Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

12 Contoh Cerita Pendek Pengalaman MPLS untuk Tugas Sekolah

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Senin, 14 Jul 2025 19:30 WIB

Cerita singkat MPLS
Cerita singkat MPLS/ Foto: Getty Images/NUTCHAPONG WUTTISAK
Daftar Isi

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) adalah momen yang tak terlupakan bagi setiap siswa baru. Mulai dari perasaan gugup bertemu teman-teman baru, hingga serunya ikut berbagai kegiatan yang seru dan mendidik. Semuanya bisa jadi bahan cerita yang menarik, lho!

Nah, bila Bunda sedang mencari inspirasi cerita pendek (cerpen) tentang pengalaman selama MPLS untuk tugas sekolah Si Kecil, HaiBunda sudah siapkan kumpulan contoh cerita yang bisa membantu anak menyusun tugasnya dengan lebih mudah dan menarik. Yuk, simak contohnya!

3 Contoh cerita tentang pengalaman mengikuti MPLS singkat dan menarik

Berikut tiga contoh cerpen tentang pengalaman selama mengikuti kegiatan MPLS yang bisa jadi inspirasi menarik untuk tugas sekolah anak, Bunda!

Hari pertama yang mendebarkan

Hari pertama MPLS di SMP Dharma Bangsa adalah hari yang paling membuat jantungku berdebar-debar. Sejak malam sebelumnya, aku tidak bisa tidur nyenyak. Pikiran tentang teman baru, guru-guru yang belum dikenal dan aturan sekolah yang katanya "lebih ketat dari SD" terus menghantuiku. 

Aku bangun lebih pagi dari biasanya, memakai seragam putih biru yang masih kaku dan harum detergen. Bunda menyiapkan sarapan, tapi aku hanya makan beberapa suap. Perutku terasa penuh oleh rasa gugup.

Setiba di sekolah, halaman depan sudah penuh sesak oleh siswa-siswa baru. Beberapa tampak tenang, beberapa bahkan terlihat lebih gugup dariku. Aku berdiri di antara kerumunan sambil mencari-cari papan pembagian kelompok. Setelah apel pembukaan, kami diarahkan ke aula sekolah untuk mengikuti sesi pengenalan. Aula itu besar dan sejuk, tapi tetap tak cukup menenangkan detak jantungku.

Saat kelompokku diminta maju untuk memperkenalkan diri satu per satu, aku nyaris membeku. Saat namaku dipanggil, aku berjalan maju dengan langkah ragu dan suara gemetar. Aku bahkan lupa menyebutkan nama SD asalku!

Namun yang mengejutkanku, bukannya ditertawakan, teman-teman justru memberikan tepuk tangan dan senyum ramah. Salah satu dari mereka berbisik, “Aku juga grogi banget tadi.” Kami pun tertawa kecil bersama.

Hari itu, aku mulai merasa lebih tenang. Kegiatan demi kegiatan membuatku lupa rasa takut, mulai dari permainan kelompok, menyusun puzzle, hingga sesi “kenalan unik”, di mana kami harus mencari teman yang memiliki hobi serupa. Aku menemukan beberapa teman yang ternyata sama-sama suka membaca dan bermain game.

Dalam perjalanan pulang di atas motor ojek online, aku menatap jalanan kota sambil tersenyum kecil. Rasanya seperti baru saja melewati tantangan besar dan aku berhasil.

MPLS yang semula terasa menyeramkan, justru memberiku keberanian untuk membuka diri. Hari pertama yang mendebarkan itu menjadi langkah awal menuju petualangan baru yang lebih menyenangkan.

Teman tak terduga di lapangan sekolah

Hari kedua MPLS di SMP Pertiwi dimulai dengan terik matahari yang menyengat. Kami semua berkumpul di lapangan belakang untuk mengikuti kegiatan outbond dan perkenalan antar kelompok. Aku berdiri agak jauh dari keramaian, memegangi topi yang nyaris terbang tertiup angin. Aku belum punya teman dekat dan rasanya canggung sekali berada di tengah begitu banyak orang asing.

Saat sedang mencari-cari kelompok tiga yang tertera di kartu namaku, seorang anak perempuan menghampiri. Wajahnya sedikit berkeringat dan matanya menyipit karena silau.

“Ini kelompok tiga, ya?” tanyanya sambil tersenyum ragu.

Aku mengangguk dan kami pun berdiri bersebelahan. Namanya Dita, siswa pindahan dari kota lain. Ia juga belum kenal siapapun di sekolah ini, jadi kami langsung merasa cocok karena sama-sama bingung.

Kami mengobrol sambil menunggu instruksi dari kakak OSIS. Ternyata Dita suka menggambar, terutama karakter anime dan hewan lucu. Aku langsung tertarik karena aku juga hobi menulis cerita.

Saat kami diminta membuat logo kelompok, kami bekerja sama. Dita menggambar, aku membuat slogannya. Kakak OSIS memuji hasil kerja kami dan berkata, “Kalian tim yang benar-benar kreatif, ya!”

Waktu istirahat, kami duduk di pinggir lapangan, berbagi bekal dan cerita. Aku merasa seperti sudah kenal Dita sejak lama, padahal baru beberapa jam. Di hari terakhir MPLS, kami bahkan tampil bersama dalam lomba yel-yel kelompok dan berhasil masuk tiga besar. Setelah itu, kami sepakat akan saling memilih duduk sebangku jika kelas sudah dibagi.

Dari pengalaman MPLS ini, aku belajar bahwa kadang teman datang dari pertemuan yang tidak direncanakan. Tidak butuh banyak hal, cukup keberanian untuk menyapa atau menerima sapaan. 

Pelajaran berharga dari Kakak OSIS

Aku tidak pernah menyangka bahwa sosok yang paling menginspirasi selama MPLS di SMA Bhakti Mulia adalah kakak OSIS yang awalnya aku takuti.

Namanya Kak Riko. Wajahnya tegas, suara lantang, dan selalu berdiri dengan posisi siap seperti tentara. Saat melihat namanya sebagai pendamping kelompok lima, jujur saja aku langsung merasa gentar. Aku pikir, “Wah, pasti orangnya galak.”

Namun, semua anggapanku berubah perlahan. Di hari pertama, Kak Riko mulai dengan memperkenalkan dirinya bukan hanya sebagai kakak OSIS, tapi juga sebagai seseorang yang dulu juga gugup saat masuk SMA.

“Kalian bukan satu-satunya yang takut. Aku juga dulu berdiri di posisi kalian, bahkan pernah hampir pingsan saat disuruh pidato,” katanya sambil tertawa. Suasana langsung cair dan kami mulai merasa lebih nyaman.

Tantangan datang di hari kedua saat kelompok kami diminta membuat penampilan yel-yel. Aku adalah satu-satunya yang belum mau ikut karena merasa suaraku jelek dan gerakanku kaku. Saat teman-teman berlatih, aku hanya duduk di sudut. Kak Riko menghampiri dan duduk di sampingku.

“Kamu tahu enggak, kalau kamu diam di sini terus, kamu bakal melewatkan momen seru yang cuma datang sekali dalam hidupmu?” katanya sambil tersenyum. “Malu itu manusiawi, tapi jangan biarkan itu nahan kamu buat maju.”

Kata-katanya seperti membangunkanku dari rasa ragu. Aku pun bergabung latihan, mencoba ikut gerakan meski belum hafal sepenuhnya. Saat tampil di depan semua siswa, aku masih sedikit grogi, tapi Kak Riko berdiri di belakang kami sambil memberi isyarat semangat. Saat penampilan selesai, kami disambut tepuk tangan meriah. Rasanya seperti terbang.

Sejak saat itu, aku jadi lebih percaya diri. Bahkan setelah MPLS usai, aku mendaftar ikut ekstrakurikuler public speaking, sesuatu yang dulu tidak pernah berani aku coba. Kak Riko mungkin hanya hadir tiga hari dalam hidupku, tapi pengaruhnya akan tinggal lama.

3 Contoh cerita pendek pengalaman MPLS SD hari pertama sekolah

Mengutip buku Kumpulan Cerpen Anak "Jejak Cerita Tinta Emas" karya Laily Nurmaila, berikut tiga contoh cerita pendek tentang pengalaman hari pertama bersekolah di SD yang penuh kesan seru!

Hari pertama sekolah

Hari pertama sekolah, aku bangun dengan perasaan aneh di perut. Seperti ada kupu-kupu yang terbang ke sana kemari. Aku memakai seragam putih merah baru, lengkap dengan tas bergambar karakter kucing kesayanganku. Namun entah mengapa, aku tidak terlalu bersemangat. Aku justru lebih banyak diam dan memegang tangan Bunda erat-erat.

Saat sampai di gerbang sekolah, banyak anak lain sudah berbaris. Ada yang tertawa, ada yang mengantuk, ada juga yang seperti aku, memegang tangan orang tuanya erat-erat. Bunda mengelus kepalaku, lalu mengajakku masuk ke lapangan. Namun, bel berbunyi seketika dan Bunda harus pergi. Aku pun mulai merasa panik.

"Aku ikut Bunda aja, ya..." bisikku, menahan air mata.

Namun, Bunda hanya tersenyum dan berlutut. "Kamu anak hebat, tidak perlu menangis. Belajar yang semangat. Nanti Bunda jemput lagi, ya."

Begitu Bunda melangkah pergi, aku tidak bisa menahan tangis. Aku mulai menangis pelan. Tangisku makin keras karena aku bingung harus duduk di mana dan tidak kenal siapa-siapa. Semuanya terasa asing.

Tiba-tiba, seorang perempuan berseragam batik datang menghampiriku. Ia membungkuk dan memelukku dengan lembut. “Tidak apa-apa nangis, tapi kamu pasti bisa berteman di sini,” katanya sambil tersenyum. Ia adalah Bu Guru. Wajahnya ramah, dan suaranya menenangkan.

Dengan pelan, aku diajak masuk kelas dan duduk di bangku dekat jendela. Dari sana aku bisa melihat halaman depan tempat Bunda tadi berdiri. Aku masih sedih, tapi mulai mencoba mengusap air mata.

Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki duduk di sebelahku. Ia membuka kotak pensilnya dan menawarkan pensil warna biru padaku.

“Mau pakai? Warnanya keren, lho,” katanya sambil tersenyum. Namanya Dika. Kami mulai mengobrol tentang kartun yang kami suka dan mainan yang kami bawa di tas.

Bu Guru lalu menyuruh kami menggambar tentang keluarga. Aku menggambar aku dan Bunda sedang berpegangan tangan, seperti pagi tadi. Saat melihat gambarku, Bu Guru mengangguk dan berkata, “Bagus sekali. Bunda pasti bangga.”

Hari pertama sekolah memang sulit. Tapi berkat Bu Guru dan Dika, aku merasa lebih berani. Aku masih kangen Bunda, tapi sekarang aku tahu, sekolah bisa jadi tempat yang menyenangkan.

Aku pun pulang sambil tersenyum kecil, dan di dalam hati berkata, besok aku mau datang ke sekolah lagi dan lebih berani dari hari ini.

Hari pertama sekolah bertemu teman baru

Hari Senin itu menjadi hari yang istimewa bagi Rara. Hari itu adalah pertama kalinya ia menjalani MPLS di SD Mekar Anggrek Jakarta. Sejak subuh, Bunda sudah sibuk membangunkan Rara dan kakaknya, Gilang, lalu menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Meski masih mengantuk, Rara tampak bersemangat.

“Rara, ayo bangun, Nak. Ini hari pertamamu sekolah, jangan sampai terlambat,” ujar Bunda lembut.

“Iya, Bun... sebentar lagi,” jawab Rara pelan sambil menarik selimut.

Setelah mandi dan sarapan roti, Rara berpamitan dan berangkat ke sekolah bersama Ayah dan Gilang. Di perjalanan, ia tampak penasaran dan tak sabar ingin melihat langsung suasana sekolah barunya. Sesampainya di SD Mekar Anggrek, Rara langsung bergabung dengan barisan upacara bendera bersama siswa kelas 1 hingga 6.

Hari pertama MPLS pun dimulai. Ibu Guru Puput menyambut para siswa dengan senyum hangat.

“Selamat datang, anak-anak! Ibu harap kalian semangat ya hari ini,” sapanya.

Rara dan teman-teman menjawab dengan ceria. Setelah berkenalan dengan Bu Puput, para siswa diminta maju satu per satu ke depan kelas untuk memperkenalkan diri.

Saat jam istirahat, Rara diajak oleh Putri, Lala, dan Soya ke kantin. Mereka membeli minuman, lalu menonton teman-teman laki-laki bermain bola di lapangan. Sambil duduk bersama, mereka saling bertukar cerita dan mulai akrab. Ternyata, rumah mereka tidak berjauhan.

“Wah, nanti kita main bersama, ya!” ajak Putri, disambut antusias oleh yang lain.

Setelah bel masuk berbunyi, Rara kembali ke kelas. Kini gilirannya untuk memperkenalkan diri.

“Halo, nama saya Rara. Umur saya tujuh tahun. Saya tinggal di Jalan Indah, dan cita-cita saya ingin menjadi dokter,” ucapnya dengan percaya diri.

Kelas pun menyambutnya dengan tepuk tangan kecil.

Menjelang akhir pelajaran, Bu Puput meminta siswa menulis cerita tentang liburan mereka. Rara menulis tentang kunjungannya ke rumah Nenek di Jogja.

Saat pulang sekolah, ia bercerita dengan semangat kepada Bunda tentang teman-teman barunya dan betapa menyenangkannya hari pertamanya di sekolah.

“Alhamdulillah, kalau Rara senang,” kata Bunda sambil tersenyum.

Setelah makan siang bersama, Rara membantu Bunda membereskan meja makan, lalu tidur siang bersama Gilang. Bunda merasa lega dan bahagia melihat anak-anaknya mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dan punya teman-teman yang menyenangkan.

Aku berani perkenalan

Hari itu aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku masih merasa gugup karena belum mengenal siapa pun. Seragamku baru, sepatuku masih bersih, dan ransel bergambar robot kesukaanku sudah siap. Bunda membantuku menyiapkan perlengkapan sekolah dan memeriksa botol minum serta bekalku sebelum berangkat.

Sepanjang perjalanan, aku terus menggenggam tangan Bunda.

“Nanti Raka berani ya, Nak. Di sana ada banyak teman yang juga baru. Semua sedang sama-sama belajar,” kata Bunda sambil tersenyum.

Sesampainya di sekolah, suasananya ramai sekali. Banyak anak memakai seragam putih merah sepertiku. Bunda menemaniku sampai gerbang, lalu aku diarahkan ke kelas oleh seorang kakak berseragam biru muda, tingginya hampir sama seperti Bunda.

Di kelas, aku duduk di bangku paling depan. Bu Guru datang dengan wajah ramah dan senyum lebar.

“Selamat pagi, anak-anak. Selamat datang di SD Cemerlang. Hari ini kita akan saling kenalan, ya!” katanya bersemangat. Semua anak saling menoleh, mungkin merasa malu seperti aku.

“Siapa yang mau perkenalan duluan?” tanya Bu Guru.

Suasana langsung hening. Beberapa anak menunduk, ada juga yang saling menyikut pelan. Entah kenapa, aku tiba-tiba berdiri dan mengangkat tangan. Bu Guru tersenyum.

“Silakan, Nak,” ujarnya lembut.

Aku melangkah ke depan kelas, menatap teman-teman sebentar, lalu menarik napas dalam-dalam.

“Halo, nama saya Raka. Saya tinggal di Jalan Melati. Umur saya enam tahun, dan cita-cita saya ingin menjadi polisi,” ucapku dengan suara sedikit bergetar, tapi aku berusaha mengakhirinya dengan tersenyum.

Teman-teman langsung bertepuk tangan. Beberapa anak tersenyum kepadaku dan Bu Guru mengacungkan jempol.

“Hebat, Raka! Terima kasih sudah berani maju duluan,” katanya.

Setelah itu, satu per satu teman-temanku mulai berani maju juga. Ada yang ingin jadi guru, dokter, bahkan astronot. Aku mendengarkan mereka sambil tersenyum.

Ternyata, hari pertama sekolah tidak semenakutkan yang kupikirkan. Sekarang aku jadi tak sabar untuk datang ke sekolah besok.

3 Contoh cerpen pengalaman MPLS SMP hari pertama sekolah

Berikut contoh cerpen tentang pengalaman di hari pertama selama MPLS SMP yang bisa jadi inspirasi untuk tugas menulis di sekolah. Simak selengkapnya!

Teman sebangku di hari pertama

Langit pagi itu berwarna abu-abu pucat dan udara masih dingin saat aku berdiri di depan gerbang SMP Bina Jaya. Seragam baruku terasa agak kaku, ransel terasa berat meskipun isinya belum seberapa, dan perasaan campur aduk antara gugup, takut, tetapi juga penasaran.

Barisan siswa baru mulai dibentuk di lapangan. Kakak-kakak OSIS mondar-mandir, memberikan instruksi dengan suara lantang. Aku berdiri sambil menunduk, mencoba menenangkan detak jantungku yang terasa cepat. Hari pertama masuk SMP, ini adalah awal dari perjalanan tiga tahun ke depan.

Setelah upacara, kami diarahkan ke kelas masing-masing. Aku memilih duduk di barisan tengah dekat jendela. Ruangan terasa asing, padahal dindingnya penuh hiasan warna-warni. Tak lama kemudian, seorang anak perempuan duduk di sebelahku. Wajahnya manis, senyumnya ramah.

“Hai, aku Dina,” sapanya sambil meletakkan tas.

Aku sedikit terkejut, tetapi segera membalas, “Aku Ayu.” Senyumku ragu, tetapi Dina langsung menyambung mengajak mengobrol. Ternyata kami sama-sama suka menonton anime. Percakapan kecil itu membuatku merasa sedikit lebih tenang.

Kegiatan MPLS dimulai. Ada pengenalan guru, video motivasi, hingga permainan kelompok. Dina duduk di sampingku sepanjang hari.

Saat kakak OSIS mengajak berdiskusi tentang tata tertib, Dina membisikiku, “Ternyata seram ya, kalau terlambat tiga kali langsung dipanggil BK,” katanya pelan. Aku tertawa kecil, lalu kami mencatat dengan serius.

Sore hari, sebelum pulang, aku berkata, “Untung aku duduk di sebelah kamu.”

Dina tersenyum. “Iya, untung kita bertemu jadi teman sekelas, ya.”

Hari itu, aku tidak hanya mengenal sekolah baruku, tetapi juga mendapatkan teman pertama yang membuat semuanya terasa lebih ringan.

Yel-yel penuh kejutan

Suasana lapangan SMP Cahaya Bangsa pagi itu semarak. Musik senam berdentum dari pengeras suara, membuat para siswa baru yang masih mengantuk jadi terpaksa bergerak mengikuti irama. Aku termasuk yang canggung, berdiri di ujung barisan, berharap tidak terlalu diperhatikan.

Setelah senam, kami dibagi ke dalam kelompok. Kelompok 5, itulah tempatku bergabung. Isinya beragam, ada yang pendiam, ada yang ramai. Rama, sang ketua kelompok, langsung heboh. "Kita harus jadi kelompok paling semangat!" serunya lantang.

Ternyata ada lomba yel-yel antarkelompok. Aku langsung panik. Aku tidak bisa tampil di depan umum. Tetapi Rama tidak peduli. Ia mulai mencatat lirik-lirik dan gerakan yang konyol.

"Tenang, kamu tinggal tepuk tangan saja. Gampang kok," katanya saat melihat wajahku yang pucat.

Kami berlatih di bawah pohon besar di pinggir lapangan. Meski awalnya malu, lama-lama aku terbawa suasana. Anak-anak lain ikut tertawa dan menyumbang ide gerakan yang absurd. Saat tampil, Rama memulai dengan gaya robot, lalu kami semua mengikuti irama dengan penuh semangat.

Tiba-tiba seluruh lapangan tertawa, termasuk para guru. Ternyata gaya robot Rama benar-benar lucu. Kelompok kami pun mendapat sorakan paling meriah.

Di akhir sesi, diumumkan bahwa Kelompok lima menjadi pemenang yel-yel. Aku melongo. "Tidak menyangka sama sekali…" gumamku.

"Makanya, jangan diam terus. Kamu tuh bisa kalau berani coba," ucap Rama sambil menepuk bahuku.

Bertemu teman satu hobi

Alarm ponselku berbunyi lebih pagi daripada biasanya. Aku langsung bangun dengan semangat. Setelah bersiap dan sarapan, aku memeriksa ulang isi tas.

Buku catatan, alat tulis, botol minum, dan komik mini kesayanganku. Aku memang hobi menggambar dan suka membaca komik, jadi komik itu selalu kubawa sebagai "teman" saat merasa bosan.

Begitu tiba di sekolah, suasananya sangat ramai. Para siswa baru dibariskan di lapangan. Kakak-kakak OSIS tampak sibuk memandu jalannya kegiatan. Mereka mengenakan selempang berwarna biru dan berbicara dengan nada tegas, tetapi tetap ramah.

Aku dipanggil ke Kelompok tiga. Di sana, aku melihat seorang anak laki-laki duduk sambil mencoret-coret di buku kecil. Karena penasaran, aku duduk di sebelahnya dan melirik pelan.

“Kamu suka menggambar juga?” tanyaku.

Dia langsung tersenyum. “Iya! Aku sedang membuat sketsa karakter. Aku Aldi. Kamu?”

“Aku Bima,” jawabku. “Wah, keren sekali gambarmu!”

Sejak itu, kami terus mengobrol. Ternyata kami sama-sama menyukai anime, menggambar karakter, dan pernah ikut lomba komik daring. Rasanya sangat menyenangkan bisa langsung nyambung di hari pertama.

Kegiatan MPLS hari itu dimulai dari perkenalan guru, tur keliling sekolah, hingga permainan kelompok. Aku dan Aldi berada dalam satu tim untuk permainan tebak gaya. Aldi menjadi penebak, dan aku berperan sebagai orang yang bergaya. Saat aku menirukan karakter pahlawan super favorit kami, Aldi langsung menebaknya dengan cepat dan tepat.

“Kita hebat juga, ya!” kata Aldi sambil tertawa. Kelompok kami pun menang dan mendapat permen dari kakak OSIS.

Saat waktu makan siang tiba, kami duduk di taman belakang sekolah sambil membuka bekal. Aldi menunjukkan buku sketsanya, dan aku juga memperlihatkan beberapa gambar milikku yang tersimpan di ponsel. “Nanti kita ikut ekstrakurikuler seni, ya!” seru Aldi. Aku langsung mengangguk dengan semangat.

Sore harinya, saat MPLS selesai, kami berdua berjanji untuk membawa karya masing-masing besok. Hari pertama yang awalnya membuatku deg-degan ternyata berubah menjadi hari penuh kejutan dan awal pertemanan yang menyenangkan.

Aku pulang sambil tersenyum, merasa lebih percaya diri menjalani hari-hari berikutnya di SMP. Dan yang paling penting, aku tahu aku tidak sendirian. Ada teman baru yang memiliki hobi yang sama dan membuat segalanya terasa lebih seru.

3 Contoh cerita pengalaman selama MPLS SMA hari pertama sekolah

Dikutip dari laman detikcom, berikut contoh cerita pendek tentang kenangan kegiatan MPLS di SMA yang bisa jadi inspirasi menarik untuk tugas sekolah.

Hari Pertama di Sekolah Baru

Sinar pagi menjalar perlahan melalui celah jendela kamar. Aku membuka mata dengan jantung berdebar, antara senang dan gugup. Hari ini adalah awal dari petualangan baru, hari pertama MPLS di SMA Cakrawala Nusantara.

Begitu tiba di sekolah, aku melihat halaman dipenuhi siswa berseragam rapi. Suasananya riuh namun menyenangkan, wajah-wajah baru tampak penasaran sekaligus sedikit tegang. Kami semua diarahkan ke lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan. Pak Herman, kepala sekolah, menyambut kami dengan penuh semangat.

“Selamat datang di keluarga besar SMA Cakrawala Nusantara! Jadilah siswa yang aktif, berprestasi, dan berkarakter,” ucapnya lantang.

Setelah upacara selesai, kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Aku ditempatkan di kelompok tiga bersama lima teman lainnya. Pembimbing kami adalah Kak Rika, siswi kelas XII yang ramah dan ceria.

“Halo semuanya! Aku Kak Rika. Yuk, kita kenalan dulu supaya makin akrab,” katanya sambil tersenyum.

Satu per satu, kami memperkenalkan diri. Ada Lina yang jago melukis, Bima yang hobi bermain futsal, dan Tania yang suka menulis cerpen. Saat giliranku tiba, aku berkata, “Aku Arka. Aku senang bermain gitar dan tertarik gabung dengan band sekolah.”

Hari pertama diisi dengan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Kami diajak berkeliling gedung, mengunjungi ruang-ruang kelas, laboratorium, hingga perpustakaan. Di setiap tempat, Kak Rika menjelaskan berbagai fasilitas dan fungsinya.

“Kalau yang ini ruang komputer. Di sini kalian bisa menggunakan fasilitasnya untuk membuat tugas atau ikut ekskul multimedia,” jelasnya antusias.

Setelah tur selesai, kami berkumpul di aula untuk bermain game ice breaking. Permainannya sederhana tapi sangat seru. Tawa teman-teman mengisi ruangan, perlahan menghapus rasa canggung di antara kami.

“Baru hari pertama, tapi udah seru banget!” ujar Bima sambil tertawa.

Hari kedua, kegiatan mulai lebih serius. Kami mendengarkan motivasi dari alumni yang sudah sukses di bidangnya, mengenal berbagai ekstrakurikuler, dan mengikuti sesi kreativitas. Mataku langsung tertuju pada stand klub musik. Tanpa ragu, aku mendaftar. Kak Rika terus membantu dan memastikan tak ada dari kami yang merasa tersisih.

Tak terasa, hari terakhir MPLS pun tiba. Kami diberi kesempatan tampil di pentas seni. Kelompokku sepakat membawakan drama pendek tentang persahabatan. Meski latihan hanya sebentar, kami berhasil membuat penonton tersenyum dan bertepuk tangan. Rasanya hangat sekali melihat teman-teman tertawa bersama.

MPLS kali ini bukan hanya tentang mengenal sekolah, tapi juga tentang menjalin koneksi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Aku merasa lebih siap menjalani hari-hari di SMA. Saat pulang ke rumah pun, langkahku ringan dan hati dipenuhi rasa bahagia.

Pertemuan tak terduga

Hari pertama MPLS di SMA Nusa Banga menjadi pengalaman yang tak terduga. Saat sibuk memperhatikan keramaian siswa baru, mataku tertuju pada sosok yang terasa familiar. Setelah beberapa detik mencoba mengingat, aku terkejut. Rian, teman masa TK dan SD yang sudah lama tidak kuketahui kabarnya, ternyata diterima di SMA yang sama denganku.

Kami pun langsung menyapa dan terlibat dalam berbagai aktivitas bersama. Dari diskusi kelompok, permainan seru, hingga tugas orientasi, semuanya terasa lebih ringan karena ada Rian. Suasana canggung di hari pertama perlahan menghilang. Kami banyak bernostalgia, mengingat kembali masa kecil yang penuh cerita, sekaligus mempererat kembali ikatan pertemanan yang sempat terputus.

Tak hanya itu, salah satu momen paling berkesan selama MPLS adalah saat sesi unjuk bakat. Awalnya aku enggan tampil di depan banyak orang. Namun dorongan dari teman-teman, termasuk Rian, membuatku memberanikan diri tampil membawakan lagu dengan piano.

Saat jemariku menekan tuts demi tuts, aku hanya berharap bisa menyelesaikannya dengan lancar. Ternyata, penampilan itu justru disambut meriah. Kakak pembina bahkan menyarankanku untuk bergabung ke klub musik sekolah. Dari situ, aku mulai menyadari bahwa aku punya potensi yang selama ini tersembunyi.

Selain kegiatan yang menyenangkan, ada juga tantangan fisik seperti lintas alam yang cukup membuatku cemas. Aku bukan penggemar kegiatan outdoor, apalagi harus berjalan jauh menyusuri rute yang cukup menantang.

Walaupun begitu, teriak semangat dan dukungan teman-teman kelompok MPLS membuatku bisa menyelesaikan semuanya tanpa menyerah. Keringat dan lelah itu terbayar dengan rasa bangga karena berhasil melewati batas diri sendiri.

Pengalaman MPLS

Memasuki masa MPLS di SMA incaranku, aku merasa seperti sedang membuka lembaran baru. Suasana sekolah yang megah, aula yang luas, dan lorong-lorong yang belum kukenal membuatku sedikit gugup. Namun, rasa itu langsung bercampur dengan antusias saat aku bertemu beberapa teman lama yang sudah cukup lama tak kujumpai. Rasanya menyenangkan bisa kembali bersama di sekolah yang sama.

Kegiatan hari pertama dimulai dengan apel pagi. Kami dikenalkan pada para guru yang nantinya akan membimbing kami selama tiga tahun ke depan. Setelah itu, kami diarahkan ke aula untuk mengikuti berbagai presentasi tentang program dan aturan sekolah.

Awalnya aku menyimak dengan cukup serius, tapi lama-kelamaan materinya terasa panjang dan mulai membosankan. Aku pun sempat berbincang pelan dengan temanku untuk mengusir rasa jenuh.

“Kayaknya presentasinya belum selesai juga, ya?” bisikku pada Rani yang duduk di sebelahku.

Rani mengangguk sambil nyengir, “Iya, aku bahkan hampir ketiduran.”

Kami tertawa kecil, berusaha tetap fokus meski mata mulai terasa berat.

Kegiatan serupa berlangsung selama empat hari berturut-turut. Memasuki hari kelima, suasana mulai berbeda. Kami dipandu menuju kelas masing-masing dan diberi tugas membuat mading kelompok. Ada juga sesi makan siang bersama, yang ternyata cukup seru karena membuat kami lebih akrab satu sama lain.

Saat istirahat, siswa tidak diperbolehkan berdiam di dalam kelas, jadi banyak yang memilih bermain atau bersantai di halaman. Aku sendiri biasanya menghabiskan waktu dengan bermain game bersama teman-teman sebelum kembali ke aula mengikuti sesi berikutnya.

Meskipun beberapa bagian terasa monoton, MPLS membantuku beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Dari kegiatan ini, aku jadi lebih mengenal sistem dan aturan sekolah, bisa berinteraksi dengan kakak kelas lewat lomba tanda tangan, dan mulai merasa lebih siap menjalani hari-hari sebagai siswa SMA.

Itulah kumpulan contoh cerita pendek berisikan pengalaman dan kenangan selama kegiatan MPLS. Semoga membantu, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda