Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Cek Kesehatan Gratis, Langkah Awal Selamatkan Ibu Hamil dari Anemia hingga Risiko Kematian

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 18 Nov 2025 08:30 WIB

Ilustrasi Dokter dan Ibu Hamil
Ilustrasi Cek Kesehatan Gratis untuk Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/sarawut khawngoen
Daftar Isi
Jakarta -

Kasus kematian ibu masih ditemukan di Indonesia, Bunda. Kematian ibu adalah kasus yang tak bisa disepelekan karena bisa berdampak jangka panjang pada anak yang ditinggalkan.

Menurut data di laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), kematian ibu didefinisikan sebagai kematian perempuan selama periode kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang disebabkan oleh pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab lain seperti kecelakaan atau insidental. Sementara itu, angka kematian ibu adalah semua kematian dalam ruang lingkup tersebut di setiap 100.000 kelahiran hidup.

Menurut laporan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023 dari Kemenkes RI, jumlah kematian ibu mencapai 4.482 pada tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2022 yang tercatat sebesar 4.005.

Di dunia, angka kematian ibu juga masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Menurut laporan United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang rilis pada April 2025, rata-rata 712 perempuan meninggal setiap hari selama kehamilan atau persalinan. Itu artinya, setiap dua menit, seorang ibu meninggal saat berjuang hamil dan melahirkan.

Dikutip dari United Nations Population Fund (UNFPA), hampir semua kasus kematian ibu sebenarnya dapat dicegah. Kemajuan di dunia medis dalam memberikan perawatan bersalin dan semakin banyaknya perempuan yang mengerti hak seksual serta reproduksi, telah membuat kehamilan dan persalinan lebih aman dari sebelumnya.

"Kematian ibu bukanlah misteri medis, itu adalah ketidakadilan global," kata Direktur Eksekutif UNFPA, Dr. Natalia Kanem.

Cara mencegah kematian ibu sebenarnya sudah bisa dilakukan sebelum perempuan itu menikah, bahkan sejak ia masih kanak-kanak. Salah satunya dengan memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan (Faskes), seperti Puskesmas, Klinik Kesehatan, atau Rumah Sakit.

Cek kesehatan mendatangkan banyak manfaat. Tak hanya bisa mengetahui status kesehatan, tapi juga dapat menghemat biaya pengobatan di masa mendatang.

Hal tersebut selaras dengan hasil studi yang diterbitkan di Applied Economics Letters Volume 28 tahun 2021. Menurut studi, orang yang menjalani pemeriksaan kesehatan menunjukkan perilaku yang lebih sehat dan memiliki jam kerja lebih panjang (produktif) dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Selain itu, bila mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperoleh dari peningkatan pendapatan tahunan, pemeriksaan kesehatan juga dapat dianggap hemat biaya.

Ilustrasi Dokter dan Ibu HamilIlustrasi Dokter dan Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockPhoto/ronnachaipark

Cek Kesehatan Gratis untuk cegah kematian ibu

Cek kesehatan ke Faskes menjadi salah satu cara meminimalkan risiko kematian ibu. Selain pemeriksaan mandiri, Bunda kini dapat memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dibuat oleh pemerintah.

Dilansir laman Satu Sehat dari Kemenkes RI, CKG merupakan Program Hasil Cepat Terbaik/Quick Win dari pemerintah yang diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan 280 juta warga Indonesia. CKG adalah program dari pemerintah dengan target penerima manfaat terbesar yang pernah ada.

Perlu diketahui, CKG sudah berjalan sejak Februari 2025. Menurut data dari 10 Februari hingga 4 November 2025, setidaknya 50,5 juta orang di seluruh Indonesia telah mengikuti pemeriksaan kesehatan ini. Sementara itu, tercatat 34,3 juta kehadiran peserta pada CKG umum dan 16,2 peserta pada CKG di sekolah.

"Pencapaian lebih dari 50,5 juta peserta merupakan tonggak penting bagi upaya kesehatan nasional. Namun data CKG juga memberi peringatan serius bahwa aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus semakin menjadi prioritas bersama," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Rabu (5/11/25).

Menkes Budi mengatakan bahwa CKG bisa menjadi cara untuk deteksi dini dan tatalaksana diri penyakit. Menurutnya, semakin cepat penyakit ditangani atau diobati, maka peluang sembuh juga menjadi lebih baik dan orang tersebut dapat terhindar dari penyakit katastropik, kecacatan, bahkan kematian.

"Program ini bukan hanya soal jumlah peserta, tapi bagaimana hasilnya kita gunakan untuk memperkuat kebijakan, layanan kesehatan, dan intervensi di masyarakat," ujarnya.

Temuan kondisi medis dari CKG

CKG yang sudah berjalan hampir setahun telah menemukan beragam kondisi medis dari beberapa kelompok usia. Berikut datanya menurut Kemenkes RI:

Pada bayi baru lahir

  • Risiko kelainan saluran empedu sebesar 18,6 persen
  • Berat badan lahir rendah 6,1 persen
  • Penyakit jantung bawaan kritis 5,5 persen

Pada balita dan anak prasekolah

  • Masalah gigi tak sehat 31,4 persen
  • Stunting sebesar 5,3 persen
  • Wasting sebesar 3,8 persen

Pada remaja dan pelajar

  • Aktivitas fisik yang kurang dengan persentase 60.1 persen
  • Karies gigi sebesar 50,3 persen
  • Anemia pada remaja ditemukan 27,2 persen

Berkaca dari kasus anemia dan kaitannya dengan kematian ibu

Penelitian yang dipublikasikan jurnal medis The Lancet Global Health pada 2018 menetapkan hubungan antara anemia berat dan kematian ibu. Penelitian ini menggunakan informasi yang dikumpulkan dari 29 negara oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dari 312.281 kehamilan yang diteliti, 4.189 diidentifikasi sebagai kasus anemia berat setelah memperhitungkan faktor risiko lainnya. Di antara kasus-kasus tersebut, ditemukan 341 kematian. Penulis studi melakukan penelitian melalui dua model statistik dan menemukan adanya hubungan antara anemia berat dan kematian ibu.

Berbagai masalah kesehatan yang ditemukan sejak bayi lahir hingga masa remaja sebenarnya bisa menentukan output kehamilan yang dikaitkan dengan kematian ibu. Misalnya, kasus anemia pada remaja yang tidak diatasi dapat berbahaya pada kehamilan di masa mendatang.

Di Indonesia, laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa prevalensi anemia remaja usia 15 hingga 24 tahun adalah sebesar 15,5 persen, di mana prevalensi 18 persen adalah kasus anemia pada remaja putri (rematri).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa remaja putri, bayi baru lahir, dan ibu hamil masuk dalam kelompok populasi yang paling rentan terhadap anemia. Kasus anemia setidaknya memengaruhi setengah miliar perempuan berusia 15 hingga 49 tahun, dan 269 juta anak usia 6 sampai 59 bulan di seluruh dunia.

Pada tahun 2019, 30 persen perempuan yang tidak hamil dan 37 persen ibu hamil berusia 15 hingga 49 tahun dilaporkan mengidap anemia.

"Pada kasus yang parah, anemia dapat menyebabkan perkembangan kognitif dan motorik yang buruk pada anak-anak. Anemia juga dapat menimbulkan masalah bagi ibu hamil dan bayinya," demikian kata WHO dalam laman resminya.

"Anemia dapat disebabkan oleh gizi buruk, infeksi, penyakit kronis, menstruasi berat, masalah kehamilan, dan riwayat keluarga. Anemia juga sering kali disebabkan oleh kekurangan zat besi dalam darah."

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Obstetrics & Gynecology tahun 2019 menunjukkan bahwa anemia pada masa kehamilan, terutama anemia sedang dan berat, berkaitan dengan berbagai jenis morbiditas maternal serta morbiditas dan mortalitas perinatal, bahkan di negara berpenghasilan tinggi.

Menurut studi, penanganan anemia sebelum kehamilan dan masa kehamilan berpotensi meningkatkan hasil yang lebih positif bagi perempuan yang terdampak, janin di dalam kandungan, dan bayi baru lahir. Tak hanya itu, penanganan yang tepat dan cepat juga dapat meminimalkan beban dan biaya berobat.

Jenis pemeriksaan di layanan Cek Kesehatan Gratis

Cek Kesehatan Gratis bisa diikuti semua warga Indonesia, dari bayi baru lahir hingga lanjut usia (lansia). Berikut jenis pemeriksaan dalam program CKG berdasarkan kelompok usia:

1. Bayi baru lahir

Cek Kesehatan Gratis yang bisa didapatkan bayi baru lahir (usia 0 hari hingga 5 bulan) adalah deteksi dini hipotiroid kongenital, defisiensi enzim G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency), hiperplasia adrenal kongenital, penyakit jantung bawaan, serta skrining untuk memantau pertumbuhan Si Kecil.

2. Balita dan anak prasekolah

Balita dan anak prasekolah di kelompok ini adalah anak usia 1-6 tahun. Pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah skrining tuberkulosis (penyakit infeksi paru), pemeriksaan pendengaran, penglihatan, dan gigi. Pemeriksaan spesifik juga dapat dilakukan, seperti deteksi kelainan darah (thalasemia) dan risiko diabetes melitus.

3. Usia sekolah dan dewasa

Usia sekolah dan remaja hingga dewasa adalah kelompok usia 7 hingga 59 tahun. CKG yang diberikan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, hingga pemantauan risiko kardiovaskular dan fungsi paru untuk mendeteksi tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Kelompok usia yang lebih dewasa bisa mendapatkan pemeriksaan untuk deteksi dini kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, dan kanker usus.

4. Lanjut usia

Kelompok usia lanjut juga bisa mendapatkan cek kesehatan untuk memeriksa fungsi indra pendengaran dan penglihatan. Selain itu, ada juga cek kesehatan jiwa, organ hati, deteksi gangguan kardiovaskular dan kanker, serta pemeriksaan fungsi paru.

Cara mendapatkan Cek Kesehatan Gratis

Cek Kesehatan Gratis bisa didapatkan di Puskesmas atau Faskes yang bekerja sama dengan pemerintah. Sebelum datang ke Faskes, Bunda bisa mendaftar melalui aplikasi SATUSEHAT mobile di ponsel.

Hasil Cek Kesehatan Gratis dapat dilihat di fitur 'Hasil Cek Kesehatan Gratis/Rapor Kesehatan' melalui aplikasi SATUSEHAT mobile.

Bunda juga dapat mengirimkan pesan ke WhatsApp Kemenkes RI di nomor 0811-10-500-567 dan memilih menu 'Cek Kesehatan Gratis'. Selanjutnya, Bunda bisa mengikuti petunjuk untuk melanjutkan pendaftaran.

Selain menggunakan aplikasi, Bunda juga bisa mendaftar via WhatsApp Kemenkes RI di nomor 0811-10-500-567 dan memilih menu 'Cek Kesehatan Gratis'. Selanjutnya, Bunda dapat mengikuti petunjuk untuk melanjutkan pendaftaran.

Cara terakhir untuk mendapatkan Cek Kesehatan Gratis adalah datang ke Puskesmas. Bunda dan keluarga bisa datang langsung dan membawa kartu identitas, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).

Demikian penjelasan terkait Cek Kesehatan Gratis dari pemerintah yang ditujukan untuk warga Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda