
menyusui
Bolehkah Ibu yang Alami Depresi Postpartum Terus Menyusui? Simak Dampak Obat Antidepresan pada ASI
HaiBunda
Selasa, 17 Sep 2024 16:45 WIB

Depresi pasca persalinan bisa saja menghampiri para ibu menyusui. Lantas, bolehkah ibu yang alami depresi postpartum terus menyusui?
Kelelahan dengan agenda baru sebagai ibu baru bisa menjadi beban tersendiri yang membuat busui stres hingga depresi. Tak jarang, saking beratnya, para busui pun memilih mengonsumsi obat antidepresan untuk meringankan keluhan tersebut.
Mengenali depresi postpartum dan gejalanya
Kelahiran bayi memang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri. Tetapi, di luar hal tersebut, mengurus bayi juga dapat memicu berbagai emosi yang kuat, mulai dari kegembiraan hingga ketakutan, serta kecemasan. Hal tersebut tanpa diduga juga bisa menyebabkan depresi pada seorang ibu.
Seperti diketahui bahwa sebagian besar ibu baru mengalami baby blues pasca persalinan, yang umumnya meliputi perubahan suasana hati, tangisan, kecemasan, dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya dimulai dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.
Namun, beberapa ibu baru mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan berlangsung lama yang dikenal sebagai depresi pasca persalinan. Terkadang disebut depresi peripartum karena dapat dimulai selama kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan. Jarang terjadi, gangguan suasana hati ekstrem yang disebut psikosis pasca persalinan juga dapat berkembang setelah melahirkan.
Depresi pasca persalinan bukanlah cacat karakter atau kelemahan. Terkadang, hal itu hanyalah komplikasi dari melahirkan. Jika Bunda mengalami depresi pasca persalinan, pengobatan yang tepat dapat membantu Bunda mengelola gejala dan membantu Bunda menjalin ikatan dengan bayi.
Ibu dengan gejala depresi postpartum memang kerap disalahsartikan sebagai baby blues. Padahal, gejala dari depresi postpartum lebih intens dan berlangsung lebih lama. Gejala ini pada akhirnya dapat mengganggu kemampuan ibu untuk merawat bayi dan menangani tugas-tugas harian lainnya.
Gejala biasanya berkembang dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Namun, gejalanya mungkin mulai lebih awal  yakni selama kehamilan atau lebih lambat hingga satu tahun setelah melahirkan seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.
Gejala dari depresi postpartum di antaranya dapat meliputi beberapa hal berikut ini ya, Bunda:
1. Suasana hati tertekan atau perubahan suasana hati yang parah.
2. Terlalu banyak menangis.
3. Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.
4. Menjauh dari keluarga dan teman-teman.
5. Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak daripada biasanya.
6. Ketidakmampuan untuk tidur, disebut insomnia, atau tidur terlalu banyak.
7. Kelelahan yang luar biasa atau kehilangan energi.
8. Kurangnya minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa Bunda nikmati.
9. Kemarahan dan mudah tersinggung yang hebat.
10. Takut bahwa Bunda bukan ibu yang baik.
11. Merasa putus asa.
12. Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu.
13. Kemampuan yang berkurang untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau membuat keputusan.
14. Merasa gelisah.
15. Kecemasan parah dan serangan panik.
16. Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi.
17. Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri.
Walaupun gejalanya mungkin terlihat ringan, ketika semua kondisi tersebut terus menumpuk tanpa pengobatan justru bisa berakibat lebih parah ya, Bunda. Bahkan, depresi pasca persalinan yang tidak diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama.
Bolehkah ibu yang alami depresi postpartum terus menyusui?
Ibu dengan depresi pasca persalinan (setelah melahirkan) biasanya dapat terus menyusui ya, Bunda. Akan tetapi, tim medis harus bekerja sama dengan ibu yang mengalami depresi postpartum untuk memastikan mereka menerima perawatan, dukungan, dan pengobatan yang aman saat menyusui seperti dikutip dari laman CDC.
Sejauh ini, tidak ada cukup bukti untuk mengetahui apakah menyusui dikaitkan dengan risiko depresi postpartum yang lebih tinggi atau lebih rendah (setelah melahirkan).
Menurut tinjauan sistematis tahun 2018 oleh the Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), memahami hubungan tersebut merupakan tantangan karena ibu yang depresi mungkin mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan menyusui, dan perempuan yang mengalami kesulitan menyusui pada akhirnya dapat mengalami depresi.
Antidepresan saat menyusui
Mengonsumsi obat antidepresan bisa menjadi jalan ninja yang ditempuh sebagian ibu menyusui. Memang, mengonsumsi obat antidepresan saat menyusui mungkin dianggap hal yang aman ya, Bunda. Meskipun banyak obat masuk ke dalam ASI, sebagian besar memiliki sedikit atau tidak ada efek pada pasokan ASI atau pada bayi.Â
Biasanya, saat membahas obat depresi, dokter akan bertanya pada yang bersangkutan apakah sedang menyusui atau tidak. Sehingga, dokter dapat memutuskan obat mana yang tepat untuknya dan aman digunakan saat menyusui.
Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun termasuk obat antidepresan yang ada di pasaran demi keamanan Bunda dan juga Si Kecil.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Menyusui
Studi Temukan Kaitan Antara Depresi Postpartum dan Terganggunya Hormon Oksitosin saat Menyusui

Menyusui
Menyusui Justru Mampu Cegah Baby Blues dan Depresi Postpartum, Simak Kata Pakar

Menyusui
3 Cara agar Si Kakak Tetap Anteng saat Bunda Menyusui Si Kecil

Menyusui
6 Manfaat Menyusui, Salah Satunya Cegah Depresi Usai Melahirkan Bun

Menyusui
Tips Agar Bunda Selalu Fit Selama Menyusui


7 Foto
Menyusui
7 Potret Terbaru Aurel Hermansyah, Sukses Turunkan BB hingga 15 Kg saat Menyusui Anak Kedua
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda