Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Studi Baru Sebut Virus COVID-19 Bisa Bertahan di Makanan Beku hingga 3 Minggu

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 25 Aug 2020 13:42 WIB

makanan beku
Ilustrasi makanan beku/Foto: iStock
Jakarta -

Para peneliti menemukan fakta mengejutkan terkait Corona atau COVID-19, Bunda. Virus penyebab COVID-19, yakni SARS-CoV-2 disebut mampu bertahan hidup pada daging dan ikan beku selama 3 minggu, lho!

Mengutip Forbes, studi yang diunggah dalam jurnal BioRxiv itu mencatat adanya virus yang menular atau hidup, bukan hanya materi genetik, pada daging yang dibekukan hingga 3 minggu kemudian dicairkan. Studi ini mengikuti laporan terbaru dari Shenzen, China yang menemukan adanya materi genetik SARS-CoV-2, bukan virus hidup yang mampu bereplikasi pada permukaan sayap daging ayam yang beku.

Namun perlu untuk dipahami bahwa penemuan materi genetik pada permukaan makanan tidak sama dengan menemukan virus yang mereplikasi hidup, Bunda. Penting juga untuk mengetahui bahwa virus sendiri tidak dapat bertahan sendiri tanpa inangnya yang 'hidup'.

Pada laporan terbaru lainnya, ditemukan materi genetik virus pada kemasan luar frozen seafood di Yantai, China. Namun sejauh ini, pejabat kesehatan di Shenzen belum menemukan adanya ancaman yang mengkhawatirkan dari sumber makanan tersebut.

Untuk studi baru, para peneliti mencoba untuk menginokulasi 500 potongan kecil daging salmon, ayam dan babi dari supermarket di Singapura dengan dosis partikel virus SARS-CoV-2 yang besar. Kemudian, daging disimpan pada 3 suhu berbeda, yakni 4, -20, dan -80 derajat celsius.

Setelah itu, daging beku akan dicairkan dengan waktu berbeda, seperti hari ke-1, 2, 5, 7, 14 dan 21 setelah inokulasi. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa jumlah virus yang mampu berkembang biak tetap sama pada suhu tersebut.

Corona virus: vial with pipette in laboratoryCorona virus/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Bill Oxford

Penulis studi berhipotesis bahwa pekerja di pabrik pengolahan daging berpotensi menjadi vektor penyebaran virus setelah terpapar daging yang terinfeksi sebelumnya di negara lain. Penulis mengklaim, ini menjelaskan kemunculan virus di negara-negara seperti Selandia Baru yang tidak memiliki laporan kasus baru selama lebih dari 3 bulan.

Studi menyebutkan bahwa makanan yang terkontaminasi bisa menjadi sumber wabah. Meski begitu, itu bukan menjadi rute infeksi utama.

Penulis berpendapat bahwa upaya untuk mengurangi risiko wabah COVID-19, harus berawal dari sumber makanan tersebut bermula, yakni pabrik. Tentunya ini harus mencakup perhatian cermat pada kebersihan tangan, peralatan, bahan dan permukaan kontak makanan.

Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) beberapa waktu lalu menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menangani makanan atau mengonsumsi makanan beku dikaitkan dengan penularan COVID-19. Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengeluarkan pernyataan tentang keamanan dan penanganan pangan yang menjelaskan bahwa sangat tidak mungkin seseorang dapat tertular COVID-19 dari makanan atau kemasannya.

Bunda, simak juga yuk tips ngantor aman di fase new normal dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



(AFN/jue)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda