Jakarta -
Memiliki tiga anak menjadi anugerah tersendiri bagi istri Ustaz Solmed,
April Jasmine. Saat berbincang dengan HaiBunda, April pun tiba-tiba tersenyum sendiri saat mengingatkehamilan keduanya. Diakui April, persiapan hamil kedua lebih matang dibanding mengandung si sulung.
Berkaca dari pengalaman hamil pertama, April jauh lebih menyiapkan diri menjaga janin si kembar. Termasuk mendisiplikan diri, agar tidak melanggar pantangan makanan yang membahayakan kandungannya.
"Hamil anak kedua persiapan lebih matang, jadi banyak aturan-aturan, planning-planning yang aku buat sendiri, aku nggak boleh makan ini itu. Apalagi yang kedua ini bayi tabung,"kata April.
Aturan yang dibuatnya lebih banyak dibanding saat hamil pertama. Bahkan, April rela tak memakai kosmetik dan mencium aroma menyengat hingga kandungannya berusia tiga bulan.
"Aturannya juga banyak, aturannya misal sampai usia kehamilan tiga bulan nggak boleh pakai lotion, nggak boleh pakai make up, nggak boleh mencium aroma-aroma yang menyengat. Temperatur badan harus normal, kadang minta bantuan asisten untuk mendampingi," kata April.
Pecinta makanan pedas ini pun, harus puasa makan sambal agar tidak menyebabkan efek samping untuk si kembar di kandungan. Sampai, dia meminta asisten rumah tangganya untuk rajin mengingatkan agar tidak konsumsi makanan yang pedas dan asam. Ibu dari Sulthan, Aqil dan Mahier juga menempel peraturannya di kamar.
"Intinya selama tiga bulan harus bed rest di kamar sampai merasa bosan. Untuk mengobatinya, baca alquran, one day one juz. Terus, kalau ada orang yang nunggu punya anak sampai bertahun-tahun, nah ini udah hamil tinggal nunggu 9 bulan aja masih nggak sabar, jadi itu yang aku tanamkan di kepala," tutur April.
Kenangan Manis April Jasmine Saat Mengandung Anak Kembar/ Foto: (Foto: Instagram @apriljasmine85) |
Walau harus mendekam di kamar, namun April justru makin menikmati kehamilan keduanya. Tanpa terasa, minggu ke minggu berjalan sangat cepat hingga hari kelahiran tiba.
"Itulah perbedaan hamil Sulthan dengan yang kembar, hamil kedua aku lebih prepared. Selama kehamilan kedua karena bedrest, jadi Sulthan menemani di kamar. Kalau malam sudah pasti maunya sama aku, tapi kalau main nggak bisa sama aku," ujar April.
Meski tak bisa langsung bisa aktif berinteraksi dengan anak sulungnya, namun tak membuat April mengurangi waktu bersama putranya. Perempuan 33 tahun ini, selalu berusaha memberikan perhatian penuh pada si Abang.
"Kadang kalau siang, mau tidur minta bacakan buku cerita, setelahnya dia tidur. Tetap sih, nggak mau mengurangi waktu bersama dia. Secara nggak langsung, kalau di sekolah nggak sama aku lagi. Kangen diantar mami katanya waktu itu. Tapi aku kasih pengertian kalau aku sedang hamil. Sulthan udah paham dan nggak maksa," lanjutnya.
Ketika ditanya ingin menambah momongan lagi, April Jasmine langsung memberikan mengiyakan. Namun, ia harus memenuhi dengan syarat-syarat dan persiapan lainnya jika ingin menambah anak, terutama perempuan.
Menyambung jawabannya, April seketika teringat dengan pengalamannya di tanah suci sebelum ia dikaruniai anak. April bertemu tiga orang yang berbeda namun sama-sama memiliki tiga anak laki-laki.
"Pernah, sebelum punya anak saya berdoa di tanah suci untuk mengharap diberikan anak. Di tiga waktu berbeda, di tempat yang sama, ada orang yang menegur aku dan bercerita kalau punya anak laki-laki tiga orang. Sampai akhirnya waktu isya sempat mikir apa itu tanda kalau mau diberikan anak laki-laki tiga orang ya?," kata April.
April melanjutkan, "Nah, ketika hamil kembar dan ketahuan laki-laki, aku jadi suka ketawa sendiri kalau ingat-ingat kejadian itu. Tapi tetap aku nggak berpegang ke situ, kalau Allah menghendaki punya anak perempuan atau laki-laki lagi, aku mau banget," tutup April.
Adakah Bunda memiliki cerita yang sama dengan
April Jasmine? Soal tambah momongan, memang segalanya harus dipersiapkan ya, Bun. Namun, perlu diingat nih, sebaiknya jangan mengharap jenis kelamin si kecil. Menurut psikolog Febria Indra Hastati MPsi Psikolog dari Brawijaya Clinic, ketika anak yang lahir jenis kelaminnya nggak sesuai yang diharapkan orang tua, anak yang lahir ini bisa menjadi 'rejected child'.
"Anak itu nantinya bisa nggak mendapat perhatian penuh, hal ini nggak baik juga untuk tumbuh kembangnya. Atau mungkin sebaliknya, sekalinya ingin anak laki-laki, dapat anak laki-laki lalu dimanjakan berlebihan. Keluarga nantinya malah menjadi pecah karena mempreferensikan suatu gender tertentu," kata Febria.
Untuk itu, kata Febria jika sudah merencanakan untuk hamil, seorang ibu dan ayah harus mempersiapkan mental juga. Jangan berekspektasi berlebihan pada gender anak karena nggak baik untuk diri sendiri dan anak nantinya. Jadi mau nantinya anak yang lahir perempuan atau laki-laki, sama aja ya, Bun. He-he-he.
[Gambas:Video 20detik]
(aci/rap)