Jakarta -
Rabu, 1 Januari 2020 jadi pembuka Tahun Baru yang paling tak terlupa untukku. Mulai dari siang tanggal itu, air kali di belakang komplek rumah kami di Bekasi, luber.
Air masuk bukan hanya sampai ke ruang depan tapi sudah menjangkau kamarku yang cukup menjorok ke dalam di lantai satu. Kami: aku, Kakak, Ayah, Ibu, dan Nenek sampai harus mengungsi ke lantai dua. Belum pernah sebelumnya kami rasakan banjir macam ini selain di tahun 2007.
Semalam bertahan di lantai dua ternyata sangat menyiksa. Selain karena tidak ada makanan selain mi instan, nenekku juga mulai resah karena masalah di pinggang. Maklum saja, Nenek mengalami pengapuran dan harus menggunakan tongkat untuk berjalan.
Ayah kelihatannya enggak tega dengan kondisi sang mertua. Di Kamis pagi, 2 Januari, beliau akhirnya berkomunikasi dengan Satpam komplek. Status Ayah sebagai Ketua RT ternyata cukup membantu, hehehe!
Satpam datang membawa kolam renang tiup untuk anak berwarna cerah. Entah dari mana dia mendapatkannya, yang jelas ide itu cukup brilian juga di kondisi macam ini.
Cerita Bunda Banjir/ Foto: Istimewa |
Aku dan Kakak menuntun Nenek perlahan ke lantai satu. Bersama, kami kemudian memasukkannya ke dalam kolam itu. Eh iya sebelum itu dia
request beberapa hal dalam Bahasa Minang yang wajib untuk dibawa: sendal dan selimut, serta tongkat.
Sesudah dipenuhi segalanya, Nenek diam saja anteng di dalamnya. Aku dan Satpam menggiringnya perlahan menuju lahan kering dekat pengungsian.
Sempat beberapa kali dia kesal karena bokongnya kena kerikil. Hehe, itu salahku sih karena menggiringnya ke tempat dangkal karena kutakut tenggelam.
Tapi, akhirnya aku giring Nenek ke tempat dengan air yang sedengkulku, jadi kami berdua aman! Nenek akhirnya aman di tempat
pengungsian. Thanks to kolam renang tiup berkelir cerah itu.
[Kisah Ahmad di Bekasi- Bukan nama sebenarnya]*Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di redaksi@haibunda.com Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya. (rdn/rdn)