
trending
Mengenal Viral Load, Alasan di Balik Orang Positif COVID-19 Tanpa Gejala
HaiBunda
Kamis, 18 Jun 2020 22:20 WIB

Seperti yang Bunda ketahui, juru bicara Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 telah mengungkap bahwa banyak orang Indonesia yang positif COVID-19 tapi tanpa gejala. Mungkin Bunda bertanya-tanya soal ini.
Mengapa ada orang yang terinfeksi tapi tidak timbul gejala, tapi ada pasien sehat terjangkit virus kemudian meninggal dunia? Menurut Nikolas Wanahita, MD,MHA,FACC,FSCAI, di dunia kedokteran ada yang disebut dengan viral load. Apa itu?
Viral load adalah jumlah kuantitatif partikel virus yang masuk ke sistem tubuh. Menurut penelitian ilmiah, viral load ini adalah 'key factor' atau faktor penting yang menentukan ringan atau beratnya infeksi dari COVID-19
"Sebelum saya lanjutkan, saya ingin menegaskan bahwa tidak ada obat-obat yang bisa menyembuhkan virus. Hanya imunitas badan, yang bisa melawan dan memberantas virus dari sistem tubuh," kata Nikolas dalam keterangan tertulisnya kepada HaiBunda, Rabu (17/6/2020).
Nikolas melanjutkan, golongan pasien dengan imunitas rendah adalah mereka dengan kondisi pre-morbid, contohnya penderita hipertensi/darah tinggi, diabetes, pasien yang sudah pernah transplantasi organ, penderita HIV/AIDS, lanjut usia, atau penyakit kronis lainnya.
Lalu, mengapa banyak penderita berusia muda dan sehat seperti dokter pertama di Wuhan akhirnya terkapar parah di ICU dan meninggal? Demikian juga banyak dokter-dokter muda di Italia, AS, juga Indonesia yang meninggal?
"Imunitas mereka harusnya bagus. Ini karena selain daripada imunitas, faktor viral load ni sangat penting dalam menentukan infeksi ringan atau berat," ujarnya.
Internis, Kardiologis Umum dan Intervensi dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura ini pun memberikan contoh melalui skenario agar kita mudah memahami apa itu viral load.
Skenario A : Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran tanpa masker dan duduk berdekatan. Pak Fery ternyata mempunyai virus COVID-19, jumlah transmisi viral load yang masuk ke badan Pak David sangat tinggi.
Skenario B: Pak Fery dan Pak David bertemu di restoran akan tetapi mereka menjaga jarak sedikitnya 1 meter, dan menggunakan masker. Dengan scenario sama di mana Pak Fery mempunyai virus di badan, viral load yang masuk ke badan Pak David jumlahnya jauh lebih sedikit.
Maka dari itu, Bunda, sangat penting untuk dokter, perawat, dan seluruh personil yang menangani virus COVID-19 untuk menggunakan APD lengkap mulai dari masker N95, goggle plastic, pelindung wajah, dan baju.
"Semakin banyak penderita virus ini di mana jaraknya berdekatan, viral load akan semakin tinggi," kata Nikolas.
![]() |
Jadi apakah berbeda apabila jumlah virus yang masuk banyak atau sedikit?
Nikolas menjelaskan, setelah virus masuk ke tubuh kita, virus akan mengambil alih fungsi sel tubuh kita untuk berkembang biak/replikasi. Tetapi imunitas badan kita akan mengenali virus asing di tubuh.
"Dan dengan cepat mengeluarkan innate immune response/imunitas fase 1 yaitu tubuh mengeluarkan protein-protein seperti sitokin dan interferon untuk melawan virus asing," kata Nikolas.
Saat fase itu terjadilah 'perang' antara imunitas tubuh kita dan virus. Seperti yang terjadi di pertempuran, siapa yg bisa mengumpulkan 'pasukan' secara cepat dan banyak akan menang.
Kalau viral load yang masuk jumlahnya sangat banyak, sistem imunitas kita akan kewalahan karena virus sangat cepat berkembang.
Jika ini terjadi, virus kemudian akan turun dari hidung dan tenggorokan kita untuk menyerang sel di paru-paru, dan kemudian menyebabkan infeksi paru-paru berat.
Lebih buruk lagi, kalau viral load ini sangat tinggi, sistem imunitas bukan hanya kalah tapi mereka akan berantakan dan memproduksi reaksi imunitas berlebihan. Ini disebut 'cytokine storm' di mana imunitas badan berbalik menyerang badan, organ-organ, lalu terjadi shock dan kematian dapat terjadi cepat.
Jika viral load yang masuk ke badan berjumlah sedikit, maka kemungkinan untuk menang perang tinggi. Dengan imunitas fase 1 mereka bisa mengontrol jumlah virus.
"Setelah itu badan kita belajar mengeluarkan acquired immune response/imunitas fase 2 yaitu saat tubuh mengeluarkan B-cell and T-cell yang spesifik untuk melawan virus," paparnya.
Sel-sel tubuh yang dikeluarkan oleh imunitas fase 2 ini lebih kuat/efektif dibandingkan dengan imunitas fase 1. Nah, jika imunitas fase 2 sudah jadi di badan kita, secara teori tubuh kita sudah bisa melawan dan membunuh virus. Badan kita sudah mengenal virus ini. Apabila virus masuk ke badan kedua kali, imunitas ini sudah siap tempur untuk melawan.
"Vaksin yang saat ini sedang diperkembangkan dan dites untuk melawan COVID-19Â mengandung imunitas fase 2. Saya tekankan di sini untuk jangan mencoba 'menginfeksikan diri' dengan virus COVID-19 karena ini sangat berbahaya," tegas Nikolas.
Catatan terpenting dari penjelasan di atas:
1. Viral load sangat menentukan pasien akan terinfeksi ringan atau sakit berat.
2. Tips untuk mengurangi viral load: masker, cuci tangan, dan jaga jarak.
3. Bahwa 'new normal' adalah juga 'good normal'.
4. Jaga kesehatan dan imunitas Bunda dengan hidup disiplin.
Semoga penjelasan di atas bisa membantu kita semua untuk lebih waspada ya, Bunda.
Bunda bisa simak fakta dan data Corona yang wajib Bunda tahu di video berikut ini:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Trending
Stok Vaksin COVID-19 AstraZeneca Seluruh Dunia Ditarik, Alasannya...

Trending
Mengenal FliRT, Varian Baru COVID-19 yang Bikin Kasus di AS Melonjak Drastis

Trending
Gejala & Cara Mengobati TTS Akibat Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Bunda Perlu Tahu

Trending
Cerita Chicco Jerikho Alami Sepsis Usai Sembuh dari COVID-19, Sampai Kritis dan Pakai Alat Bantu

Trending
Kisah Nunki, Di Rumah Saja Diduga Tertular Corona dari Penjual Sayur Keliling


7 Foto
Trending
7 Potret Vaksinasi Massal CT Corp, Dihadiri Warga dengan Antusias Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda