit meminta sang adik untuk menyuruh Bambino bersiap-siap. Fati juga memberi kabar duka mengenai Babe Cabita.

Akan tetapi, Bambino justru melampiaskan amarahnya terhadap sang tante. Fati juga merasa pilu ketika Bambino masih mengharapkan ayahnya kembali.

"Dia melihat tantenya, abis itu dia marah, nyuruh keluar, dan nutup mukanya pakai bantal. Lama tuh kita bujuk dia untuk siap-siap dan mandi karena kita sudah mau sampai pakai ambulans. Pas hari itu dia diam saja, enggak ngomong apa-apa. Dia tidak nangis karena sudah syok," kenang Fati.

"Terus dua hari setelahnya dia kebangun tengah malam, dia tanya, 'Papanya beneran sudah enggak ada ya ma? Papanya bisa main lagi enggak? Papanya bisa bangkit lagi?' Dari situ aku konsultasi ke psikolog dan dia bilang aku harus ceritakan apa adanya, bahwa papanya sudah pindah alam," sambungnya.

Saat ini, Fati masih mengajak Bambino berkonsultasi secara rutin ke psikolog. Sang putra juga menjalani terapi untuk mengatasi emosinya.

"Sekarang dia masih terapi kayak melatih emosinya, proses berdukanya, itu semua atas saran psikolog," ujarnya.

Fati juga menceritakan Bambino yang sering diam-diam mengunjungi makam ayahnya. Baca di halaman setelah ini, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


DIAM-DIAM KE MAKAM BABE CABITA

Potret Kenangan Babe Cabita dan Istri

Anak-anak Babe Cabita dan Fati / Foto: Instagram: @fatiyw

Meski sering berpura-pura tak peduli dengan sang Ayah, ternyata Fati menemukan fakta bahwa Bambino sangat merindukan Babe Cabita.

Fati mengatakan Bambino selalu menolak ajakannya untuk pergi mengunjungi makam sang Ayah. Namun ternyata, Bambino diam-diam pergi ke pusara Ayahanda tanpa sepengetahuan Fati.

"Kalau lagi ditemenin sama om atau mbaknya, itu dia suka minta ke makam papa dekat rumah. Dia suka nanya, 'Kok bunga papa layu?'. Ternyata dia abis ke situ diam-diam. Tapi kalau aku ajak, dia enggak mau turun," ucap Fati pilu.

Banner Ujian Tengah Semester Ganjil

Fati menyadari bahwa Bambino tak ingin terlihat sedih di hadapan sang Bunda. Sebagai anak laki-laki dan anak pertama, Bambino kerap berusaha untuk selalu terlihat tegar. Namun, hal itu membuatnya kesulitan mengatasi rasa berduka.

"Dia kayak enggak mau kelihatan sedih sama aku. Anak umur 5 tahun kayak sudah bisa bilang, 'Aku enggak apa-apa'. Rasanya aku pengen bilang, 'Bam, kamu main aja, enggak apa-apa, kamu masih 5 tahun. Jangan terbebani dengan itu. Mama enggak apa-apa kok.' Enggak menyangka bahwa aku trauma, tapi dia lebih trauma dan kehilangan," tutur Fati.

Bambino masih butuh proses untuk menghadapi duka atas kepergian sang Ayah. Hal itu tak luput karena hubungan Bambino yang sangat erat dengan Babe Cabita, Bunda.

Fati mengenang bagaimana sang suami dan putranya kerap menghabiskan waktu bersama. Bambino juga sudah menganggap Babe Cabita seperti pahlawan dan panutan dalam hidupnya.

"Bambino sendiri tuh menganggap papanya sebagai panutan. Kemarin aku lihat di HP, dia stand up dan divideoin sama Babe. Dia juga bilang, 'Papa Bambino hebat', itu Bambino yang ngomong. Papanya juga lucu, suka melawak dan Bambino ketawa 'Hahaha lucu sekali papa, raja komedi ya papa'," ujar Fati.

"Setelah lima bulan ini aku merasa kehilangan, tapi ternyata anak-anak aku lebih kehilangan. Babe itu sudah melekat sekali dengan anak-anak. Jadi dia tidak hanya mencari nafkah, tapi juga mengurus anak," kenangnya.

Simak juga video apa yang dimaksud dengan disabilitas intelektual:

[Gambas:Video Haibunda]




(anm/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda