Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Kisah Wanita di Tangerang Dipalsukan Kematian oleh Suami Demi Bisa Nikah Lagi

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Rabu, 10 Jun 2020 09:17 WIB

Depressed sad young female standing in a dark tunnel
Kisah Wanita di Tangerang Dipalsukan Kematian oleh Suami Demi Bisa Nikah Lagi/ Foto: iStock
Jakarta -

Seorang wanita asal Tangerang membagikan kisah pilu tentang kondisi rumah tangganya. Ibu dua anak yang bernama Anita itu sengaja menceritakannya kepada publik di media sosial lantaran tak terima dengan perilaku suaminya. Sang suami tega membuat surat kematian palsu dengan identitasnya demi menikah lagi.

Kisah pahitnya itu dimulai ketika Anita menikah dengan GK (inisial nama suami). Anita yang kala itu masih berusia 20 tahun dibujuk GK untuk tinggal di Palembang, di kampung orang tuanya.

Sampainya di Palembang, Anita dibuat terkejut dengan cerita tetangga. Ia mendapat kabar bahwa GK sebelumnya telah menikah, bahkan memiliki seorang putri yang belum pernah dilihat sang suami sejak lahir.

Anita makin kaget ketika mengetahui bahwa sang mertua lah yang memisahkan GK dari istrinya yang dahulu. Istri pertama GK saat itu sedang hamil 4 bulan. Mertua mengusir istri pertama ketika GK dikirim orang tuanya untuk kuliah di Yogyakarta.

"Saya benar-benar tidak tahu karena dia menikah dengan status lajang ternyata surat itu mudah didapatkan karena ayahnya seorang perangkat desa di sana. Ibunya seorang PNS, ayahnya bekerja di kantor desa," tulis Anita di akun Facebook-nya, seperti dikutip HaiBunda, Selasa (9/6/2020).

Parahnya lagi, GK tidak tahu-menahu istri pertamanya pergi begitu saja setelah diusir orang tuanya. Anita pun pasrah dan terus melanjutkan kehidupan dengan status barunya sebagai istri GK.

Setelah dikaruniai seorang anak, masalahnya tidak selesai di sana. Anita kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan GK. Menurut pengakuan Anita, tiap bertengkar, GK dengan mudahnya melayangkan tangannya ke tubuhnya.

Belum lagi sang ibu mertua juga kerap memanas-manasi keadaan sehingga Anita menjadi bulan-bulanan sang suami. Hingga puncaknya, ibu mertua Anita menjelek-jelekkan keluarga besarnya di depan Anita dan orang lain.

"Dia menghina keluarga saya di depan orang lain atau tetangganya, saya tidak tahan. Saya bicara kalau mereka boleh hina saya tapi tidak keluarga saya tapi di situ dia tidak peduli akhirnya saya pergi jalan kaki tanpa membawa apapun," ujar Anita.

Young woman is sitting hunched at a table at home, the focus is on a man's fist in the foregound of the imageilustrasi kekerasan dalam rumah tangga/ Foto: Dok. iStock

Kejadian itulah yang membuat Anita ditampar, ditonjok dan diseret ketika sudah tersungkur di jalanan umum. Kejadian tersebut membuat perangkat desa setempat turun tangan untuk melakukan musyawarah. Sayangnya, dari musyawarah tersebut Anita hanya mendapat jalan buntu.

"Di musyawarah tersebut beberapa orang bertanya, apakah saya mau menuntut ke jalur hukum (karena bukan pertama kali saya dianiaya di sana) lalu ayahnya atau bapak mertua saya memohon kepada saya agar tidak melaporkan ke polisi," kata Anita.

"Saat itu saya yg baru berusia 20 tahun mendengar kata-kata mertua saya yang bilang, 'Apa kamu tega nanti kalau anakmu nanya di mana bapaknya terus kamu jawab dipenjara'. Saya pun akhirnya tidak melaporkan kasus itu ke polisi dan saya hanya minta pulang ke rumah orang tua saya," sambungnya.

Keluarga GK pun akhirnya meminta maaf dan GK ikut pulang bersama Anita ke Tangerang. Diceritakan Anita, tak sedikitpun ia menjelek-jelekkan GK di depan ibu kandungnya. GK sendiri disebut Anita sebagai menantu kesayangan sang ibunda, sebab di keluarga tak ada anak lelaki.

"Ibu saya amat menyayangi dia karena ibu saya tidak punya anak laki-laki. Jadi saya tidak menceritakan hal buruk tentang dia (GK). Kehidupan kami baik sangat baik sampai saya memiliki anak kedua," ujar Anita.

ilustrasi wanita sedihilustrasi wanita sedih/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Suphansa Subruayying

Ketika anak kedua berusia satu tahun, keluarga GK menelepon dan mengabarkan bahwa ibu GK tengah sakit. Anita pun meminta GK untuk menjenguk ibunya ke Palembang. Anita memutuskan tidak ikut karena dua anaknya masih kecil.

Anita membuang jauh-jauh pemikiran buruknya terhadap keluarga GK. Namun, rupanya kepergian GK ke Palembang merupakan awal cerita ia ditinggal GK.

"Sesampainya dia di Palembang dia menelepon saya dan bilang kalau dia sudah sampai rumah orang tuanya. Saya bertanya kabar ibunya dia bilang sedang istirahat.." kata Anita.

"Dan itulah kali terakhir dia menghubungi saya setelah itu kami lost contact, saya berusaha telepon ke nomor telepon ibu, ayah, dan adiknya tidak satupun dari mereka angkat telepon saya," lanjutnya.

Tak kehabisan akal, Anita menghubungi tetangga GK di Palembang. Rupanya GK masih berada di rumah orang tuanya. Enam tahun digantung tanpa status dan tidak dinafkahi, Anita akhirnya mendapat kabar bahwa GK menikah lagi.

Anita sangat shock ketika tahu GK menikah dan membuat status lajang dengan memalsukan identitasnya. Ia bahkan membuat surat kematian atas nama Anita.

"Dan betapa terkejut saya ketika saat ini saya tahu kalau dia sudah menikah lagi dengan memalsukan identitas palsu..dia membuat SURAT KEMATIAN atas nama saya untuk menikah lagi," kata Anita.

Berkali-kali Anita meminta penjelasan pada keluarga suami untuk mengurus perceraian namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. Sampai akhirnya, ia berinsiatif untuk mencari informasi dari teman-temannya dalam dua minggu terakhir ini dan mendapat jawabannya.

"Akhirnya semua membuahkan hasil saya mendapat bukti percakapan dari teman dekatnya bahkan dia sendirilah yang menyarankan untuk membuat surat kematian atas nama saya. Saya akan berikan bukti-bukti dan saya harap semua orang yang bertanggung jawab atas semua ini terjerat hukum," tutup Anita.

Simak juga pesan Lenna Tan bagi Bunda yang gagal dalam pernikahan:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda