HaiBunda

TRENDING

Kisah Kelam Wanita Pembelot Korea Utara, Makan Serangga Hingga Diperkosa

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Rabu, 09 Sep 2020 16:08 WIB
Kisah Kelam Wanita Pembelot Korea Utara, Makan Serangga Hingga Diperkosa/ Foto: Getty Images/narvikk
Jakarta -

Seorang pembelot Korea Utara, Yeonmi Park menceritakan kisah masa kecilnya yang kelam saat tinggal di negara tersebut. Ia mengungkapkan kehidupan tragisnya dan jutaan warga lainnya yang hidup di negara Kim Jong Un tersebut.

Park berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat bersama ibunya pada tahun 2007. Kala itu ia baru berusia 13 tahun. Kini Park berusia 26 tahun dan sudah menjadi seorang aktivis hak asasi manusia (HAM)

Melalui sebuah wawancara, Park menggambarkan rezim Korea Utara saat ini seperti 'neraka' atau juga disebutnya dengan 'holocaust' di zaman modern.


"Yang perlu Anda ketahui tentang Korea Utara adalah tidak seperti negara lain seperti Iran atau Kuba. Di negara-negara itu, Anda memiliki pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," katanya, dilansir New York Post.

"Tapi Korea Utara telah dibersihkan sepenuhnya dari seluruh dunia, secara harfiah itu adalah kerajaan tertutup. Ketika saya tumbuh besar di sana, saya tidak tahu bahwa saya terisolasi, saya tidak tahu bahwa saya sedang berdoa kepada seorang diktator," sambungnya.

Saat masih anak-anak, Park dan saudara perempuannya diberi pemahaman bahwa mendiang pemimpin tertinggi, Kim Jong II dan putranya Kim Jong Un adalah dewa yang memiliki kekuatan untuk membaca pikiran orang. Hal ini membuat warga terlalu takut untuk berbicara atau berpikir buruk tentang para pemimpin tersebut.

Di sekolah, anak-anak dipaksa untuk melakukan "sesi kritik" di mana mereka menyerang dan menemukan kesalahan pada teman sekelas mereka. Metode ini dirancang untuk menimbulkan ketidakpercayaan dan perpecahan.

"Kami tidak punya teman di Korea Utara. Kami hanya memiliki kamerad. Tapi tidak ada konsep teman," katanya.

Sekitar 40 persen dari populasi negara Korea Utara kelaparan dan menghadapi kekurangan pangan yang parah. Dan hal itu merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Park mengisahkan ia sampai memakan serangga demi tumbuh besar dan bertahan hidup. Namun setelah melihat paman dan neneknya meninggal karena kekurangan gizi, ia menyalahkan keluarga Kim yang berkuasa karena membiarkan orang-orang mereka mati kelaparan.

"Kamu akan melihat begitu banyak orang sekarat. Itu adalah sesuatu yang normal bagi kami melihat mayat di jalan. Itu hal yang normal bagi saya. Saya tidak pernah berpikir itu adalah sesuatu yang tidak biasa," katanya.

"Saya telah mengunjungi permukiman kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi permukiman kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara. Kelaparan di Korea Utara adalah kelaparan sistematis, karena negara yang memilih untuk membuat kami kelaparan," lanjutnya.

Tak sampai di sana, Park juga mengungkapkan kisah pilu bahwa ibunya pernah diperkosa oleh pedagang manusia. Hal itu terjadi saat mereka melarikan diri dan menyeberang ke China melewati Sungai Yalu. Keduanya kemudian dijual kepada pria China, dengan dengan harga kurang dari US$300.

Ayah Park juga berhasil diselundupkan ke seberang perbatasan, hanya saja dia kemudian meninggal karena kanker usus besar.

Dengan bantuan misionaris Kristen, Park dan ibunya melarikan diri ke Mongolia, melintasi Gurun Gobi dan akhirnya mencari perlindungan di Korea Selatan, di mana mereka dipersatukan kembali dengan saudara perempuannya.

Park melanjutkan pendidikannya di Seoul sebelum pindah pada tahun 2014 ke New York City. Ia pun mulai berbicara menentang rezim Kim Jong Un, dengan risiko besar terhadap keselamatannya sendiri. Banyak kerabatnya telah menghilang.

"Saya tidak tahu apakah mereka telah dieksekusi atau dikirim ke kamp penjara, jadi saya masih belum bebas. Bahkan setelah saya melalui semua itu untuk bebas. Jadi itu hal yang sangat emosional bagi saya," katanya.

Kini Park menetap di Chicago, di mana dia tinggal bersama suami dan putranya yang masih kecil. Terlepas dari kisahnya yang mengerikan, dia bersyukur telah lahir di Korea Utara.

"Jika saya tidak dilahirkan dalam penindasan dan kegelapan total, saya rasa saya tidak akan melihat terang di sini. Saya pikir orang-orang di sini, mereka tidak melihat cahaya dan hanya melihat kegelapan dan bagi saya saya melihat begitu banyak cahaya. Saya merasa sangat bersyukur bisa merasakan negara yang seperti planet yang berbeda," ungkapnya.

Simak juga resep masakan Korea dalam video ini:



(yun/som)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Cara Diet Aktor Korea Yoon Si Yoon untuk Turunkan BB 5 Kg dalam 1 Hari

Mom's Life Arina Yulistara

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK