Jakarta -
Seorang dosen psikologi di Semarang dengan username @LitaWidyo di Twitter membagikan sebuah kisah haru. Kisahnya menjadi viral dan membuat sebagian netizen menangis. Lita bercerita tentang mahasiswanya. Ia menilai persahabatan mahasiswanya ini tak biasa.
Lita menceritakan bahwa mahasiswanya ini bersahabat tanpa memandang suku dan agama. Mereka bersahabat begitu tulus. Persahabatan mereka pun berlanjut walau salah satunya telah meninggal dunia.
"Saya pernah punya beberapa mahasiswa yang berkawan dekat. Si A berjilbab dan tipe halus. B aktivis yang suka pakai liontin salib dan sesekali telat kuliah. C Tionghoa tomboy rambut dicat, saya lupa dia Buddhis atau KongHuCu. D cowok baik hati yang suka dikerjain. Masih ada 1-2 lagi saya enggak ingat," tulisnya.
Ia melanjutkan, suatu saat si A yang cantik berjilbab itu kecelakaan berat. Motornya dihantam truk, akibatnya salah satu kakinya terluka parah. Teman-temannya pun bergegas mengurus ini itu sembari menunggu orang tua A yang tinggal di luar kota sampai A bisa dirawat di rumah sakit.
Beberapa hari berlalu, enggak ada kemajuan berarti. Dokter merujuk ke satu rumah sakit yang lebih lengkap dengan dokter yang lebih ahli di bidangnya. Jadilah A dipindahkan dari Semarang ke Solo. Sayangnya, kabar lain yang datang, si A harus rela diamputasi karena tak ada pilihan lain.
"Saat saya sempatkan bezuk, teman-teman A tengah berada di rumah sakit. Rupanya mereka bergiliran meninggalkan kuliah di Semarang untuk menguatkan ortu A mendampingi putrinya. Saya saksikan mereka ngelesot di lantai dengan wajah kelelahan tapi berusaha happy sambil makan nasi bungkus," sambung Lita.
 Ilustrasi wanita berjilbab/ Foto: iStock |
Upaya medis terus berjalan, namun akhirnya Tuhan memanggil A. Tangis keluarga dan para sahabat seketika pecah. Jenazah pun dibawa ke rumah duka, di sebuah kota kecil. Lita mengaku tak mampu gambarkan wajah-wajah duka, tak juga bisa berkata-kata. Ia cuma menepuk-nepuk pundak mahasiswanya satu demi satu.
Waktu berlalu, mungkin setahun kemudian. Lita mendengar beberapa dari mahasiswanya dinyatakan lulus. Saat yudisium menjelang wisuda ada sesuatu yang tak biasa. Kawanan itu menyiapkan sesuatu di luar acara resmi, satu seremoni kecil berisi kenangan dan doa bersama untuk teman kesayangan mereka, A.
"Mereka bilang kami lulus atas semangat A, bagi kami dia ada di sini lulus bareng kami. Hadir di situ ortu A yang relasinya makin kuat dengan para sahabat putrinya. Salut dan cinta saya untuk anak-anak muda hebat itu di manapun mereka kini berada," kata Lita.
"Saya rindu Indonesia yg toleran. Saya rindu makin banyak anak muda seperti mereka, yang matanya bening tak terkotori perbedaan, yang punya hati jauh lebih luas dibanding sekedar sekat agama dan ras yang seringkali membutakan," lanjutnya.
Ah, indahnya perbedaan ya, Bunda?
Simak juga tips agar anak berbagi dengan sesama melalui video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)