Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Risiko Kanker pada Janin Bisa Terbentuk Akibat Kebiasaan Buruk Ayah, Ini Fakta Medisnya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 24 Jul 2025 11:58 WIB

Ilustrasi Janin dan Keguguran
Ilustrasi risiko kanker pada janin/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Gaya hidup yang buruk sering kali dikaitkan dengan munculnya masalah kesuburan. Tak hanya pada calon ibu, kebiasaan buruk ayah juga disebut dapat bisa memengaruhi kesehatan anaknya dalam jangka panjang, Bunda.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup suami selama masa prakonsepsi berkaitan dengan risiko hasil kehamilan yang negatif pada istrinya. Studi di Birth Defects Research tahun 2023 bahkan mengaitkannya dengan risiko kesehatan pada anak-anak.

Penelitian lain di American Journal of Obstetrics & Gynecology MFM tahun 2021 menemukan hubungan antara kesehatan dan gaya hidup seorang ayah selama masa prakonsepsi dengan risiko preeklamsia pada istrinya. Preeklamsia adalah kondisi medis serius yang dapat terjadi selama kehamilan, di mana menyebabkan tekanan darah tinggi, pembengkakan, sakit kepala, dan penglihatan kabur.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ayah yang memiliki penyakit kronis selama masa prakonsepsi dengan risiko pasangannya mengalami preeklamsia selama kehamilan. Penyakit kronis ini di antaranya adalah gangguan metabolisme, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi.

Risiko kanker pada anak akibat kebiasaan buruk ayah

Selain masalah kesehatan yang umum, kebiasaan buruk pada ayah selama masa konsepsi juga dikaitkan dengan risiko kanker pada anak, Bunda. Studi yang pernah diterbitkan tahun 1997 di Journal of the National Cancer Institute mengungkap bahwa anak-anak dari ayah yang punya kebiasaan merokok beberapa bulan sebelum konsepsi ditemukan memiliki risiko kanker lebih tinggi.

Sementara dalam studi tahun 2016 di Scientific Reports menunjukkan bahwa berat badan ayah yang berlebih bisa menyebabkan kanker payudara pada anak perempuannya di kemudian hari. Setidaknya, anak perempuan menghadapi risiko 30 persen lebih tinggi terkena kanker payudara di kemudian hari bila ayahnya kelebihan berat badan.

"Penelitian ini memberikan bukti bahwa pada subjek hewan, berat badan seorang ayah saat pembuahan dapat memengaruhi berat badan anak perempuan mereka saat lahir dan di masa kanak-kanak serta risiko kanker payudara di kemudian hari," kata penulis utama penelitian tersebut, Dr. Sonia de Assis, dikutip dari laman Global News.

"Tentu saja penelitian kami dilakukan pada tikus, tetapi penelitian ini merangkum temuan terbaru pada manusia yang menunjukkan bahwa pria obesitas memiliki perubahan epigenetik yang signifikan pada sperma mereka dibandingkan dengan pria kurus," sambungnya.

Studi ini juga mencatat bahwa obesitas dan risiko kanker payudara berkaitan dengan riwayat keluarga. Penelitian sebelumnya telah memperingatkan bahwa perempuan yang kelebihan berat badan saat hamil dapat melahirkan bayi yang lebih besar, yang juga memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi di kemudian hari.

"Sampai kita mengetahui hubungan ini pada pria, sebaiknya kita berpegang pada apa yang kita semua tahu sebagai sesuatu yang baik, yakni perempuan dan laki-laki harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga berat badan dan gaya hidup sehat, bukan hanya demi kebaikan mereka sendiri tetapi juga untuk memberikan peluang terbaik bagi keturunan mereka untuk hidup sehat," ujar de Assis.

Apa itu epigenetik?

Bicara soal risiko kanker, tak lepas dari istilah epigenetik. Melansir dari laman Hudson Institute of Medical Research, epigenetika mengacu pada tanda-tanda yang diwariskan dalam DNA yang menentukan apakah suatu gen dapat 'diaktifkan' dan dinonaktifkan, mengubah cara sel membaca gen, tanpa menyebabkan perubahan pada urutan DNA yang mendasarinya.

Kontrol epigenetik terhadap gen merupakan bagian dari apa yang memungkinkan sel identik di dalam rahim untuk tumbuh menjadi bayi yang terbentuk sempurna. Dengan mengatur berbagai set gen yang dapat diaktifkan dan dinonaktifkan, beberapa sel menjadi sel jantung, sementara yang lain menjadi sel otak.

Perlu diketahui, jalur epigenetik dapat terganggu oleh paparan faktor gaya hidup, seperti pola makan, obat-obatan, dan bahan kimia. Selain itu, kondisi kesehatan orang tua juga dapat memengaruhi jalur epigenetik anak-anaknya di masa depan.

Meskipun hanya sebagian kecil dari perubahan epigenetika pada janin yang berasal dari ibu atau ayah, hal tersebut tetap dapat berdampak signifikan pada perkembangan dan kesehatan bayi.

Dilansir The Conversation, kini terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa faktor-faktor terkait gaya hidup, seperti merokok, stres kronis, dan gula darah tinggi, serta obesitas dapat menyebabkan perubahan epigenetik pada sperma yang memengaruhi fungsi plasenta. Perubahan epigenetik pada fungsi plasenta ini kemudian dikaitkan dengan risiko preeklamsia dan kesehatan serta perkembangan anak.

Demikian studi yang menjelaskan tentang kaitan kebiasaan buruk ayah dan risiko kanker pada anak di kemudian hari. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda