MENYUSUI
Mengenal Depresi Pasca Menyapih, Gejala dan Cara Mengatasinya
Dwi Indah Nurcahyani | HaiBunda
Minggu, 27 Oct 2024 08:30 WIBSelesai menyusui harapannya Bunda lebih bahagia karena berkurang satu tugas utama. Kenyataannya, ada juga risiko depresi yang menghampiri. Yuk, mengenal depresi pasca menyapih lebih lanjut, Bunda.
Warna warni menyusui memang tidak pernah habis dibahas ya, Bunda. Setelah berjuang dengan pasokan ASI kurang lebih dua tahun, kelulusan bayi dari ASI pun ternyata mendatangkan masalah baru. Tak sedikit para Bunda yang justru merasa depresi pasca menyapih.
Penting Bunda ketahui bahwa sebenarnya setiap anak pada akhirnya akan berhenti menyusui. Dan, mereka akan berhenti menyusui dengan sendirinya, sama seperti mereka berhenti menyusui karena perilaku balita dan anak kecil lainnya.
Baca Juga : Menyapih |
Depresi pasca menyapih
Bagi banyak keluarga, pendekatan dengan dituntun oleh anak mungkin bisa berhasil dan transisi dari menyusui ke tidak menyusui lagi berjalan lancar. Semua itu mungkin tidak terlalu terasa jika penyapihan dilakukan secara perlahan dan lembut.
Proses 'penyapihan alami' ini memungkinkan anak untuk berkembang sesuai kecepatannya sendiri, berhenti menyusui sesuai dengan waktu alami mereka sendiri. Daripada memilih waktu tertentu untuk berhenti menyusui, banyak ibu terus menyusui saat masih bisa menyusui dan melihat bagaimana hasilnya. Itu mungkin berarti menyusui selama bertahun-tahun lebih lama dari yang Bunda harapkan saat pertama kali menyusui bayi Bunda.
Apa pun pilihannya, proses tersebut mungkin tidaklah mudah dilalui sebagian ibu. Sering kali, rasa depresi justru muncul ketika fase tersebut dilewati. Hal ini wajar saja terjadi kok, Bunda. Bagaimana rasanya menyapih anak setelah dua tahun bersama mengASIhi memang melekatkan kedekatan emosional. Karenanya, ketika momen tersebut berakhir, hal ini bisa menjadi sangat emosional bagi para ibu dan menciptakan berbagai macan perasaan.
Bagi sebagian orang, ini mungkin saat yang menyedihkan karena rasa kehilangan akan masa lalu dan kesedihan karena ‘hari-hari istimewa bayi’ bersama mereka telah berlalu. Bagi sebagian lainnya, ini mungkin melegakan dan merupakan saat yang Bunda dambakan dan Bunda pikir tidak akan pernah hadir kembali seperti dikutip dari laman La Leche.
Atau mungkin gabungan keduanya juga bisa terjadi ya, Bunda. Mungkin di satu saat Bunda merasa lega karena intensitas menyusui telah berlalu dan di saat berikutnya Bunda merasa sedih karena tahap menjadi ibu ini akan segera berakhir, padahal tahap ini sangat penting bagi Bunda.
Risiko depresi pasca menyapih
Perasaan mendalam yang berkecamuk tak dipungkiri bisa memunculkan hal baru termasuk hadirnya depresi pasca menyapih. Depresi pasca-menyapih, yang terkadang juga disebut sebagai weaning blues, adalah "masalah kesehatan mental yang dapat muncul saat wanita dalam proses berhenti menyusui bayinya", kata Astrid S. Tiefholz, seorang konsultan laktasi di Karitane.
Sebagian ibu yang mengalami kondisi tersebut digambarkan Nicole Highet yang memiliki latar belakang dalam psikologi klinis disebabkan adanya faktor psikologis dan fisiologis seperti dikutip dari laman Abc.net.
Sebuah tinjauan studi tahun 2024 tentang pengalaman tersebut mengatakan bahwa hal itu sering kali salah diberi label sebagai depresi pasca persalinan yang terjadi pada akhir masa menyusui.
Fluktuasi hormon termasuk kadar prolaktin, oksitosin, dan estrogen semuanya dapat memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan pengasuh yang menyusui selama proses penyapihan, kata Astrid S. Tiefholz, seorang konsultan laktasi.
"Mirip dengan banyak situasi saat terjadi perubahan hormonal dalam hidup, beberapa perempuan akan mengalami fluktuasi tersebut dengan sangat intens, dan yang lainnya hampir tidak menyadarinya sama sekali."
Gejalanya bisa mirip dengan yang dialami selama depresi pasca persalinan, katanya, dan meliputi perasaan kehilangan, hampa, sedih, mudah tersinggung, bersalah, dan bahkan duka.
"Depresi pasca-menyapih belum banyak diteliti sampai-sampai tingkat prevalensinya pun tidak jelas," kata Dr. Highet.
Salah satu penelitian yang termasuk dalam tinjauan tahun 2024 adalah proyek yang melibatkan lebih dari 40.000 wanita Norwegia.
"Ditemukan bahwa ibu yang berhenti menyusui atau memberikan makanan padat atau susu formula serta menyusui memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi pada enam bulan setelah melahirkan bayi mereka," kata Highet.
"Perempuan yang memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi selama kehamilan juga mengalami peningkatan gejala-gejala ini setelah penyapihan dibandingkan dengan mereka yang tidak."
Ia mengatakan bahwa ini adalah area yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Tiefholz mengatakan wanita dengan riwayat masalah kesehatan mental akan memiliki risiko lebih besar mengalami depresi pasca penyapihan, begitu pula ibu yang baru pertama kali melahirkan, dan mereka yang menyapih lebih awal.
"Fluktuasi hormonal akan kurang intens bagi ibu yang telah menyusui selama tiga tahun lebih, dibandingkan dengan tiga bulan.
"Jika keputusan untuk menyapih belum menjadi sesuatu yang ibu siap atau nyaman untuk ambil bagian, itu bisa membuatnya jauh lebih sulit juga."
Karena menyapih juga bisa menyoal tentang perubahan dalam hubungan, kata Tiefholz, ibu dengan anak-anak dari segala usia bisa merasa sulit.
Cara mencegah dan mengelola depresi pasca menyapih
Dr. Highet mengatakan penting bagi ibu untuk menyadari kemungkinan depresi pasca-menyapih sehingga mereka mengetahui tanda-tandanya.
Beberapa strategi yang disarankannya termasuk menyapih secara perlahan daripada tiba-tiba, berbicara dengan konsultan laktasi, terkoneksi dengan asosiasi atau komunitas menyusui, dan mengakses dukungan profesional melalui psikolog atau psikiater dengan keahlian dalam kesehatan mental perinatal.
"Memprioritaskan perawatan diri juga penting serta menunjukkan banyak belas kasih pada diri sendiri."
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak video di bawah ini, Bun:
7 Perubahan dalam Tubuh Ibu Menyusui yang Jarang Disadari
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
3 Cara agar Si Kakak Tetap Anteng saat Bunda Menyusui Si Kecil
6 Manfaat Menyusui, Salah Satunya Cegah Depresi Usai Melahirkan Bun
Tips Agar Bunda Selalu Fit Selama Menyusui
Menyusui Bisa Menghemat Rp 37 Juta dalam 6 Bulan Lho
TERPOPULER
Anak Wulan Guritno & Adilla Dimitri Menangkan 5 Medali di World Scholar's Cup di Malaysia
Potret Alyssa Daguise di Resepsi Pernikahan Sang Kakak dengan Adat Koto Gadang
7 Barang yang Harus Dihindari di Dapur agar Energi Positif Mengalir Menurut Feng Shui
50 Kata-kata Motivasi Diet agar Konsisten dan Semangat
7 Jamur yang Boleh Dimakan Ibu Hamil, Aman dan Bergizi
REKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Loose Powder untuk Kulit Kering hingga Berminyak
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Obat Anak untuk Mengatasi Susah Buang Air Besar
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Skincare Anak 8 Tahun yang Aman dan Cara Memilihnya yang Tepat
Nadhifa FitrinaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Calming Rub Cream untuk Bantu Redakan Batuk Pilek hingga Kembung
Nadhifa FitrinaREKOMENDASI PRODUK
Ngopi Santai ala Bunda Kekinian? Coba 5 Rekomendasi Kopi Susu Ini
PritadanesTERBARU DARI HAIBUNDA
15 Ciri-ciri Rumah Tangga Tidak Sehat
7 Jamur yang Boleh Dimakan Ibu Hamil, Aman dan Bergizi
50 Kata-kata Motivasi Diet agar Konsisten dan Semangat
Anak Wulan Guritno & Adilla Dimitri Menangkan 5 Medali di World Scholar's Cup di Malaysia
14 Film Indonesia Terbaru September 2025, Tontonan Terbaik Akhir Pekan!
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Maia Estianty Syok Lihat Ojol Diduga Tewas Dilindas Barracuda Brimob: Ngenes Ya Allah
-
Beautynesia
Selalu Punya Pacar Toxic, Kok Bisa? Ternyata Ini Penyebabnya
-
Female Daily
Wear Test Liquid Blush dan Lip Tint Rayme Beauty di LaLaLaFest 2025
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Foto: Heidi Klum dan Putrinya Pamer Gaya Kembar Sexy di Venice Film Festival
-
Mommies Daily
Tips Pernikahan dari Para Ayah Lama dan Ayah Baru, Inspiratif!