Jakarta -
Pada anak batita (di bawah tiga tahun) kadang mereka senang banget teriak-teriak ya Bun. Duh, berisiknya. Tapi Bunda tahu nggak sih, kenapa kok anak batita terutama saat usianya 2-3 tahun 'hobi' banget teriak-teriak?
Jadi Bun, anak usia 2-3 tahun senang banget berteriak karena dia sedang mengeksplorasi suara yang dimilikinya. Jadi, memang itu tahapan perkembangan yang akan dilalui anak Bun. Nah, kalau si kecil teriak-teriak, apa yang baiknya kita lakukan? Apa kita diam saja?
Nggak dong Bun. Ketika anak teriak-teriak, Bunda bisa menenangkan diri lebih dulu, terus hampiri si kecil dan ingatkan dia untuk tidak berteriak dengan suara yang lembut. Penting juga lho buat Bunda memahami perasaan anak. Misalnya nih Bun, ketika anak berteriak karena mau cari perhatian, coba deh Bunda tanya ke anak.
'Kamu mau main sama Bunda ya Nak? Kamu merasa nggak diperhatikan ya?', atau katakan ke si kecil 'Kamu
teriak karena pengen makan es krim ya? Bunda tahu kamu pengen tapi kamu lagi batuk, jadi nggak boleh makan es krim dulu ya'. Kalimat-kalimat kayak gitu bisa menunjukkan kalau kita bisa memahami perasaan si kecil Bun.
Dikutip dari buku 'Anti Panik Mengasuh Anak 0-3 Tahun' yang disusun Tiga Generasi, untuk mengurangi alasan anak cranky dan berteriak, pastikan juga anak tidur yang cukup dan sudah kenyang sebelum keluar rumah dan bepergian ya Bun.
"Cara lain yang bisa dilakukan untuk menenangkan anak yang
teriak-teriak adalah ajak dia untuk 'lomba' siapa yang bisa bersuara bisik-bisik," kata tim penulis.
Memang, kadang kita mesti kreatif ya Bun untuk mengalihkan perhatian anak. Salah satunya, dengan mengajak dia bermain untuk mengalihakn apa yang dia lakukan. Nah, dalam wawancara dengan detikHealth, psikolog anak dan remaja, Efnie Indrianie, MPsi mengatakan kalau anak sudah mulai dirasa tidak sopan dan bisa mengganggu orang lain, maka orang tua memang perlu intervensi. Sehingga, nggak cukup kita cuma bilang 'jangan teriak-teriak' ke anak, Bun.
"Kalau anak berteriak-teriak seperti itu sebaiknya segera diamankan ke tempat yang tenang. Beri tahu pada dia bahwa apa yang dia lakukan itu tidak baik. Sehingga jika nanti dilakukan lagi, akan ada hukumannya," kata Efnie.
Bunda perlu ingat, punishment atau hukuman yang diberi ke anak bukan berbentuk hukuman fisik ya Bun. Tapi, berupa konsekuensi, misalnya kalau anak melanggar aturan berbicaranya teriak-teriak, waktu bermain dengan mainan kesukaan jadi lebih sedikit.
Dengan adanya hukuman yang merupakan konsekuensi atas hal buruk yang dilakukan, anak bisa belajar kalau dan mengingat kalau apa yang dilakukan nggak benar Bun. Jangan lupa, kita juga nggak boleh bosan menanamkan kebiasaan untuk bicara dengan baik sejak dini ke si kecil ya Bun.
Kalau Bunda apa 'jurus' yang biasa dipakai untuk menenangkan anak yang teriak-teriak?
(rdn)